TERLALU ketakutan membuat Nayu menunjukkan foto-foto janggal itu kepada temannya: Lulu Hatay. Mulanya, Lulu tak percaya karena baru dikirimi 2-3 foto. Namun, setelah Nayu mengecek isi galerinya lebih detail, ternyata ada 11 foto dengan penampakan gelap itu. Mereka pun terlponan beberapa menit, dan Lulu mengatakan ini:
"Dengar, ya, Nayu. Kalau disuruh jujur kalian ini sama-sama menakutkan," kata Lulu. "Soalnya dia jelas stalker, tapi kau pun juga stalker Phi Jeff. Sangat lucu kalau kau melapor soal ini ke polisi, padahal foto-fotonya saja kau dapatkan karena hasil stalker."
Nayu pun menggaruk pipinya kesal. "Iya, aku tahu. Aku stalker. Tapi dia ini terlalu mencurigakan," katanya. "Aku takut Phi Jeff nanti kenapa-napa. Ini kan terlalu banyak."
"Oke, oke. Kalau begitu lebih baik atasi rasa malumu, lalu temui Phi Jeff di kampusnya kapan-kapan," saran Lulu. "Mengakulah kalau kau mengikutinya selama ini. Lalu tunjukkan foto-foto curianmu padanya. Bukankah itu bagus daripada kau merasa bingung?"
"Ughhh, harus, ya ...." kata Nayu sambil menggigit kuku jarinya. "Tapi bagaimana kalau Phi Jeff malah membenciku? Aku pasti langsung terkesan jelek di depan matanya."
Lulu pun geleng-geleng kepala di seberang sana. "Ckckck, sekarang pilih saja kalau begitu. Mau crush-mu tetap aman, atau begini saja sampai one day ada yang terjadi?"
DEG
"Tolonglah, Lulu. Big no ...." kata Nayu lalu mengangguk pelan. Gadis muda itu langsung kehilangan sisi ceria, padahal tidak biasanya begitu. "Baiklah. Asal kau temani aku, I'm okay. Bagaimana pun ini berarti aku akan bilang perasaanku juga."
"Iyes, of course," kata Lulu berusaha menenangkan. "Lagian Phi Jeff itu orang baik kok. Walau memang terkesan anti-romantic, bukan berarti dia takkan menghargai perasaan orang, kan?"
"Umn."
"Good, jadi besok pagi kita stalking dia untuk terakhir kalinya, siap?" tantang Lulu sambil tersenyum menguatkan.
"Oke."
"Jangan lupa dandan paling cantik juga meski nanti tidak dibalas olehnya," kata Lulu. "Karena kau itu sangat berharga. Stop overthinking berlebihan untuk hari ini."
"Iya."
"Ya sudah aku tutup dulu teleponnya," kata Lulu. "Kita harus tidur siang atau waktunya nanti keburu habis. Dah."
"Dah."
Tuuuuttttssssss.
Begitu sambungan sudah terputus, Nayu pun memandang langit-langit kamarnya. Dia sedih sekaligus cemas, lalu meringkuk tidur tanpa mengganti gaunnya terlebih dahulu.
"Selamat tidur, Phi Jeff. Aku ini sangat mencintaimu."
***
Kasetsart Universitas, Bangkok
KEESOKAN harinya, pukul 1 siang. Nayu dan Lulu pun turun dari bus untuk menemui Jeffsatur di Kasetsart University, Bangkok. Mereka bahkan menunggu mahasiswa hukum itu keluar, dan mengobrol baiknya nanti harus bagaimana. Untung, para senior baik seperti biasa. Mereka mau dihentikan untuk menjawab, walaupun kadang penasaran kenapa Nayu dan kawannya sering ke sana.
"Owalah, Jeff. Hari ini dia dapat tiga SKS," kata seorang wanita bernama Gewn. "Sepuluh menit lagi pasti keluar kok Nong. Tunggu, ya."
"Baik, Phi," kata Nayu dengan senyum manisnya. Gadis itu pun duduk di taman kampus bersama Lulu, lalu memesan minuman susu. Well, biasanya Nayu juga begitu. Bedanya dia langsung sembunyi setelah mengetahui kapan waktu Jeff keluar. Ah, rasanya gugup sekali! Nayu pun mengecek riasannya beberapa kali, padahal dia termasuk percaya diri selama ini. "Lulu, plis ... aku ini tidak terlalu menor kan?" tanyanya karena cemas.
"Ya ampun, tidak kok. Kamu ini kan tercantik sejagat raya!" kata Lulu menyemangati. "Bukankah kau selalu bilang begitu selama ini? Go! Go!"
"Ugh, tapi kan ...." kata Nayu sambil memandangi gedung cantik tersebut. "Aku baru kali ini menampakkan diri padanya."
Lulu hanya geleng-geleng kepala, lalu menerima dua gelas susu pesanan mereka. "Ckckck, sudahlah. Percuma saja kalau tidak praktik langsung," katanya. "Ini, minum dulu. Biar tidak gugup waktu ketemu dengannya."
"Terima kasih ...." kata Nayu. Dia tetap berdiri di sana sambil menikmati susu, sesekali juga melihat situasi kampus. Ah, siapa tahu si hitam itu memperlihatkan diri lagi, kan? Nayu benar-benar tidak bisa kalau seorang Jeff terancam yang tidak-tidak.
"Eh? Tapi kok tidak ada apa-apa, ya?" batin Nayu. "Apa si hitam tidak datang setiap hari?"
Baru saja Nayu memotret keramaian di depannya beberapa kali, Lulu sudah menepuk bahunya dari belakang. "Pssst, siap-siap. Itu Phi Jeff sudah keluar," katanya sambil menunjuk sebuah spot. "Dia sedang turun tangga sekarang."
DEG
"W-Wah ... cepatnya ...." kata Nayu dengan wajah memerah. Omega itu pun menyingsingkan rambutnya tanpa sadar, lalu melambaikan tangan kepada Lulu. Temannya memang memilih sembunyi. Dia ingin memberikan mereka privasi, sementara Nayu berjuang dengan detak jantungnya sendiri. "Aku bisa ... aku bisa ... aku bisa ...." batinnya berusaha menghipnotis diri sendiri.
"Phi Jeff! Phi Jeff!" panggil Nayu hingga lelaki itu menoleh.
"Ya?"
Nayu pun langsung tersenyum kaku pada Alpha tersebut. "S-Salam kenal aku Nayu Wattanagitiphat!" katanya sesopan mungkin. Yah, Nayu tak peduli masa depan akan bagaimana nanti. Toh sudah sampai di titik ini. Mana mungkin kan dia mundur setalah maju begitu jauh? "A-Anu ... aku ... aku mau bicara sesuatu dengan Phi sebentar. Boleh? Ini, umn, menurutku penting sekali."
Jeff pun mengernyitkan kening, tapi tetap menelisik Omega muda di depannya ini. "Wattanagitiphat, huh?" pikirnya. "Aku memang pernah dengar Tuan Natta punya sepupu kecil, walau tak tahu rupanya seperti apa."
"Phi, boleh?" tanya Nayu sekali lagi.
Jeff pun mengangguk dengan senyuman, lalu menyentakkan dagunya ke arah parkiran. "Oke, tunggu. Aku ambil motorku dulu di sana."
"Baik."
Jeff menjentikkan jari sebelum dia berlalu. "Oh, iya. Kau bawa kendaraan tidak? Kalau tidak ikut Phi sekalian jalan. Kita ngobrol sambil makan di kafe. Aku lapar," katanya dengan nada normal-normal saja. Lelaki Alpha itu santai sekali, padahal Nayu sudah merah dan gugup luar biasa di hadapannya.
"Umn, tidak. Tadi aku pakai bus kemari," kata Nayu segan. "Tapi, terima kasih tumpangannya nanti!"
"Yo," kata Jeff dengan anggukan pelan. "Tunggu di sini saja sebentar. Nanti aku jalan kemari."
"Oke."
"See ya."
Begitu Jeff berjalan mengambil motor, Lulu di sebelah pohon pun menunjukkan kepalan semangat sekali lagi.
"You're great, Sis! Senyum! Aku pulang dulu kalau begitu," kata Lulu sambil menunjukkan ponselnya. "Panggil saja kalau ada apa-apa, oke? Aku pasti akan segera datang."
"Sip!" Nayu pun tanpa sadar tersenyum cerah, lalu memberikan gerakan ala sobat kepada teman baiknya itu. "Hati-hati!"
"Yups! Dah ...." kata Lulu setelah membalas gerakan Nayu.
"Dah ...."
Saat itu, Nayu ingin berteriak karena ternyata Jeff tak sedingin kelihatanya. Dia bahkan bisa senyum dengan orang asing, lalu menyambut baik Nayu seolah sudah kenal lama sekali.
Brrrrrrmmmm!
"Hei, Nong. Ayo!" kata Jeff yang sudah datang dengan motor besarnya. "Naik. Kita berangkat sekarang."