Setelah mencapai kesepakatan akhirnya Dion dan juga Tigor langsung pergi dari sana. Tapi sebelum itu Dion mengucapkan terimakasih pada Rachel.
"Chel, makasih ya."kata Dion.
"Makasih buat apa?"kata Rachel.
"Makasih karena kamu mau bantu kami dapatkan pemasok telur langsung dari peternakannya."kata Dion.
"Gak usah terimakasih sama aku, aku 'kan hanya mengantar saja. Lebih baik bilang makasihnya sama Ratna itu baru benar karena dia yang ngenalin kita."kata Rachel.
"Iya, kalau sama dia memang wajib berterimakasih tapi kamu juga sudah banyak membantu. kalau gak ada kamu mungkin kita gak akan bisa bertemu dengan pemilik peternakan."kata Dion.
"Sudahlah kayak apa aja, kamu temannya Ratna jadi sudah aku anggap jadi temanku sendiri."kata Rachel.
"Sekali lagi makasih karena sudah mau bantu kami."kata Dion.
"Iya makasih ya karena sudah mau bantu, kami gak tau harus gimana kalau gak ada kamu. Kapan-kapan main ke resto."kata Tigor.
"Siap, tapi gratis gak nih?"kata Rachel sambil tersenyum.
"Kalau kamu yang datang pasti gratis, iya gak Yon?"kata Tigor bertanya ke Dion.
"Iya nanti pasti gratis kalau kamu yang datang."kata Dion.
"Kalau aku bawa pasukan gimana? Apa gak tekor resto kalian?"kata Rachel.
"Tenang saja bos kami gak akan tekor kalau kamu bawa pasukan karena dia memiliki banyak bisnis bukan hanya resto yang kami kelola."kat Tigor sambil tersenyum memandang Dion sambil tersenyum sedangkan Dion sendiri hanya geleng-geleng kepala.
"Oke deh, nanti kalau gak sibuk aku pasti datang kereso kamu."kata Rachel.
Saat mereka bertiga sedang berbicara Riski yang pulang kerja melihatnya. Riski penasaran siapa yang sedang berbicara sama Rachel karena selama ini Rachel tak pernah berbicara dengan pria lain selain dengan dirinya. Riski langsung menghampiri mereka bertiga untuk mencari tau siapa yang diajak bicara.
"Chel..."kata Riski.
"Loh sudah pulang kerja Ris?"kata Rachel.
"Iya sudah, kamu bicara dengan siapa?"kata Riski sambil melihat kearah Dion dan Tigor.
"Oh ya kenalin ini kak Dion dan bang Tigor."kata Rachel.
Mereka bertiga saling kenalan setelah itu berbasa basi sebentar sebelum mereka berdua pamit pulang.
"Kalau begitu kami pamit pulang dulu."kata Dion.
"Siap kak, titip salam buat Ratna maaf aku belum bisa menjenguknya."kata Ratna.
"Tenang saja nanti pasti akan aku sampaikan."kata Dion.
Mereka berdua langsung meninggalkan Ratna dan Riski menuju mobil mereka masing-masing.Tigor kembali ke resto sedangkan Dion pulang ke kediaman orangtuanya. Sampai dirumah orangtuanya terlihat ada mobil papanya digarasi tapi saat dia masuk rumah sepi. Dion langsung menuju dapur karena biasanya ada mak Mar yang sedang memasak atau sedang membuat sesuatu untuk dijadikan camilan sore.
"Mak..."kata Dion yang membuat perempuan paruhbaya itu terkejut.
"Ya allah den ngagetin mak saja, bagaimana kalau mak jantungan den?"kata mak Mar.
"Aku gak maksut ngageti mak kok, mak mobil siapa yang ada diluar itu?"kata Dion.
"Mobil milik temannya nyonya den."kata mak Mar.
"Pantas saja mak buat makanan banyak banget, memang buat berapa orang sih mak?"kata Dion.
"Buat 2 orang den."kata mak Mar.
"Kok banyak banget mak buat makanannya kalau cuma buat 2 orang?"kata Dion.
