Pada keesokan hari omongan Mile betul-betul terjadi. Apo dibangunkan seperti rutinitas sebelumnya, diberi sarapan. Bedanya Mile makin wangi karena menyemprotkan banyak parfum ke badan kekarnya. Dia bercermin depan belakang sebelum menggendong Apo. Dan benar saja Gulf datang setelah itu. Oh ... Gulf, kekasih Mile ternyata manis sekali! Super cantik! Dan Apo melihat mereka berciuman tepat di depan matanya.
"Pagi, Sayang."
"Pagi juga."
"Apa aku lama? Kuharap kau tidak masalah."
"It's okay, it's okay. Malahan makasih lho Mile sudah menjaga anabulku. Natta itu memang nakal. Dia susah diam sejak kubawa pulang ke rumah."
"Iya, tidak apa-apa. Kadang memang butuh adaptasi. Justru maaf karena dia sempat terluka olehku."
"Ah? Paw-nya ya."
"He-em. Ini, silahkan."
Gulf pun menerima Apo ke gendongannya. Si kucing ternyata punya nama asli "Natta", lalu plesternya ditilik sebentar Omega itu. "Ya ampun, ternyata darahnya masih basah."
"Iya, harusnya tak begitu, Sayang. Tapi Paopao mengawininya seharian kemarin."
"Apa?"
"Paopao sepertinya suka pada Natta ini. Dan rumahku berantakan karena mereka kejar-kejaran."
"Astaga, sudah kukebiri pun kau ternyata masih kawin?" omel Gulf. Dia tidak tahu seberapa keras Apo berjuang karena tak mau dicumbu. "Kau bahkan membuat rumah kekasihku kotor!"
"Hei, hei. Jangan marahi dia, Sayang. Natta tak keliru. Paopao saja yang butuh dipukul. Kami nanti pasti hadapan one by one."
"Iya, makasih Mile. Cuman, sayang saja gitu loh. Kupikir Natta jadi anteng setelah bijinya hilang, tapi kok tetap saja nge-reog," kata Gulf jadi emosi.
Apo paham Mile dan Gulf sedang tahap berpacaran, maka wajar jika mereka menjaga image. Apo hanya tertunduk ketika dibawa pergi, walau mata birunya sempat mendelik karena raungan Paopao ada di dalam.
"MEOOOOOOOWWW! MEOOW! MEOOOOOOOOOOOOOOOWW!"
Apa Paopao tidak ingin korban perkosaannya pergi?
Paopao jatuh cinta pada Apo atau bagaimana?
Apo pun bercampur aduk. Sayangnya dia terlalu lelah untuk memperjuangkan perasaan. Apo pun butuh waktu sendiri saat di tempat Gulf. Bukan karena rumah Gulf jelek, bukan. Hanya saja Apo tidak doyan makan terlebih Gulf sering pergi-pergi seperti Mile. Tuannya ini mahasiswa aktif juga, sebab dia mengenakan seragam atlet tenis sebelum mengunci Apo di dalam rumah. Apo pun tertatih-tatih saat mau minum. Tapi dia tetap berusaha karena kehausan.
"Meooowww ....." Dia mendekati mangkok minuman di pojokan untuk menjilat, tapi mendadak tersedak karena lidahnya terasa hambar. "Uhuk! Uhuk! Uhuk! Uhuk! Hatchi!" Padahal Gulf tampak baik pada hari ini, sebab Apo diberi telur orak-arik selain dry-food peliharaan. Tapi, entahlah. Dii sini terlalu sepi tanpa Paopao, dan Apo mulai bertanya dalam hati apakah lebih baik jika ada teman?
Yang tidak mesum seperti Paopao, tentu saja.
***
Apo pun berkeliling rumah demi menghilangkan bosan, tapi akhirnya dia mengantuk juga. Terhitung 7 kali dia bangun, tidur, bangun, tidur ... barulah mau berak di kotak litter pojokan. Namun kucing itu sempat mengernyitkan hidung karena tak sanggup. "Ugh, seriusan? Aku benar-benar boleh BAB di sini kan?" pikir Apo sebelum memposisikan bokong di sana. Buruknya dia menangis saat mengejan, karena lubang analnya masih sakit saat mengeluarkan tai. "Aaahh! Hiks, hiks, hiks ... Puteri Davikah apakah aku begini selamanya? Aku minta maaf soal gucinya ...." rintih Apo karena merasa susah dan sakit.
Apo pun mengusap matanya dengan punggung tangan. Lalu menjilat-jilat paw usai buang air. Dia melompat keluar dan mencari keran. Sebab Apo merasa kurang bersih jika berak di sana tanpa membasuh anal. Aku butuh cebok, serius!! Aku mau lebih bersih dari ini! Pikirnya, yang frustasi dengan gaya hidup baru. Apo pun menyenggol jatuh remot TV demi menonton acara. Dia bosan, tapi cukup senang saat menemukan suatu film.
"Wah, ada kucing juga ...." desah Apo saat programnya dimulai. Dia akhirnya menyukai kegiatan itu dan betah di tempat. Kadangkala juga memencet tombol untuk mencari channel yang lebih bagus.
