WebNovelbad liar100.00%

3

Suasana SMA Nusantara pagi itu terasa seperti sekolah pada umumnya, para murid berbondong-bondong memasuki gerbang sekolah dengan tas di punggungnya, tak sedikit diantara mereka berlalu lalang disepanjang lorong sekolah hingga suara bel menginterupsi tanda waktu masuk kelas tiba.

Pikiran Gabby melayang pada sang ibu yang berada di rumah, di tidak bisa berpikir positif mengingat sang ayah juga berada di rumah.

"Gabby tolong ulang yang saya katakan!" perintah pak Ahmad guru Fisika yang tengah menerangkan pelajaran.

Gabby membeku, bisa dipastikan dia tidak mengerti penjelasan apa yang dimaksud karena dia memang tidak memperhatikannya.

"Berdiri di depan kelas dan renungkan kesalahan kamu!" perintah mutlak keluar dari mulut sang guru.

Tanpa berniat membela Gabby keluar kelas sambil membawa buku, karena pak Ahmad selalu menyuruh setiap murid yang dikeluarkan dari kelasnya untuk membawa buku dan belajar di luar.

Gabby menyenderkan punggungnya di tembok, dia membuka lembaran demi lembaran tanpa niat untuk membaca sepatah kata yang semakin membingungkannya.

Tiba-tiba sebuah pesawat kertas terbang melewatinya, Gabby menoleh ke asal benda itu dan mendapati siswa bertubuh tinggi dengan wajah blasteran Arab, yaps... siapa lagi kalau bukan Ipul.

Ipul memamerkan deretan giginya yang rapih sambil melambaikan kedua tangannya, Gabby tersenyum canggung sebelum kembali menatap lembaran buku fisikanya.

"biasanya kalau ada dia pasti ada temennya yang lain." batin Gabby.

Gabby melihat Ipul yang sedang melamun lewat ujung matanya, baru gadis itu ketahui kalau siswa aneh itu berada di kelas yang bersebelahan dengannya.

Gabby melihat Ipul seperti orang gila dan autis karena sikapnya yang kekanak-kanakan dan susah dimengerti selama dia memperhatikan, salah satu kebiasaan buruk Gabby adalah memperhatikan sekitar. Dia bisa saja hanya diam di tempat yang ramai tapi kedua matanya awas menatap sekitar dan menilai keadaan dengan cepat dan itu bisa membuat beberapa orang risih.

seperti sekarang contohnya, Ipul menoleh memergoki Gabby yang tengah meliriknya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanyanya dengan percaya diri.

Gabby memalingkan wajahnya lalu menggeleng, "bisa-bisa hukumanku ditambah kalau berisik." pikirnya.

"Oh... pelajaran pak Ahmad."

Gabby menoleh sambil membelalakkan matanya saat Ipul dengan santainya mengintip isi kelas Gabby, sekarang mereka berdiri berdampingan hanya terpisahkan dengan pintu kelas Gabby.

"Apa yang kamu lakukan di sini? kelasmu di sana." ucap Gabby sangat pelan tangannya menunjuk ke arah pintu kelas Ipul, tempat siswa itu berdiri tadi.

Ipul mengernyitkan alisnya, "memangnya salah kalau aku bergeser sedikit dari pintu?"

Gabby menghela napas, "pergi atau...."

"Aku pergi, kamu ternyata membosankan." Ipul berbalik sambil melambaikan tangannya.

Gabby tidak menyukai pernyataan yang dilontarkannya barusan tapi gadis itu harus menahan diri, alhasil Gabby kembali ke posisi tadi, berdiri dengan buku terbuka di kedua tangannya.

Gabby tersadar dari kegiatannya saat mendengar suara cekikikan yang berasal dari lorong, perlahan gadis itu menoleh dan mendapati Ipul sedang menertawai Azzam yang juga dikeluarkan, Azzam mengusap wajahnya yang terlihat seperti baru bangun tidur.

Gabby yang melihatnya hanya menggeleng pelan, tanpa sadar Azzam sudah melihat ke arahnya membuat Gabby langsung memalingkan wajahnya.

###

"Gabby tadi kata pak Ahmad apa?" tanya Ana saat dalam perjalanan menuju kantin.

Bel istirahat berbunyi beberapa detik kemudian, Ana dan Gabby keluar kelas terakhir karena tidak ingin ikut berdesak-desak di lorong sekolah.

