Sore telah berganti malam saat ini waktu sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Saga dan Vinny masih berada di kamar mereka keduanya terbaring dan memejamkan mata. Tadi Saga dan Vinny sempat ke luar kamar untuk menikmati makan malam sebelum akhirnya tidur setelah kelelahan setelah aktivitas ranjang mereka.
Saga terbangun, ia lalu duduk dan hela napasnya, ia merasa Vinny mulai membosankan. Lalu apa seharusnya ia mengajak Lauren hari ini? Apa yang salah sehingga ia bahkan merasa kurang puas setelah kegiatan mereka di tempat tidur. Atau ia butuh sensasi baru? Pengalaman baru? Menggunakan alat-alat khusus atau sebagainya? Saga gelengkan kepala, tak seharusnya ia memikirkan hal semacam itu saat ini.
Sang CEO menoleh menatap Vinny yang tertidur, ia belai rambut wanitanya. Buat Vinny terbangun dan tersenyum, lalu bergerak mencium pria yang telah membuat ia merasa begitu puas. Ciuman yang menggoda, selalu saja Vinny bisa melakukannya lalu Saga melepaskan tautan mereka.
"Kamu puas?" tanya Saga.
Vinny mengangguk, "Thanks baby."
"Apa menurut kamu kita butuh sedikit bereksperimen?" tanya Saga.
Vinny segera duduk tak menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Ia biarkan semua terekspos sempurna dan Saga memang terbiasa seperti itu.
"Hmm? Kamu enggak puas?"
Saga menggeleng, ia tak ingin menyakiti Vinny. "Aku cuma penasaran aja."
Vinny lalu bergerak dan kini ada di pangkuan Saga. Ia mengambil ponsel dan menyalakan musik yang membuat suasana semakin romantis. Ia lalu kecupi wajah prianya coba tarik atensi Saga yang kini telah menatapnya penuh hasrat.
Vinny mungkin salah satu wanita yang bisa mengimbangi ritme dan durasi permainan sang CEO. Hanya saja hari ini Saga merasa berbeda ada sesuatu yang kurang dan entah apa.
Pada dasarnya Saga memang seseorang yang lekas bosan itulah alasannya mengapa dia sering sekali bergonta-ganti wanita. Meskipun demikian ia juga selalu menjadikan keamanan sebagai prioritas. Ia tak pernah lupa memakai pengaman dalam setiap aktivitas ranjangnya. Satu-satunya wanita yang ia puaskan tanpa menggunakan pengaman hanya Reres.
Sementara saat ini Reres dan Haris duduk di ruang tengah yang tepat berada di depan kamar Saga. Keduanya sejak tadi jelas mendengar suara-suara yang tercipta dari kamar yang tercipta dari kegiatan pasangan di dalam kamar itu.
Sebenarnya Reres telah terbiasa dengan apa yang ia dengar. Hanya saja, entah mengapa kali ini ia merasa berbeda. Setiap kali ia dengar suara Saga tubuhnya merespon, ia meremang merasakan sensasi menjalar perlahan di tubuhnya. Sesekali Reres hela napas coba menetralisir diri sendiri. Mungkin kali ini ia sudah basah akibat stimulus yang ia dengar dari desahan-desahan Saga yang ia dengar. Reres merasa ia mungkin sudah gila, setiap suara Saga terdengar yang terjadi dalam otaknya adalah menggingat saat mereka beradu ranjang beberapa waktu lalu. Sang baby sitter itu seolah bisa membayangkan bagaimana wajah sang atasan yang menyebalkan itu.
Haris melihat Reres gelisah, tapi sama sekali tak berpikir kalau Reres terganggu dengan apa yang ia dengar. Pria itu lalu mengambil remot televisi mencari channel anak-anak dan sedikit membuat volume tv kencang agar meredam suara dari dalam kamar. Reres menatap Haris yang tersenyum menatapnya.
"Biar kamu enggak terganggu sama suara di dalam," ucap Haris penuh perhatian buat ia tersenyum menunjukkan garis di sisi-sisi pipinya buat ia layaknya kucing.
Reres memerhatikan dari dulu Mas Haris memang tampan dan jadi idola karyawan perempuan. Meski banyak yang mengejarnya, tapi Haris belum memiliki kekasih hingga saat ini. Alasannya adalah Reres, hanya saja gadis itu tidak pernah berpikir sama sekali Kalau akan ada seorang pria yang menyukainya. Apalagi itu adalah Harris salah satu karyawan paling terkenal tampan, pintar, rajin dan baik. Jelas itu tak pernah ada dalam pikiran Reres sama sekali.