Saliva Apo keluar saat melihat makanan enak. Apalagi tutorial masaknya begitu mudah. Apo rasa dia bisa praktek jika tubuh bidadaranya kembali. Itu pun andai diberikan kesempatan.
"Aku ingin makan itu juga ...." desah Apo. Dia melompat dari sofa dan melangkah ke dapur. Lalu mengendus-endus dimana tepatnya Gulf menyimpan makanan. Sayang aroma paling kuat tercium di dalam kulkas, tapi Apo tidak bisa membukanya apapun yang dilakukan. "Meooow, meooow, meooow, meoooow ...." keluhnya hingga ketahuan Gulf sendiri. Omega itu pulang dengan wajah kesal. Sangat merah, lalu Apo mendatanginya dengan lari-lari.
Aku akan menghiburmu biar tak bersedih, Gulf!
Lihat aku lucu, jadi kau harus tersenyum!!
"Diam dulu, Natta. Aku belum ada waktu untuk mengurusimu," kata Gulf saat Apo mendekat. Gulf tampak baru menangis, tapi Apo tak mengerti kenapa dia melempar tas kuliah begitu saja.
"Meowww?"
Apa kau baik-baik saja? Aku ingin membuatmu bahagia lagi ....
Kau satu-satunya tempatku bergantung, Gulf ....
Gulf pun merebahkan dirinya di sofa. Omega itu memijit kening. Lalu dia menangis lagi di sana. Snif, snif, snif, snif ...
Apo baru tahu manusia suka ngomong sendiri ketika sedih, sementara dia duduk menunggu Gulf sambil memperhatikan.
"Aku ini benar-benar bodoh. Sial! Begitu saja tak lolos seleksi. Hiks, hiks, hiks, hiks ... aku kan juga ingin ikut lomba di kota ...."
Oh ....
"Hiks, hiks ... Mile. Kau takkan macam-macam kan kalau pergi tanpaku? Si gatal Gun sepertinya butuh digampar. Bisa-bisanya dia mencoret namaku setelah berhasil masuk. Sial ... mentang-mentang anak orang konglomerat, kau itu sangat menyebalkan Gun! Hiks, hiks, hiks, hiks ...."
Gulf pun ketiduran setelah curhat kegagalannya. Tapi Apo tetap kebingungan jadi cuma ikut tidur di sampingnya. Apo meringkuk di sana, dia setia. Padahal hatinya sendiri patah di sana-sini. Kucing itu pun terbangun pukul 8 saat Gulf mengelusnya, dan kumis Apo menjentik-jentik karena geli.
"Natta Sayang ... Natta?" panggil Gulf.
"Meow?" sahut Apo sambil membuka mata perlahan.
"Aku punya wet food baru loh. Makan malam dulu ya, Sayang. Nanti Mama bolehin tidur lagi."
"Meoooow~"
Entah kenapa Apo bahagia Gulf tersenyum, padahal matanya bengkak luar biasa. Gulf pun mengelus Apo lembut. Lalu menemaninya makan dengan menu yang berbeda. Apo wet food, Gulf spagetti. Dan kucing itu patuh, meski ingin mencoba menu-nya Gulf.
"Meooooow, grr, grrrr, grrr, grrr ...."
Aku tak boleh kurang beryukur ....
"Pintar. Makan yang banyak ya, Sayang. Anak Mama memang harus cepat sembuh. Semangat."
"Meoooww ...."
Aku juga tak boleh banyak mengeluh ....
Gulf kan sudah baik. Tapi jangan lupa pergi tempat Ta Ta-ku nanti ....
Secara ajaib do'a Apo pun terkabul. Sebab dia dibawa Gulf ke RS tempat Ta dirawat paginya. Apo digendong menggunakan baju cantik dan pta pink. Namun, Apo tak banyak protes seperti janjinya pada diri sendiri. Ras Persia putih itu tampak indah, membuat orang-orang menoleh, walau Gulf tidak masuk ke kamar Ta demi jarak aman.
"Halo, Baby-nya Ayah ...." sapa Ta Nannakun di balik kaca. Apo tak menyangka tuan aslinya masih SMA, apalagi senyum itu baik sehingga Apo menepuknya karena rindu. Entahlah, hati Apo sakit sekali melihat Ta dipenuhi selang-selang. Jadi dia mengeong sedih, padahal inginnya menghibur.
"Meoooow ...."
Seolah Apo menjawab 'cepat sembuh, Ayah. Lalu Ta melambai semangat untuk membalasnya.
"Maaf, ya Natta Sayang. Ayah belum bisa ketemu denganmu. Ha ha ha ....."
Mata Apo pun berkaca-kaca, walau sebetulnya Gulf kemari karena kabar baik. Bagaimana pun Ta sekarang mendingan karena bisa duduk nyaman, padahal sebelumnya hanya baring dengan infus menempel 24/7. Ah ... Apo harusnya bersyukur Ta bisa bangun. Tapi kenapa malah meneteskan air mata seperti sekarang?
Aku yakin kau pasti bisa sembuh suatu hari nanti, Ayah ....
***
Dua hari kemudian, Apo melihat Gulf ditemui Mile karena Alpha itu baru peka. Saat sedang nonton TV Apo pun menoleh, lalu menyimak obrolan sengit mereka berdua.