Gabby menghela napas kasar mengingat perkataan dingin pak Ahmad tadi pagi, "kata pak Ahmad aku harus mengerjakan soal uji kompetensi 2.3 beserta rumusnya dan itu harus di salin di tiga lembar kertas folio lalu merangkum bab 3."

Anna menekan salivanya dengan susah payah, "beneran?"

Gabby mengangguk pasrah.

"Wah, sahabatku memang hebat itu tandanya pak Ahmad tahu kemampuan kamu dan dia percaya sama kamu kalau kamu juga bisa ngerjainnya, makanya dikasih tugas kek gitu." ucap Ana penuh semangat.

Gabby melirik sinis, "terserah kamu sajalah."

Mereka sampai di kantin yang dipenuhi murid, suara berisik terdengar seperti di pasar tradisional, Ana langsung duduk di meja yang kosong karena tidak ingin didahului orang lain.

"kamu mau makan apa aku pesenin? tapi bayarnya masing-masing ya...." Tanya Ana.

Gabby berpikir selama beberapa detik hingga akhirnya dia memutuskan, "samain aja deh."

Ana memutar bola matanya, " kalau begitu gak usah pake mikir cantik." ucapnya dengan nada yang dibuag-buat.

Gabby hanya tertawa pelan melihat tingkah temannya, Ana langsung menyerobot antrian dan berdiri di belakang tukang cireng.

Ana tersenyum lalu menawarkan bantuan, tapi baru dua orang yang dia layani Ana langsung kabur dengan seplastik cireng. Ana tidak mencurinya dia membeli tapi dengan cara membantunya lalu mengambil cireng yang ingin dia beli lalu selesai membantu si tukang cireng, itu dia lakukan agar antrian murid tidak memarahinya karena menyerobot antrian padahal sama saja.

"Lain kali kamu harus coba caraku mengantri." ucap Ana dengan bangga saat sampai di meja.

"Mengantri apanya?"

"Jangan salah aku sudah membantu si amang-amang cireng jadi dia harus membantuku balik dong." sewot Ana sambil mengambil cireng yang masih anget.

Gabby mengangguk pelan mencoba tidak membuat Ana sewot dan membuatnya menjadi lebih cerewet, "minumannya bentar lagi nyampe."

Baru saja Ana mengatakannya, seseorang siswa mendekati meja mereka dengan dua botol teh dingin.

"nih kak." ucapnya dengan wajah kesal.

Ana tersenyum, "makasih."

sedangkan siswa itu berdecih dan berbalik pergi membuat pertanyaan baru di benak Gabby, "siapa?"

"Amdewkkom." Ana menjawabnya dengan mulut yang dipenuhi cireng.

"Haishh... telan makananmu dulu!" perintah Gabby yang tidak mengerti ucapan temannya.

Ana menelan cireng di mulutnya baru kemudian membuka suara, "adikku, Gerry."

"Oh...." Gabby hanya bisa ber oh ria mendengar jawaban Ana.

Di tempat yang sama namun di sisi yang berbeda, di pojok kantin empat orang siswa sedang bercanda gurau ditemani dengan semangkuk mie instan.

keharmonisan yang hanya mereka rasakan hancur saat seorang gadis muncul dengan toples keripik di tangannya, dia tersenyum dan hanya menatap sepasang mata yang tajam, Malha.

"Aku bawa keripik cinta buat kamu." Mutia menyodorkan toples mini itu kepada Malha yang berada di sampingnya.

"Wah mantep nih!" seru Zaky yang hendak mengambil toples di depan Malha tapi tangannya ditepis kasar.

"Jangan disentuh jin tomang!" seru Mutia galak.

"jadi cewek tuh jangan galak-galak nanti gak ada yang naksir." kata Zaky yang memilih untuk menghabiskan makanannya.

"biarin aja, lagian ada Malha...."

Brak!!

Malha mengebrak meja lalu meninggalkan meja tersebut tanpa berkata-kata, Zaky dengan santainya mengambil mangkuk Malha yang masih berisi mie dan memakannya.

"Malha!" panggil Mutia dia ingin mengejarnya namun ditahan seseorang.

"Biar aku susul." Azzam berjalan meninggalkan meja mereka.

"tuh, mau sampe kapan kamu teh begini?" tanya Ipul dengan aksen Sunda yang dia miliki.

Mutia menghentakkan kakinya lalu pergi menggejar Malha, "definisi bodoh binti tolol." gumam Ipul.