"Terima kasih Mas." Gadis itu ucapkan terima kasih atas perhatian yang telah Haris berikan kepadanya.
Haris mengangguk sambil tersenyum. "Oiya Res, kamu libur hari apa?"
"Aku Biasanya libur itu hari Minggu, itu juga nggak libur sih karena Saga selalu ada permintaan ini itu. Kadang aku emang keluar ya, tapi nggak lama biasa lah Mas. Selalu saja ada hal yang Saga butuhin." Reres menjelaskan.
Haris sudah tahu tentang kehidupan reres dan bagaimana sampai gadis itu akhirnya menjadi seorang baby sitter bagi seorang CEO Candramawa. Semua kisah sudah ceritakan kepada Haris tentang nenek dan hidupnya, Bagaimana ia dibutuhkan oleh Saga untuk hal-hal kecil. Kecuali tentang kecemasan yang sering dialami Saga tentu saja juga tentang bagaimana mereka menghabiskan malam berdua di Bali beberapa minggu yang lalu.
"Kalau gitu kamu ada waktu keluar kapan?"
"Minggu besok aku ada rencana mau ke panti asuhan sih Mas. Kebetulan aku udah lama nggak ke sana dan aku mau beri hadiah untuk anak-anak di sana."
"Panti asuhan?" Tanya Haris.
"Iya, Aku tuh suka bingung mau gunain uang untuk apa. Karena semua kebutuhan aku sudah ada di rumah Saga, Jadi aku pakai itu untuk menghias kamar aku sama aku sumbang sedikit untuk panti asuhan dan panti jompo. Nggak banyak sih Mas, Aku cuman mau berbagi aja."
Haris tersenyum dalam hatinya ia semakin kagum dengan Reres. Baginya pribadi Reres itu sangat sempurna.
"Aku boleh ikut?" Haris bertanya. Tentu saja Ini menjadi salah satu keinginannya untuk bisa bersama dengan Reres menghabiskan waktu berdua.
"Mas Haris mau ikut?"
Haris anggukan kepala. "Kalau kamu mengizinkan."
"Boleh, Boleh banget, ketemu minggu besok ya Mas."
"Siap."
Sepanjang malam Haris dan Reres mengobrol menghabiskan waktu mereka berdua untuk saling mengenal satu sama lain, bercerita tentang masa SMA mereka, juga hal-hal yang lain. Haris banyak bercerita tentang pengalamannya Saat kuliah dulu, tentang teman-temannya dan hobinya nge-band. Keduanya sangat akrab satu sama lain dan buat Reres banyak tertawa.
Malam semakin larut Haris kini duduk seraya menonton televisi menyaksikan berita di TV. Lalu Reres tidur di sofa, laki-laki itu sesekali menoleh ia kemudian berjalan ke arah kamar yang biasa ditempati oleh Reres dan mengambil selimut, segera kembali menuju sofa dan menyelimuti Reres.
Saat itu Saga ke luar kamar ia melihat Haris yang tengah menyelimuti sahabatnya itu Ia lalu berjalan mendekat. Haris cukup terkejut saat menoleh dan mendapati atasannya kini berada di belakangnya
"Pak Saga?"
"Kamu bangunin aja dia suruh pindah ke kamar." Saga memerintahkan.
"Kasihan Pak biar bangun sendiri, saya nggak tega bangunin karena Reres katanya capek banget."
Saga hela napas ia merasa Haris sok baik dan itu membuatnya kesal. Pria itu lalu berjalan mendekat berusaha membangunkan Reres, tapi tangan Haris kini berada di depan Saga seolah melarang pria itu untuk membangunkan gadis yang ia sukai itu. Saga melirik pada Haris ia seolah memerintahkan agar Harris menjauhkan tangannya.
"Kasihan Pak." Haris katakan itu lagi.
Saga berkacak pinggang. "Restu!" panggil saga dan itu segera buat Reres terbangun.
"Hhm, apa Ga?"
"Pindah ke kamar," titah Saga.
Reres mengangguk lalu ia berjalan menuju kamar dengan sebelumnya melambaikan tangan pada Haris yang tersenyum menatapnya.
"Kamu bisa ke kamar kamu sekarang." Saga memerintahkan Haris. Entah mengapa rasanya hari ini menatap wajah Haris membuat ia kesal setengah mati.
Haris mengangguk lalu berjalan meninggalkan kamar Saga. Seperti biasa atasannya itu selalu memesankan satu kamar lain untuk ditempati oleh Harris. Setelah harus berjalan keluar dari kamar hotel Saga menuju meja makan ia mengambil sebotol air mineral dan meneguknya dengan kesal. Entah mengapa perasaannya menjadi buruk saat ini.