Area parkir rumah sakit Rasyid Hasyim dipenuhi hiruk pikuk orang. Kursi-kursi plastik berwarna biru yang ditata dengan jarak tertentu, nyaris tidak kosong.
Petugas kesehatan, anggota polisi maupun panitia hilir mudik ke sana ke mari, mengatur orang-orang yang tidak kebagian tempat dan menonton berjubel sampai trotoar. Meski terbuka untuk umum, jarak aman tetap diterapkan.
Aku duduk pada deretam kursi paling depan, beberapa meter dari meja panjang berisi alat-alat yang nanti dipakai praktek membuat obat-obatan oleh dokter peserta lomba. Kata panitia yang sambutan setelah pimpinan rumah sakit, dokternya tidak jadi dua, tapi tiga.
Dokter Kenzhin, Dokter Kenzie, dan Dokter Kai Van. Semua nama luar negri.
Ehm, nama yang terakhir itu membuat tawa ingin meledak seketika. Namun, aku harus menyembunyikannya demi rencana. Pura-pura fokus mendengar pidato salah seorang peserta yang di jas dokternya tertulis 'Dokter Kenzhin'