"Aku minta maaf, Sayang! Sumpah kau itu salah paham! Gun cuma kuantar pulang, sebentar oke? Sampai di depan rumahnya! Aku tidak masu ke dalam!"
"Brengsek! Apa iya harus begitu? Gun itu sudah dewasa, Sayang! Umur 24 dan lebih tua dariku! Dia harusnya bisa menyetir sendiri dong, dengan kaki yang tertimpa vas saja. Kenapa manja sekali? Sengaja ya cari perhatianmu? Hah? Aku tahu aku kalah dalam seleksi, tapi plis Mile ... aku tidak mengemis padamu cuma untuk perhatian! Najis!"
"GULF! MULUTNYA!"
"KENAPA? KASAR?! KAU LEBIH KASAR KARENA MENGABAIKANKU DI LORONG!"
"Hei!"
Mile pun emosi setelah dilempar dokumen tugas. Kertas itu berjatuhan, tapi Apo tahu Gulf tidak betul-betul salah.
Gulf mengerjakan tugas Mile sebelum deadline-nya datang, tapi Mile malah mengabaikannya demi kepentingan Gun Attapan. Padahal Mile tidak bisa menyelesaikan tugas dengan cepat. Sebab dia harus fokus latihan sebelum tanding tingkat provinsi. Oh, pantas ... pelatih renang pun memburunya dengan menu keras, jadi Mile wajib hadir sebelum hari H tiba.
Sayangnya sisi Mile juga tidak betul-betul salah. Dia membawa nama baik kampus demi mendongkrak eksistensi jenjang nasional. Apalagi klub renang sedang menjajaki puncak sorotan. Mile termasuk selebriti kampus yang tampil di majalah inspiratif karir. Tapi mungkin hubungan mereka sedang tak bagus. Apo pun terus menyimak keduanya cek-cok. Sesekali menoleh ke TV, tapi tamparan Gulf yang berbuah pelukan ternyata lebih menarik.
"Aku minta maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf. Hal seperti ini takkan kuulangi lagi, oke? Serius aku tidak tahu Gun menyukaiku. Ini pasti yang terakhir ...."
"Hiks, hiks, hiks, hiks ... bodoh!" kata Gulf. Dia pun menjambak kaus Mile kesal, dan mereka akhirnya berbaikan.
Apo sendiri melongokkan kepala pertanda senang ending-nya begitu, tapi dia syok parah karena kejutan tak sampai di sana.
Usai bertengkar Mile masuk ke dalam dan mengunci pintu. Lalu Gulf yang masih emosional diangkat ke gendongannya menuju ke meja tamu. Kekasihnya direbahkan ke atas sana, dipeloroti celananya, lalu mereka melakukan seks panas di atas sana.
"Ahhh! Ahhh! Mileee! Lagi, ahhh!"
"Iya, Sayang. Tahan dulu aku agak kesusahan di posisi ini."
"Ahhh! Hiks ...."
Apo pun memperhatikan adegan itu dengan kedua mata birunya. Agak bingung, tapi juga kagum karena belum pernah melihat dua orang bercumbu seperti itu. Apo jadi ingat Paopao yang kemungkinan mencintai dirinya. Sayang Apo sendiri tidak paham apa itu perasaan cinta.
"Mauwww?" gumam Apo. Dia menelengkan kepalanya lucu. Terus menonton seks, sehingga TV terabaikan karena fokus pada penis besar Mile. Benda itu terus menggempur bokong bulat Gulf. Ukurannya sangat menakjubkan. Dan tampaknya sesak di dalam sehingga Gulf sampai menangis.
Ya ampun, ternyata seks manusia tidak secepat kucing ....
Apo heran Mile dan Gulf masih ganti posisi setelah satu jam, tapi mereka langsung selesai setelah masing-masing terpuaskan.
"Hhhh, hhh, hhh ... Mile, Sayang. Aku benar-benar mencintaimu."
"Aku juga. Aku pun mencintaimu," kata Mile. Lalu mereka berciuman mesra.
Apo benar-benar ingat detail unsur peristiwa itu. Sangat jelas, dan dia akui Mile tidak buruk untuk ukuran lelaki. Maksud Apo, dia masih lelaki wajar, kan? Mile mau minta maaf dan memanjakan Gulf setelah bertengkar. Bahkan setelah seks mereka cuddling di atas sofa.
"Aku jadi ingin pasangan seperti Mile juga, dimana ya ...." batin Apo dengan mengibas-ngibaskan ekornya. Dia fokus ke TV lagi, lalu memperhatikan kucing Persia di layar yang tengah iklan whiskas enak. "Tapi kenapa aku malah tertarik ke pejantan? Ahhh ... pokoknya ini semua gara-gara Paopao."
***
Malam itu, ternyata Mile menginap di tempat Gulf, tapi sempat pulang untuk menjemput Paopao. Mile juga membawa makanan serta oleh-oleh. Lalu Gulf dan Mile makan malam bersama di ruang tengah. Mereka bercanda ria, romantis lagi. Sementara Apo berjengit saat Paopao datang.
"Meoowww?" tanya Paopao, yang Apo terjemahkan sebagai bentuk tanya kabar.
