Green Tea

Pulang dari rumah anak Tante Astrid, aku menolak diantar asisten itu lagi. Kaivan tidak suka laki-laki terlalu good looking mendekatiku. Bisa diabetes dadakan, katanya.

Ternyata bukan cuma itu, Kaivan memiliki maksud terselubung yang baru ia katakan saat membawaku pulang lewat jalur langit. Menagih penjelasan apa arti antisipasi, baper, dan julid. Padahal aku sudah pura-pura lupa supaya bebas dari tagihan.

"Nay, greentea apa?"

Sampai di rumah kukira sudah, rupanya masih ada pertanyaan lagi. Baru satu detik duduk, Kaivan menodong pertanyaan langka sekaligus unik.

"Teh hijau," jawabku asal. Tapi, benar, kan?

Laki-laki over dosis tampan itu berpikir sebentar. "Teh? Kok anak tadi nggak makan teh, ya ..."

Buru-buru kuletakkan handphone di meja, mengurungkan niat scroll satu per satu sosial media. Kaivan mulai tidak beres, jangan-jangan ia terkontaminasi sesuatu yang membahayakan jiwa. Dan, aku harus mengintrogasi apa saja yang ia lakukan di luar rumah.