"Mak gak tau, 'kan mak ikut perintah nyonya."kata mak Mar.
"Mereka sekarang dimana?"kata Dion.
"Ada ditaman belakang den."kata mak Mar.
"Ya sudah mak lanjut, aku mau menyusul mama."kata Dion sambil megambil satu potong kue, lalu setelah berjalan menemui mamanya.
"Ma..."panggil Dion saat berada dibelakang mamanya, mama Jelita yang mendengar suara putranya langsung menoleh ke belakang.
"Tumben kamu pulang?"kata mama Jelita.
"Memangnya aku gak boleh pulang ke rumahku sendiri?"kata Dion.
"Boleh siapa yang bilang gak boleh, oh ya kenalin ini tante Mia dan ini putrinya Zahra."kata mama Jelita.
Dion berkenalan satu sama lain, Dion sebenarnya risih berada disana karena sejak tadi Zahra memandang dirinya terus. Seandainya gak ada mamanya dia pasti akan pergi dari sana tapi sebelum itu memaki Zahra karena Dion paling tak suka jika diperhatikan oleh seorang perempuan.
"Ma, papa dimana?"kata Dion.
"Papa ada diruang kerjanya ada apa?"kata mama Jelita.
"Ada yang mau aku bicarakan sama papa, sebenarnya sama mama juga tapi karena ada tamu aku bicara dulu sama papa saja."kata Dion.
"Ya sudah temui papa kamu sana."kata mama Jelita.
Dion setelah berpamitan kepada tamu mamanya langsung saja pergi darisana menuju ruang kerja papanya. Saat didepan ruang kerja papanya Dion langsung saja mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Masuk."kata papa Davit dari dalam ruangan.
"Pa, papa sedang sibuk gak?"kata Dion.
"Kamu Yon, kapan datang kok papa gak dengar suara mobil kamu?"kata papa Davit.
"30 menit yang lalu pa, tapi aku menemui mama dulu."kata Dion.
"Ada apa tumben kamu tanya papa sibuk apa gak?"kata papa Davit.
"Aku mau bicara sesuatu yang penting sama papa."kata Dion sambil duduk disofa yang ada diruang kerja papanya.
"Mau bicara apa?"kata papa Davit sambil duduk disebelah Dion.
"Aku mau minta restu papa, aku mau nikah pa."kata Dion membuat papa Davit terkejut.
"Kamu mau nikah sama siapa? setau papa kamu gak punya kekasih."kata papa Davit.
"Aku mau nikah sama Ratna pa."kata Dion.
"Ratna, teman kamu itu?"kata papa Davit.
"Iya pa."kata Dion.
"Bukannya dia suka sama Farel ya?"kata papa Davit.
Dion langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa dia mau menikah dengan Ratna awalnya papa Davit tak setuju tapi setealah Dion meyakinkannya akhirnya dia setuju. Apalagi pernikahaan itu walau didasari karena Dion berkorban untuk rumahtangga Farel tapi Dion juga berjanji akan membuat Ratna mecintainya.
"Kamu tau pernikahan itu bukan main-main lo Yon?"kata papa Davit mengingatkan.
"Aku tau pa, makanya sekarang aku minta restu papa."kata Dion.
"Mama kamu gimana?"kata papa Davit.
"Aku belum bilang ke mama karena dia sedang ada tamu."kata Dion.
"Kamu tau Yon siapa yang bersama mama kamu itu?"kata papa Davit.
"Emangnya siapa pa?"kata Dion.
"Mama mau jodohin kamu sama Zahra."kata papa Davit.
"Aku gak suka sama dia pa terlihat genit."kata Dion membuat papa Davit tersenyum.
"Nanti kamu bilang sama mama kamu sendiri saat mereka pulang."kata papa Davit.
"Siap kalau itu, papa setujukan kalau aku menikah sama Ratna?"kata Dion bertanya lagi untuk memastikan.
"Papa setuju setuju saja asal kamu yakin dengan pernikahan ini dan tak menjadikan pernikahan ini main-main."kata papa Davit.