Negri Dongeng Keong Mas

Kaivan buru-buru men-tring baju pesta yang kukenakan, menjadi pakaian pendekar zaman kerajaan dengan selendang tosca tersampir di pundak. Tidak lupa, ia juga mengubah pakaian emas dan penampilannya seperti seorang kesatria. Kami serasi, dua orang pendekar siap syuting film laga.

Anggap saja begitu.

Tanpa membuang waktu, kami segera melangkah di jalan setapak pedesaan, berbaur di antara orang-orang yang entah abad ke berapa. Kaivan belum ada waktu menjelaskan.

"Maaf, Tuan. Bisa kami bertanya sedikit?"

Tiba di salah satu rumah joglo, kami berhenti. Kaivan memutuskan bertanya kepada seorang laki-laki paruh baya yang duduk santai di teras. Sepiring jajanan khas Jawa masih mengepulkan asap di hadapannya.

Tidak langsung memberi jawaban, orang itu justru menatap aku dan Kaivan bergantian. Memindai dari ujung kepala sampai kaki. Cukup lama. Sampai aku merasa tidak nyaman.

"Hmm, sepertinya kalian bukan orang sini?"