Apo diam karena tak bisa komunikasi, tapi dia yakin sebirahi apapun Paopao takkan mengawininya saat ada Mile. Apo akhirnya menerima Paopao yang menjilati mukanya. Lalu Persia oren itu duduk di sebelahnya.
Oh, apa Paopao ingin pacaran juga?
Apo yang masih trauma diperkosa hanya menoleh, tak mau banyak tingkah. Lalu memejamkan mata pertanda malas menanggapi. Namun, percayalah. Paopao ternyata manis sekali. Dia terus menjilati pipi dan leher Apo pertanda sayang.
"Wah, lihat! Sayang, Natta sepertinya akur dengan Paopao. Apakah mereka pasangan?" tanya Gulf tiba-tiba.
Mile pun menoleh dari kotak pizza-nya. "Oh, bisa jadi. Aku sih tak masalah mereka pacaran. Toh sudah kawin kemarin. Cuman, ya ... tanggapan Ta sendiri bagaimana? Bagaimana Natta punya orang. So, cepat atau lambat dia pasti kembali. Aku tidak bisa datang ke rumah Ta cuma untuk mengapel-kan mereka."
"Iya juga ya."
"Tapi mereka cocok sekali. Oren dan putih. Natta ini juga penurut. Ya, maksudku tidak sebrutal ketika tantrum. Buktinya dia tenang seharian ini."
"Ha ha ha. Sepertiny begitu. Dia mungkin nyaman karena ketemu pacarnya."
"Lucu sekali kalau begitu."
Telinga Apo pun bergerak-gerak karena obrolan itu. Dia membuka mata tepat saat Mile menjepret dirinya dan Paopao. Oh! Dia pasti akan meng-upload fotoku lagi! Batin Apo, karena Mile aktif Stagram selama ini. Namun Apo tak peduli lagi. Malahan hanya memandang Paopao yang terlihat jatuh cinta.
Apo membiarkan Paopao ikut saat dirinya beranjak pergi, walau kucing Oren itu berubah seperti anak itiknya. Paopao selalu ikut kemana pun Apo pergi, dan Apo kaget karena bokongnya mendadak dijilat dari belakang.
"MEOOOOOWWWWWWW!!" jerit Apo.
Ahhhh! J-Jangan! Apa kau mau kawin lagi?!
Apo pun seketika berbalik. Dia mengeong kencang. Tampak terluka hingga Paopao mundur kebingungan.
Tunggu dulu, tunggu dulu. Apo sungguh tidak paham apa yang sedang terjadi. Yang pasti Paopao tak se-agresif dulu. Sebab pejantan itu melangkah pelan padanya. Paopao menjilat muka Apo lagi, seolah meyakinkan bahwa ini tidak apa-apa. Dia ingin membuat Apo nyaman setelah berbuat kasar. Lalu memutari tubuh Apo untuk mencari analnya lagi.
"K-Kau ... kau tidak ingin menusukkan penis, kan?" tanya Apo, terserang mental. Dia masih menegang karena tindakan tadi, tapi Paopao teguh mengendus. Paopao seolah membatasi teritorinya dengan berjalan melingkari Apo. Lalu dia menjilat bokong itu hingga si empunya memerah. "Ahhnnh! Ahhh! Paopao!" jeritnya karena nikmat.
Apo bingung akan sensasi yang ditimbulkan. Bahkan ekornya berdiri ketika jilatan Paopao semakin ahli. Mungkin itu untuk membersihkan atau menyembuhkan Apo. Yang pasti Apo ingin memahami bahasa hewan. Mungkin itu hanya ekspresi Paopao cinta padanya, sementara Mile dan Gulf tertawa kencang menyadari mereka begitu.
"Ahhh! Hiks, s-sudah ... sudah ... aku tidak apa-apa," kata Apo makin tak nyaman. Pasalnya dia kemarin berak dengan kesakitan. Lantas bagaimana bisa Paopao melakukan itu tanpa berpikir bokongnya kotor atau bersih? "Iya, iya. Aku memaafkanmu. Meooow, meoww ...." lanjut Apo setelah berbalik. Dia mau balas menatap Paopao. Merasa dicintai. Lalu menjilat wajah si persia oren.
"Meoooowwwwww!! Meoowww! Meoowwww!! Meoooow!"
"Meoooow! Meoooow! Meooww! Meoooow! Meoooow!"
Eongan Paopao dan Apo saling menyahut. Mereka guling-guling bersama. Bermain layaknya teman dan pasangan, walau Apo tidak paham kenapa dia begitu.
"Ha ha ha ha ha! Ya ampun, aku sedang melakukan apa?" batin Apo saat mood-nya membaik. Dia rasa Paopao tidak buruk jika dijadikan pacar, bahkan diam saat Paopao mencium bibirnya sebelum pulang.
"Paopao! Come to Daddy! Ayo! Satu jam lagi Daddy harus sampai kampus!" kata Mile pada keesokan pagi. Usai sarapan dia pamit kepada Gulf. Sementara Paopao lari ke tuannya penuh semangat. Dia melompat ke gendongan Mile sambil menoleh ke Apo, tapi tatapan matanya tak rela saat Apo lari kepadanya.
