RIPK BAB 3

Sejak hari itu, Apo lihat Mile menata kehidupannya. Namun, dia tidak menemukan satu pun foto Gulf di rumah. Kemungkinan Mile mengumpulkan semuanya di dalam kotak. Menutupnya rapi. Lalu menyimpan benda itu dalam gudang. Mile juga membalik lemari berisi penghargaannya, agak muak. Bahkan Apo berpikir Mile takkan melihat hasil prestasinya lagi. Mungkinkah Mile kecewa? Sedikit banyak dia pasti merasa berdosa, padahal fokus ke impian bukanlah hal salah. Apo tebak Mile berpikir kurang perhatian pada kekasihnya, dan kepergian Gulf memang terlalu mendadak. Mile jadi sering merenung, tetap rajin hingga pekerjaan rumah cepat selesai, lalu main gitar sepulang dari bekerja.

Paopao bilang, Mile kini menjadi waiter Starbucks di dekat kampus. Dia pernah menguntit sang Daddy pergi, dan Paopao melihat Mile tersenyum kepada pelanggan. Kerjanya cekatan, memang. Tapi Mile tidak tampak bahagia. Mungkin Alpha itu hanya ingin membunuh waktu daripada gelisah setiap hari. Mile pernah jalan-jalan di trotoar sepulang kerja, tanpa tujuan. Lalu kembali ke penjual balon saat mendengar bocah menangis. Dia memberikan dua utas tali warna kuning. Memberikannya. Lalu pergi setelah si bocah tersenyum. "Terima kasih, Uncle!"

"Iya, sama-sama."

Mile seperti ingin mencari harapan hidup, pertanda Gulf betul-betul berharga baginya. Apo pun ikut Paoapao menguntit lagi pada keesokan hari. Lalu keduanya berjalan dari atap ke atap. Paopao dan Apo sempat dikejar orang aneh --mungkin karena imut-- tapi mereka berhasil lolos dengan mulus. "MEOOOOOOWW!! HISSSSSSSSSSHH! HISSSSSSSH!" teriak Paopao setiap ada ancaman. Dia menjadi guardian untuk sang kekasih, tapi Apo menolak di belakang terus. Dia ikutan maju untuk melawan si oyen kampung. Tidak mau kalah. Lalu lanjut lari setelah berhasil melewati hambatan.

"Ayo! Ayo! Cepat, Natta!"

"Ahh! Iya, Paopao. Tunggu, buluku rasanya berat sekali! Kena air!"

"Ha ha! Semangat! Semangat! Ayo!"

Keduanya seperti kucing Persia rumahan umumnya. Punya KTP dan lisensi untuk berobat resmi di klinik hewan, tapi setiap ada orang asing Apo tetap menjauh. Dia tidak suka aroma mereka, padahal Mile sudah memberi tubuhnya detector seperti Paopao.

"Kita sebenarnya mau kemana, Paopao? Hosh, hosh, hosh ...."

"Sudah dekat! Sangat dekat! Aku tadi lihat Daddy Mile chattan sama Omega baru! Mungkin mereka mau ketemu, Natta!"

"Apa?"

"Ha ha ha ha! Kau kotor tapi kenapa cantik sekali--ah! Hampir sampai!" kata Paopao tak singkron. Apo pun mengabaikannya.

"Mustahil Daddy dapat pacar baru secepat itu ...." batin Apo. Dia pun ikut Paopao karena makin penasaran. Menyusulnya, padahal (secara ajaib) Apo mulai mengantuk. Apo tahu menjadi kucing rumahan akan sulit berpetualang. Sebab dia tak punya stamina besar untuk melakukannya. Sayang, Apo kalah oleh rasa jenuh. Sehingga saat Paopao bilang soal jalur rahasia, dia ingin keluar jalan-jalan dari rumah. Mau dikunci atau tidak, tak berefek. Paopao mengajari Apo untuk menyelinap pergi, walau mereka harus bersakit-sakit begini.

"Itu, Natta! Lihat! Di toko buku yang itu!"

"Hosh, hosh, hosh, hosh ...."

"Apa dia secantik Mama Gulf? Kurasa tidak, deh. Aku masih suka Mama-mu."

Apo pun memperhatikan Omega lelaki yang berada di hadapan Mile. Mereka berbincang di sela waktu istirahat sang Alpha. Sayang, Mile mengembalikan bekal yang dia berikan. Mile menggeleng karena tak mau makan, pertanda perasaan sang Omega ikutan tertolak juga.

