Tiga puluh menit kemudian suasana berhasil dikembalikan tenang seperti semula. Meski banyak yang langsung tancap gas pulang membawa kekecewaan, tapi mereka yang terlanjur terpana oleh ketampanan ketiga dokter di depan sana, juga overloot.
Aku diminta kembali duduk, sedangkan Kaivan langsung mengobati pasiennya, tanpa menunjukkan alat yang dipakai seperti dua dokter lawannya.
"Mas, boleh saya tahu apa penyebab Anda mengalami patah hati berat seperti ini?" Kaivan memulai tanya jawab.
Laki-laki berkemeja biru kotak-kotak itu tersentak. "Dokter tahu isi hati saya?"
"Tidak semua, hanya sebagian saja. Anda begitu kacau dan banyak melamun sejak datang ke sini. Tadi waktu maju, dipaksa sama temannya, kan?"
"I-iya, Dokter." jawabnya gugup.
Salting kayaknya.
"Selama ini sering marah tanpa alasan?"
"Iya, Dokter."
"Benci jika melihat hal-hal romantis?"
"Iya, Dokter."
"Tidak suka keramaian?"
"Benar, Dokter."
"Nah, ceritakan sedikit saja alasannya."