"MILE! SAYANG! TUNGGU!" teriak Gulf ketika menyadari itu.
"Ya? Apa?"
"T-Tunggu, tunggu-tunggu. Tunggu sebentar ... hahh, hahh, hahh ...." kata Gulf begitu lari kepada Mile. Apo tidak tahu apa yang mereka bicarakan, yang pasti Gulf berakhir kembali setelah Mile menyerahkan Paopao. Tampaknya Gulf tahu Apo kesepian, jadi pacarnya itu diturunkan ke sebelah kiri setelah berhasil. "Thank you! Akan kupastikan Paopao baik-baik saja. Dia akan bermain bersama Natta. Kau sana, kuliah saja. Biar kutemani setidaknya sampai part-time tiba."
"Oke, oke. Sip. Aku pulang."
"Iya."
Mile pun pergi dengan deruman mesin mobilnya. Cukup buru-buru. Bahkan dia tidak sempat mencium Gulf walau sepertinya ingin.
"Baiklah, Baby-Baby ... kalian main sama-sama dulu. Mama mau mencuci baju di belakang, oke? Baik-baik saja sampai aku kembali."
"Meoooow~ meoww~ grrr, grrr, grrr ...."
Paopao pun memutari kaki Gulf seolah berterima kasih. Lalu Gulf tertawa sebelum pergi. "Iya, sama-sama ...." Dia baru meninggalkan mereka berdua, sementara Apo wanti-wanti sebelum didekati Paopao lagi.
"A-Apa? Si Mile ke sana loh ... aku tidak akan memaafkanmu kalau birahi lagi," kata Apo ketakutan.
Namun, Paopao ternyata menyeruduk sayang Apo. Mengesun lehernya. Dan itu membuat dada Apo menghangat.
"Meoooowww!"
Ah, sial. Andai aku tahu apa yang kau katakan. Paopao, mungkin tidak salah paham terus padamu ....
***
Di atas langit, di nirwana sana. Puteri Davikah tengah bersolek sebelum bertemu sang calon suami: Pangeran Mario Maurer. Dia dibisiki sesuatu oleh pelayan. Lalu mengernyitkan kening karena pelayan ini mengaku sebagai teman Apo. Namanya Masu. Masu bilang, dia sedih melihat nasib Apo di cermin benggala. Karena temannya itu selalu tertimpa lara.
"Apa? Kenapa harus memberi Apo keringanan? Guci itu hadiah dari pangeranku loh. Tidak bisa!" larang Puteri Davikah. Namun, bujukan Masu terus terdengar saat menyisiri rambut Puteri Davikah. Akhirnya si empunya pun menyerah. Karena Masu itu pelayan lelaki yang dia sayangi. "Baiklah, baiklah. Aku tidak tahan lagi. Tapi apa yang bisa kulakukan untuk Apo? Dia punya harapan atau keinginan saat ini?"
"Ada, Yang Mulia."
"Hm, kalau begitu laporkan padaku," kata Puteri Davikah. "Tapi maaf ya. Untuk jadi manusia, tidak dulu. Apo harus membuktikan banyak perbuatan baik. Barulah dia pantas untuk semua itu. Jadi, sementara ini takkan kukabulkan," katanya.
"Baik."
Puteri Davikah pun ditunjukkan penglihatan di kaca benggala. Ternyata Apo malas-malasan di atas sofa, tapi dia tidak sendirian. Apo ditemani Paopao yang menjilati paw-paw-nya. "Ho, cuma ingin mengerti bahasa hewan? Kenapa tidak? Lagipula dia memang kucing."
Pffft--
"I-Iya, Nona. T-Tapi, hamba lihatnya kok Apo tersiksa. Umn, terima kasih sebelumnya. Apo pasti akan semakin senang."
"Ya. Terserah. Yang penting Apo takkan kembali ke langit. Aku tidak sudi menerima bidadara ceroboh sepertinya lagi."
"Baik."
Masu pun menerima kaca benggalanya lagi. Lalu memeluk benda itu penuh rasa syukur. "Baiklah, Apo. Tak masalah kalau pertemanan kita berakhir. Yang penting kau tetap bahagia di jauh sana," batinnya dengan muka memerah.
***
"Sebetulnya aku bingung maumu apa. Kalau jalan-jalan aku bisa mengajakmu keliling kota," kata Paopao, mendadak perkataannya bisa dipahami Apo.
Apo pun refleks berjengit. Tidak tahu kenapa, yang pasti dia tolah-toleh sebelum menatap Paopao. "Tunggu, tadi barusan kau bilang apa?" tanyanya.
"Jalan-jalan, Cantikku. Kalau kau mau berkencan aku takkan keberatan," kata Paopao ulang. Pejantan itu pun balas menatap Apo. Tampak sedih, lalu menduselkan kepala padanya. "Aku benar-benar tidak bisa melihatmu murung, Sayang."
Apo pun berdebar-debar.
Jadi, selama ini Paopao sangat memujanya?
Apo pun loading memikirkan sebab dia mendadak paham bahasa hewan, apalagi perkataan Paopao manis sekali.
Apa ada sihir atau semacamnya? Kenapa aku bisa bicara denganmu?
Paopao pun mencium Apo lagi. Lalu duduk roti dengan muka lemas. "Tapi kalau kau tak mau juga tidak apa-apa. Aku juga senang kok di sini. Setidaknya sampai Daddy Mile pulang."
Telinga Apo pun bergerak-gerak. Lalu ikutan duduk roti. Dia menjilat muka Paopao agar tidak murung. Kemudian balas menciumnya juga. "Oke, oke. Maaf aku mengabaikanmu terus. Aku masih marah karena kau mengawiniku waktu itu."
"Apa? Seriusan?"
Kepala Paopao seketika menegak. Dia heran dengan dengan omongan Apo barusan. Lalu meneleng lucu ke samping.
"Iya, apa kau tak paham sakitnya?" kata Apo. "Bokongku pegal, tahu. Kau menggigit tengkukku terus menerus."
"Iya, tapi itu karena aku suka padamu, Natta. Kok benci," kata Paopao. "Padahal kau terlihat menikmatinya sepertiku."
"Apa katamu barusan?"
Secara blak-blakan Paopao pun akhirnya cerita. Bahwa Apo mendesah kencang minta terus dalam bahasa kucing. Dia juga tahu Apo perjaka, jadi Paopao memastikan pengalaman pertamanya indah. Dengan seks tak berhenti plus penuh kekuatan, Paopao ingin tahu bahwa Apo memilih pejantan paling perkasa. Paopao pun mencumbunya seharian agar Apo tak merasa dimanfaatkan saja. Dia mesra. Dan Paopao ingin jadi boyfriend material untuk Natta cantik ini.
Oh, yang terpenting Apo juga tidak tahu ritual kejar-kejaran di dapur sebetulnya tanda pasangan malu. Jadi Paopao berusaha keras membuktikan dia perkasa untuk membuat Apo takhluk. Saat menangkap berarti Paopao cukup kuat untuk menjaganya. Itulah sebab Paopao langsung menyemprotkan urin ke bokong Apo sebagai pelumas.
.... sekalian agar Apo tidak kesakitan juga sih sebenarnya.
Paopao bilang Apo pasangan paling menawan yang dia temui, sehingga Paopao tidak ingin pacar yang lain lagi.
"K-Kau sepertinya agak berlebihan," kata Apo malu sungguhan. Dia pun melengos setelah tahu betapa gentleman Paopao, sampai-sampai tak bergerak ketika disayang lagi. "Aahh! Jangan jilat kupingku! Geli!" Dia pun memejamkan mata, walau tetap diseruduk. Akhirnya Apo berguling dalam tindihan Paopao dalam suasana intim.
Astaga, kali ini Apo merasa aneh karena dia bisa menerima.
"Kau memang sangat memesona, Cantikku. Aku setuju Daddy Mile menyebutmu begitu," puji Paopao.
Apo pun bingung harus bagaimana, dan dia kesal menahan hasrat saat Paopao menggesekkan biji ke bokongnya.
"Umnh, m-makasih. Tapi sebenarnya aku kesal didandani baju princess. Soalnya aku ini kan pejantan."
"Iyakah? Tapi kau cocok kok pakai pita itu. Lucu."
"Ugh, cukup--"
Paopao pun menggesekkan kelaminnya beberapa kali lagi. Membuat Apo terangsang, barulah mengajak seks lebih mulus daripada dulu. "Mau syurga kedua kalinya? Ayolah. Aku akan lebih lembut kali ini."
Oh, shit!
Jika ekor Paopao sudah mengayun-ayun, bagaimana bisa sekarang dia menolaknya?
"Meoooowww ...."
***
Sore itu, usai melakukan seks nikmat, Apo pun tidur berdekatan dengan Paopao. Mereka saling sayang hingga Mile datang tepat pukul 5. Paopao dijemput, dan Apo senang dia dapat ciuman yang sebenarnya.
Ciuman yang Apo juga suka.
"Aku pulang ya, Cantikku. Dadah ...."
"Meowww ....!"
Iya ....
Apo pun berjalan menuju ke pintu depan, padahal pinggangnya encok lagi. Dia senyum saat Paopao mengayunkan paw dalam gendongan Mile. Sementara Mile langsung ke mobil tanpa Gulf. Pacarnya itu memang belum pulang dari kerja. Dan tampaknya Mile bisa membuka pintu rumah karena tahu sandinya.
Woooooow!!
Apo baru paham jika sudah pacaran hal privasi sekali pun kadang dibagikan.
Setidaknya Apo tahu dia tidak se-kesepian dulu, dan TV bukan satu-satunya hiburan saat dia bosan. Apo bisa menghabiskan waktu dengan tidur sambil merindukan Paopao. Dia juga menyesal kenapa dulu sangat rewel.
"Aku pikir firasatku saja, tapi Paopao memang baik sekali ...." gumam Apo. "Dia pasti meniru Daddy Mile. Pantas kalau mereka jadi keluarga."
Trrrrrtttt!
Mendadak ada telepon rumah berbunyi, Apo melongok. Lalu dia melompat untuk memencet tombol dengan paw-paw-nya.
"Meoowww?"
Ya, halo?
"Halo, bisa bicara dengan keluarga Gulf Kanawut?"
"Meoww, meow, meow?"