"Baiklah, Mile. Aku paham. Kau masih butuh sendiri," kata Omega itu.

"Terima kasih pengertiannya. Aku tidak bermaksud kasar, tapi ini terlalu sesak."

"Iya, tidak apa-apa. Namun, jika kau sudah membuka hati. Bisa aku mendapatkan kesempatan pertama? Aku sungguhan mencintaimu."

Mile hanya tersenyum. Lalu masuk ke kedai starbucks kembali. Dia tidak menoleh sedikit pun, sehingga Apo paham Alpha itu menawan. Untuk ukuran Mile, pasti bukan hanya karena sifatnya, tapi fisiknya mendukung. Apo sadar karena dulu melihat Mile di rumah. Padahal setelah Alpha itu jalan diantara kerumunan, dia menonjol sekali.

Mile tinggi, kakinya jenjang. Dia tampak kekar dengan punggung berotot terlatih. Namun, saat tersenyum sisi baiknya muncul ala tipikal pacar idaman.

Tidak aneh jika para pelanggan suka padanya. Mereka senang dilayani oleh Mile, sayang Apo tak bisa memaku matanya terlalu lama. Dia sudah disentakkan oleh Paopao. Karena Mile barusan sadar diikuti dua kucingnya.

"Natta! Natta! Ayo pergi! Daddy melihat kemari!"

"Apa?!"

"Sudah, ayo ikut saja! Kita harus pura-pura tidur di rumah!"

"Aaaaaah! Tunggu!"

Apo langsung kelimpungan. Dia ikut lari pulang, sayangnya terlalu kotor. Paopao membantunya mandi di wastafel. Memutar keran, tapi airnya malah muncrat kemana-mana. Membuat lantai dapur Mile kacau dan tergenang air. Namun Apo tak bisa bersih seratus persen. Bagaimana pun perawatan bulu kucing Persia rumit, terlalu detail. Sehingga Apo malah menangis.

"Huaaaaaaaaaaaaaa! Hiks, hiks, hiks ... meoooooowww ....! Ugh, hatchi! Hatchi! D-Dingin ... Paopao. Dingiiiin! Dingiiin!" keluh Apo setelah melompat turun ke bawah. Dia sempat terpeleset. Membuat kakinya yang pernah luka menjadi ngilu.

"Oh ya ampun, Sayang. Sakitnya dimana? Cantikku, tolong jangan menangis ....!" kata Paopao sambil memutari Apo. Dia juga ikut basah kuyup, tapi tidak memiliki banyak hal yang bisa dilakukan. Mau seperti apa Paopao menyemangati, Apo hanya bisa tertatih-tatih, menatap kipas perapian dengan mata tertunduk, lalu membiarkan Paopao menjilatinya agar cepat kering.

"Ugh, lembek ... aku tidak suka buluku basah ...." keluh Apo.

"Iya, Sayang. Sabar dulu. Nanti pasti segera kering. Jangan cemberut nanti cantiknya hilang ...."

Apo pun ikut menjilati paw dan lehernya. Dua kucing Persia itu seperti sedang berebut peran. Satunya gelisah dengan penampilan sendiri, satunya lagi terlalu fokus pada kekasihnya yang secantik bidadari. Untung Apo tahu Paopao sayang padanya, karena itu dia tidak mau marah. Hanya saja tenang tidak menghasilkan apapun. Karena Mile jadi satu-satunya yang membereskan kekacauan setelah dirinya pulang.

"Baby Paopao, jangan bilang tadi itu adalah kalian?!" tanya Mile kesal. Alisnya bertaut karena dapurnya seperti kapal pecah. Belum lagi ada jejak kaki kucing penuh lumpur. Mile pun menepuk jidatnya lelah. Mau tak mau harus segera berberes berkat tingkah anabulnya. "Astaga, aku pasti bisa gila ...."

Paopao dan Apo pun mundur ke pojok. Takut setengah mati, tapi Paopao tetap paling depan dalam membela. Dia hissing kepada Mile, tak mau pacarnya dimarahi. Lalu Mile mengalah untuk kedua kali. Dia pun meletakkan barang-barang belanjaan. Membentangkan tangan, lalu memberikan isyarat kecil.

"Ayo kemari, Natta Manis ...." kata Mile. "Daddy bantu kau membersihkan diri ..."

Paopao pun berhenti melawan, dia bergeser. Kemudian Apo keluar dari persembunyian.

"Meoooowww~" rajuk Apo. Persia cantik itu pun melompat naik ke pelukan Mile untuk minta kehangatan. Lalu Mile menguyek-uyek kepala Paopao.

"Kau pasti penyebab semua ini, ya kan? Dasar Paopao anak nakal. Daddy tahu Natta si anak baru melakukannya," kata Mile.

"Meooow~" sahut Paopao mengakui kesalahannya. Dia tak apa-apa asal sang kekasih aman, sementara Mile menghela napas sebelum pergi.

"Kau juga, Natta. Jangan mau-mau saja diajak nakal," omel Mile. "Lihat? Bulumu menjadi tidak seputih dulu. HARUS MANDI SAMPAI BERSIH!"

"Meooooow~" kata Apo merajuk. Mau tak mau dia harus diguyur air kembali. Dirawat total. Lalu disuruh makan bersama Paopao.

"Natta Cantik, aku benar-benar minta maaf," bisik Paopao saat Apo mengunyah wet food. Pejantan tampan itu terus membujuk. Lupa makanannya sendiri, lalu Apo mengangguk.

"Iya, tidak apa-apa. Lagipula aku juga khawatir sama Daddy kok. Cuman kesal saja kalau buluku menjadi berat ...."

"Pokoknya aku benar-benar minta maaf ... grrr, grrr, ggrrr, grrr ...."

Paopao pun mendusel-dusel ke leher Apo. Menjilatinya. Sementara Apo merasa mendingan setelah kenyang sepiring makanan. "Hmmm ... ini bukan salahmu, Paopao. Aku benar-benar tidak apa-apa."

Paopao pun menubruk pacarnya senang. Mengeong ribut. Lalu tidur menempel Apo hingga pagi tiba.

Disebut cantik berkali-kali, sebetulnya Apo mulai terbiasa. Dia pernah dengar kalau baju-baju princess-nya dibeli Ta sendiri sejak bayi, sebab Apo pikir fisiknya terlalu perfect. Wajar Ta berpikir sayang kalau dia tidak didandani. Hanya saja, sejak kematian Gulf, Mile tidak mendandaninya karena tak sempat. Jadi selama numpang, dia harus terima saja.

Soal lemari wardrobe khusus dia, Apo baru tahu faktanya sebulan kemudian. Yakni setelah Ta boleh pulang dari rumah sakit. Majikan aslinya itu menjemput di rumah Mile. Lalu mereka mampir ke tempat Gulf untuk beres-beres. Keperluan rias Apo pun digotong dengan sebuah truck sewa. Warnanya putih, super besar, bahkan manusia bisa sembunyi di dalam. Di situ lah terdapat lebih banyak aksesoris super indah. Ada pita, renda, jepitan rambut (bulu), kunciran, dan masih banyak lagi. Ta rupanya orang yang sangat detail, dia lembut. Juga glamour karena terlanjur sayang padanya. Ta juga begitu royal, terbukti pada hari penjemputan dia membawakan Paopao oleh-oleh. Isinya kardus wet-food branded, baju kucing, juga mainan yang kira-kira membuat Paopao senang. Sayang pacarnya mengeong protes. Karena Paopao sadar dia akan dipisahkan dari Apo.

"Meooowwww! Meoooww! Meoooowwww! Meoooow!"

Paopao pun mengitari kaki Ta Nannakun. Menolak disentuh. Lalu melompat untuk meraih Apo.

"Eh! Ya Tuhan ....! Ya Tuhan! Kau ini sebenarnya mau apa--?!" kata Ta.

"Meoooowwww! Meoooowww! MEOOOOWWWWWWW!"

Paopao pun mengesun Apo, matanya berkaca. Tapi dia berhenti saat Mile datang. "Hei, sudah. Natta manis harus pulang hari ini. Ayah-nya datang. Kau di rumah karena kalian bukan saudara."

"MEOOOOOOOWWWWWWW! HISSSSSSSSSSHHH!" Paopao malah ngereog parah, dan Mile terpaksa melepaskan karena dia tiba-tiba mencakar. "MEOOOWW! Cantikku! Cantikku! Jangan pergi ...." katanya dengan mata berkaca-kaca. Padahal kebersamaan mereka termasuk lama, tapi Paopao sepertinya tak bosan kepada Apo. Dia memuja Apo seperti kepada Dewi, dan mungkin hanya Paopao lah yang sensitif dengan wujud asli menawan Apo.

Hmmm, padahal ras Persia seharusnya jarang bar-bar, tapi Apo tahu dia betul-betul dicintai. Apo pun ikut-ikutan menggapai Paopao. Mengendus hidungnya. Lalu Ta tertegun melihat interaksi mereka. "Wah, mereka kelihatannya akrab sekali ...." desahnya.

"Iya, begitulah," kata Mile. "Paopao sering mengawini Natta kalau sedang birahi."

"Apa?!" kaget Ta.

"Aku pun heran tapi itu memanglah faktanya ...."

Ta pun tak protes karena Mile wajah datar tanpa emosi. Mile tampak terlalu lelah menjalani kehidupan. Sehingga hal seperti ini tidak layak dia perdebatkan.

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa," kata Ta. "Kurasa mereka saling menyukai."

"Aku tahu."

"Kalau begitu Natta akan kubawa kemari sesekali," kata Ta. "Biar ketemu, Phi. Tapi tidak janji juga karena aku ada kegiatan sendiri."

"Hm, tak masalah ...."

Sayangnya 'tak masalah' itu merupakan bencana besar bagi Paopao. Dia terus menjilat wajah sang kekasih sebelum pulang. Sampai-sampai Apo sedih setelah masuk mobil, meski tadinya biasa. "Meooooww!" raungnya. Apo tidak anteng di pangkuan Ayah-nya, lalu melompat ke kaca jendela untuk menatap keluar. "Ahh! Paopao! Paopao!" panggilnya, sementara sang kekasih balas menatapnya di halaman rumah Mile.

"Meooooowwwwwww~"

Cantikku ....

"Sampai jumpa, Paopao ...." kata Apo. Dia pun menanggapi meow-an sang kekasih dengan senyuman. Barulah meringkuk tidur hingga sampai rumah. Rasanya sudah rindu sekali ....

"Ya ampun, ya ampun, ya ampun ...." desah Ta sembari mengelus punggungnya sayang. Ayah Apo itu ingin menyampaikan afeksi, tapi Apo malah tidak peduli. Dia lelah dioper terus seperti bola. Sehingga kehidupan serasa asing lagi dan lagi. Pertama ditemukan Mile, dijemput Gulf, dibawa Mile lagi ... dan sekarang malah ikut dengan Ta Nannakun. Ah ... kalau Apo pikir justru hanya Paopao yang sungguh peduli (walau sisi mesumnya tak kalah besar) Berkat itu Apo sering ditunggangi. Bahkan semalam mereka kawin beberapa kali lagi.

"Ahhh! P-Paopao, pelan sedikit!"

"Meooowww~"

Ugh, sial. Apo paham harusnya tak jatuh cinta, toh usia kucing tak sepanjang itu. Paling lama 15 tahunan, kan? Apo pernah membacanya pada selebaran dry-food. Paopao sendiri pun sempat membahasnya.

"Natta cantik, sebenarnya kau ini umur berapa? Kalau aku sudah 6 tahun ...." kata Paopao setelah mereka bercinta.

Apo yang lelah pun goleran di kasur, lalu menyahut asal-asalan. "Tidak tahu. Hanya saja Daddy bilang aku masih muda ...."

"Oh, iya sih. Kelihatannya Natta memang baru 8 atau 9 bulan ...."

"Apa?"

"Iya, karena itu kau masih cantik sekali ...." jelas Paopao. "Natta itu seperti anak sekolahan jika bentuk manusia."

Sesampainya di rumah, Apo pun berputar-putar di depan cermin. Sebab riasannya sudah on-point lagi. Gulf saja tidak sampai begini dalam mendandani. Beda lagi dengan Ta yang merawat Apo 24/7 jam. Rupanya Ta merupakan anak orang kaya. Dia minim cobaan hidup, kecuali soal penyakit paru-parunya yang baru lewat. Dari situ Apo baru tahu dia punya Stagram endorse. Isinya full foto dia selama jadi selebrita kucing. Pantas dulu sempat dikejar orang aneh hidung belang.

"Bagaimana? Suka? Kau cocok pakai mahkota itu ...." kata Ta.

"Meowww~"

Suka, Ayah.

"Bagus. Sekarang kemari mau kukuncir bulumu."

Apo pun mendatangi Ta daripada bosan. Jujur hatinya berat sejak pulang. Dia ingin bertemu Paopao, tapi tidak bisa. Lebih tepatnya masih ingin dirawat Mile, karena khawatir. Di rumah kebersihan Apo diurus para pelayan. Bahkan dia sering grooming karena Ta kebanyakan uang. Mungkin seminggu sekali? Atau lima hari sekali juga pernah. Apo terlampau dimanja oleh kenikmatan mahal. Bahkan makanannya lebih enak daripada yang Mile berikan. