BAB 38: BLACK TROOPS

SORENYA, pukul 4 Apo sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena suhu badannya berangsur normal. Namun, karena belum sepenuhnya pulih, dia pun harus tetap meminum obat yang telah dipersiapkan.

Tak seperti biasanya. Mile bisa menyempatkan diri untuk menjemput Apo langsung. Dia menggendong sang Omega sendiri masuk rumah. Lalu mendudukkan Apo perlahan-lahan ke tepi ranjang. Meskipun begitu, dia memang harus kembali lagi.

"Maaf, ya. Memang hanya bisa sebentar," kata Mile sambil membelai pipi Apo. Mereka saling melempar senyum, sementara sang Omega mengangguk maklum.

"Tak masalah, aku sudah senang kok kau menepati janji," kata Apo. "Sana. Berangkat. Jangan sia-siakan waktumu."

"Hm."

Cup. Mereka pun berpisah setelah berciuman singkat. Well, Apo kira setelah itu dia bisa beristirahat. Namun, karena ponselnya mendadak bergetar, Apo pun menoleh ke atas nakas.

Drrrrt. Drrrrt. Drrrrrt.

[Nayu, Calling ....]

Apo penasaran karena sudah

jarang bersua dengan si gadis muda. Dia mengangkat panggilan itu, walau langsung kaget karena jeritan di seberang sana.

"AAAAAAAA!! PHI POOOOO! YA TUHAN AKHIRNYA DIANGKAT JUGA! AAAAAAA!! AKU MAU CURHAT SESUATUUUU!" kata Nayu histeris.

Sejujurnya, Apo selalu risih dengan orang berisik. Namun, karena dia sempat mengharapkan adik, dulu bayi Nayu dia juga yang mengajak bermain. Balitanya sering digendongi Apo kemana-mana. Lebih besarnya dijadikan Apo teman berkunjung ke tempat wisata. Jadi, sampai kini wajar bila Nayu menempel padanya.

Apo meng-aktifkan loudspeaker setelah Nayu menunggu dia bicara. "Iya, adik kecil. Kau ini sebenarnya kenapa lagi?" tanyanya.

"Phiii! Lihat deh foto yang kukirimkan! Shiaaa! Aku jadian dengan Alpha yang super tampan! Ututututu! Phi Apo pasti tidak menyangka!" kata Nayu terdengar riang.

"Alpha tampan? Siapa?" kata Apo sambil membuka chat Nayu. Ekspresinya pun langsung berubah, apalagi Jeffsatur nyata-nyata duduk di sebelah Nayu saat nonton film tadi siang. Mahasiswa itu tampak santai menatap layar sambil makan popcorn, sementara Nayu selfie dalam kondisi dirangkul. Fine, itu memang umumnya pasangan muda. Tapi Apo paling paham karakter Jeff seperti apa. Dia pun diam sejenak, lalu baru menyahuti Nayu. "Oh, iya. Tampan. Tapi boleh Phi tahu kau mengenalnya sejak kapan? Jangan-jangan malah orang jahat lho ...." katanya menakut-nakuti.

"Iiiii tidak yaaaa! Aku udah stalking dia sejak tahun pertama! Ya ampun, mimpi apa aku diterima tadi siang. Mana langsung diajak makan dan nonton. Sekarang aku baru saja diantarkan pulang. Hihihi. Bahagianyaaaa!" kata Nayu sambil tertawa-tawa. Apo tebak, si sepupu kecil pasti sedang guling-guling di ranjangnya saat ini.

"Oke, oke. Bagus kalau memang tidak jahat. Tapi jangan aneh-aneh, ya. Kau ini masih sekolah. Belajar dulu yang benar. Kalau ada apa-apa bilang saja pada Phi Po. Nanti tak pukulkan muka tampannya itu," kata Apo tegas.

"Ha ha ha ha. Tidak koooook! Yakin! Dia sweet, walau tidak lebay seperti di drama-drama. Sopan juga, Phi. Aku tidak sampai dipegang keterlaluan," kata Nayu dengan anggukan yakin. "Jadi makin cintaaaa. Uwuuu!"

Apo hanya geleng-geleng dengan kelakuan Nayu. Meskipun begitu, dia tetap bisa sangat memaklumi. Bagaimana pun, Nayu memang dalam usia pubertas. Bisa jadi dirinya pun lebih parah misal dulu merasakan pacaran juga. "Jadi apa cuma itu?" tanyanya. "Phi masih siap mendengarkan di sini."

"Hmmm, apa ya ...." kata Nayu. "Oh, iya. Phi, sebenarnya tadi aku menemui dia karena ...."

Nayu pun menceritakan segala kronologi yang dia alami selama ini. Seperti umumnya adik yang sedang curhat, gadis itu paling heboh waktu menemukan foto stalker berbaju hitam. Dia agak mendramatisir di bagian deg-degan. Tapi Apo tetap mendengarkan hingga selesai. Dia tahu, semua ini sepertinya bukan kebetulan. Pasti Jeff juga mengerti situasi mereka, jadi lelaki itu memutuskan untuk melakukan ini.

Dan, benar saja. Usai bertelepon dengan Nayu, Apo mengecek nomor Jeff yang ternyata mengirim pesan beruntun sejak seminggu lalu. Hacker sekaligus mata-mata kesayangannya itu memberitahu soal paket yang dia kirimkan, dilanjut perihal Nayu yang mendadak menyatakan perasaan.

Kata Jeff:

[Sepupumu sudah ada di dalam teritoriku, Tuan Natta. Anda tidak perlu terlalu khawatir]

[Well, sebelum dia ada banyak stalker dari kalangan Omega. Jadi, aku tidak me-notice karena itu sudah biasa. Tapi, sepertinya kali ini memang serius. Nayu memberiku banyak bukti lebih dari foto-foto. So, sekarang masuk akal kenapa si hitam ini sering muncul dalam radarku. Dia pasti sengaja, Tuan Natta. Dia tahu aku sedang mencari informasi tentangnya. Jadi tinggal menghitung mundur saja]

[Orang ini suatu saat akan muncul di depanku, Anda, atau siapa pun yang ada di dekat kita]

[Entah kapan. Aku sendiri tidak bisa memastikannya. Karena meski tahu tempat tinggal dan kampus kuliahku sehari-hari, dia tidak langsung menyerang seperti umumnya pembunuh]

[Mungkin, ada hal lain yang dia inginkan selain membunuh]

[Sesuatu. Apalah. Yang pasti tetap hati-hati saja. Dia mengawasi kita setiap waktu. Atau, bisa jadi dia juga tidak sendirian dalam melakukan semua ini]

Apo hanya menatap datar saat membaca semua itu. Dia tampak tidak gentar samasekali, tapi jantung tetap tidak bisa dibohongi. Apo berdebar karena alasan yang tidak jelas. Dia pun segera membuka paket dari Jeffsatur. Lalu tertegun karena isinya pistol, penyadap, rokok, pisau, juga sisa narkoba yang ditaruh di dalam plastik. Semua itu Jeff catat dalam sebuah surat, yang berisi dia menemukan semuanya di halaman belakang.

Jeff juga minta beberapa bodyguard yang menyamar jadi keluarganya. Mereka akan berpakaian biasa selama di dalam rumah, menemani, mengawasi, intinya hanya agar dia tidak tinggal sendirian selama meretas untuk Apo Nattawin.

"Oke, Jeff. Malam ini juga bodyguard-mu akan sampai ke sana," kata Apo melalui telepon. "Mereka akan kulengkapi senjata, tapi kau pun juga harus hati-hati. Belajar dan kuliah benar sampai kelulusan, mana tahu masa depan lebih cerah daripada saat ini."

Jeff menyahut sama tenangnya di seberang sana. "Hm, kutunggu," katanya. "Dan terima kasih atas segalanya. Kuusahakan lebih baik lagi untuk di masa mendatang."

"Ya."

Tuuuuuttttsss!

Setelah panggilan berakhir, Apo pun tidak memberikan kesempatan untuk berdiam diri. Lelaki Omega itu bergerak cepat, walau langkahnya masih tertatih lemas. Jangam sampai keluarga dan orang-orang terpentingnya terancam hingga kasus ini selesai.

Lupakan sesi manja-manja yang tadi dia lakukan. Apo kini dalam mode kerja sepenuhnya, lalu menelpon beberapa orang agar bergerak di bawah perintah yang mutlak. "Iya, ini aku. Kalian pergilah ke tempat Jeff sekarang. Usahakan tiba sebelum matahari terbenam."

"Baik!"

"Aku tidak mau tahu," kata Apo. "Kawal dia dan jangan biarkan seorang pun bertindak mencurigakan. Kalau perlu, tangkap. Aku mau salah satu stalker dikirimkan ke hadapanku nantinya."