Eh? Iya ini keluarganya. Namaku Natta--
"Kok suaranya kucing ... ah, sudahlah," gumam orang yang sedang menelepon. Dari pelan suaranya pun jadi normal, lalu dia melanjutkan informasi yang sebetulnya. "Saya Ira dari Rumah Sakit Bumrungrad. Mengabarkan bahwa Tuan Gulf kecelakaan di tempat kerja. Apakah ada keluarga yang bisa datang? Kami butuh kepastian secepatnya untuk prosedur selanjutnya. Terima kasih ...."
TUNGGU, APA KATANYA BARUSAN?!
MAMA GULF!
"MEOOOOWWWWWWW!!" raung Apo seketika. Ira pun kaget tak karuan, lalu dia menutup telepon sambil mengelus dada.
"Bagaimana tanggapan keluarganya? Aman? Sepertinya ada kucing yang mengamuk di sana?" tanya rekan Ira.
"Tidak tahu, sepertinya iya. Astaga. Mungkin kita harus hubungi keluarga yang lain. Coba tengok kontaknya di dalam daftar."
"Baik."
Mereka berdua pun berupaya sebisa mungkin. Tanpa tahu Apo cantik tengah meraung-raung di sana.
***
Sudah menjadi hukum alam. Bila kau sedih waktu pun terasa lambat, tapi bila bahagia akan menjadi cepat.
Apo tidak tahu bagaimana asal-usulnya, yang pasti dia gelisah sendirian selama dua hari. Apo kelaparan, tapi yang terpikir bukan itu, melainkan bagaimana kondisi Gulf sekarang. Sebenarnya apa yang terjadi? Kecelakaan di tempat kerja? Separah apa? Dan Gulf itu part-time di mana? Banyak yang tidak Apo ketahui, karena mereka memang baru kenalan.
Apo pun dijemput Mile di hari ketiga, dia bersama Paopao. Namun penampilan Mile tak lagi sama. Dia berantakan dengan mata merah dan wajah kuyu. Mungkin baru menangis dan kurang istirahat berhari-hari.
Mile keluar mobil dengan wajah pucat, langkah lemas, dan dia membiarkan Paopao melompat dari pelukan.
"Paopao! Paopao! Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Apo langsung berlari.
Apo pun ditubruk Paopao. Dijilati. Lalu pacarnya itu menjelaskan segera. Paopao bilang bahwa Gulf sudah meninggal dan paru-parunya didonorkan untuk Ta Nannakun. Seba dia tertimpa lampu gantung restoran yang besar sekali.
Lampu itu terbuat dari besi dan kaca. Kaitnya longgar, sehingga peristiwa itu terjadi begitu saja. Padahal sebelumnya suasana sangat normal. Gulf melayani pelanggan, tapi saat mengambil menu tragedi itu terjadi.
Gulf pun terbanting jatuh dan ambruk. Perutnya bocor karena tertusuk besi, lalu dia dilarikan ke rumah sakit.
Banyak organ yang tak bisa diselamatkan, intinya. Sebab lampu gantung itu letaknya tinggi di lantai 2. Beratnya nyaris 500 kilo. Tapi Gulf tak langsung meninggal di tempat.
Bentuk lampu itu rumit, bukannya padat. Jadi, tubuh Gulf masih bisa diseret keluar walau kehilangan banyak darah di sana. Dia merenggang nyawa, dan Mile datang tepat saat napasnya terputus.
"Daddy stress sekali baru-baru ini, dia minum alkohol. Tapi yang terpenting kau ikut kami mulai sekarang," kata Paopao saat Mile beberes keperluan Apo.
"Eh? Jadi kita akan tinggal bersama?"
"Ya, setidaknya hingga Ayah-mu sembuh," kata Paopao. Itu merujuk ke Ta Nannakun. "Karena operasi organ lama pulihnya, Natta. Kau harus sabar ya dengan kejadian ini."
"Iya."
Paopao bilang Gulf sudah dikremasi, dan keluarganya masih berduka. Mereka tidak ingin (dan tidak sempat) mengurus Apo di rumah. Sehingga Mile yang menjemput karena Paopao terus mengeong. Mile pun ingat bahwa Apo ditinggalkan Gulf dalam kondisi terkunci. Belum makan 3 hari, jadi dia harus segera diurus.
Sayang, Mile tak bisa secepat itu mengabulkan permintaan Paopao. Dia tidur hingga benar-benar sadar, tak lagi mabuk. Walau masih agak pusing ketika kemari.
"Ugh, ya Tuhan ini mendadak sekali ...." batin Apo sambil mencengkeram kursi mobil Mile. Dia diangkut ke rumah sang Alpha sambil merenung, dan Paopao berusaha menenangkan dia dengan serudukan pipi. Seolah 'Jangan sedih, kami bersamamu', lalu Apo mengangguk.
Ditanya sedih atau tidak jujur Apo kebingungan. Sebab diingat-ingat belum ada seminggu dia bertemu Gulf. Mereka benar-benar orang asing. Gulf itu masuk kategori orang lain, tapi memang jadi satu-satunya yang Apo punya sebelum Ta mengambilnya. Apo juga tak senang, walau Ta mendapat donor. Karena paru-paru Ta merupakan milik Gulf mulai sekarang.
Apa aku sejahat ini? Aku tidak tahu bagaimana perasaanku ....
Paopao pun meminta bantuan Apo. Katanya dia harus bekerja sama untuk membuat Mile bahagia. Mungkin dengan bertingkah lucu di depannya.
Paopao sedih karena Mile tampak hancur. Sampai-sampai dia kalah dalam lomba renang padahal sudah berusaha.
Mile berhenti renang saat baru menceburkan diri ke kolam. Dan kesedihan membuat dia tak kuat melanjutkan perjuangan itu.
Mile diam di tempat saat peserta lainnya sibuk berusaha. Baik gaya punggung, bebas, atau medley sekali pun--Mile tidak mendapat prestasi apa-apa dari sana.
BUAGHHHH!
Bahkan Mile ditinju pelatihnya sendiri.
"DASAR KAU TAK TAU DIUNTUNG! MILE PHAKPUM! APA KAU TIDAK TAHU SEBERAPA BANYAK ATLET ANGKATANMU YANG INGIN DI SINI?! ARRRGHHH! TERSERAH! KAU BENAR-BENAR SEJARAH BURUK BAGI KAMPUS KAMI!"
Mile pun mengusap hidung mimisannya. Hanya tertawa. Lalu di rumah dia minum alkohol lagi. Paopao dan Apo melihat tidak ada cahaya di mata itu, semua remang. Dan nada bicara Mile juga berubah.
"Kemari Paopao, Natta. Jangan dekat-dekat jendela karena ini musim hujan. Kurang sehat. Biar kututup dulu kacanya," kata Mile.
Mile tidak lagi menyebut diri sendiri "Daddy" seperti dulu. Tidak juga menyebut "Baby" ke Paopao atau "Kitten manis" kepada Apo.
Mile mengambil cuti kuliah.
Paopao pun berubah jarang mesra ke Apo, bukan karena hilang rasa, tapi dia terlalu fokus kepada kondisi Mile yang trauma. Dia tahu Mile ditinggal Gulf selamanya. Belum lagi fakta kejadiannya mendadak.
"Apa Daddy tidak mau makan lagi? Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Apo saat gantian berjaga rumah. Dia dan Paopao setuju mengatur jadwal demi Mile. Dan mereka akan menemani agar tidak kesepian.
"Tidak sepiring pun, Natta. Ini buruk karena sudah 3 hari lebih," kata Paopao.
"Ah, ya ampun ... begitu," kata Apo. "Baiklah. Semoga Daddy semakin membaik. Sekarang kau boleh tidur, Paoapao. Biar aku ke sana menghiburnya."
"Iya."
"Aku pergi ya."
"Hm."
"Dah ... semangat. Kau tidak boleh kehilangan Daddy seperti aku."
Paopao pun meringkuk dengan wajah sedih, langsung menutup mata dengan batin begejolak luar biasa. Paopao dan Apo tidak protes jika Mile lupa memberi makan (pernah tiga hari sekali) sebab mereka tahu duka yang dirasa Alpha itu.
Mile terlalu sibuk mengurusi batinnya sendiri, mimpi buruk. Terbukti dia menyebut-nyebut nama Gulf frustasi. Namun Paopao dan Apo hanya bisa mendusel menenangkan dia. Dan mereka kadang membayangkan jadi manusia karena pasti lebih mudah menghibur Mile.
Kebahagiaan Paopao dan Apo sesederhana itu, dan mereka saling pandang saat Mile mandi di hari ke lima. Mile juga memesan food delivery, menata modul kuliah, lalu mengangkut keduanya ke mobil.
"Wah ... apa kita diajak liburan?" tanya Apo.
"Iya, Natta. Sepertinya begitu. Aku lihat Daddy tadi beres-beres dalam koper. Dia juga membawa kasur dan makanan kita."
"Wooooah ...."
"Mungkin ini akan jadi perjalanan panjang."
Namun, Paopao dan Apo masih prihatin. Sebab mereka melihat Mile memasukkan beberapa botol whisky juga ke dalam bagasi.
Sesampainya di tujuan, Mile menata pun karpet untuk piknik, yang pasti dekat danau dan taman bunga indah. Mile menjejer makanan di sana, lengkap snack. Lalu menambahkan kue bolu di akhir.
"Selamat ulang tahun, Sayangku Gulf. Maaf aku tak bisa membawamu kemari," kata Mile. Alpha itu menyalakan lilin bertuliskan 25. Lalu Mile meniupnya sendiri sebelum berdo'a.
"Oh, Daddy Mile sampai menangis ...." batin Apo karena air mata Mile bercucuran.
Ya, walau tak ada isakan, tapi Apo dan Paopao langsung mendekat untuk mendusel ke tubuh Mile. Sebab mereka ingin Mile tahu dia tidak sendirian.
"Ha ha ha ha. Terima kasih ya, Paopao, Natta ...." kata Mile. Lalu mengesun pucuk-pucuk kepala mereka. "Maaf Daddy baru bisa bangun ...."
Paopao pun mengeong keras. Disusul Apo. Lalu mereka melepas Gulf yang kepergiannya masih serasa seperti mimpi.
Bersambung ....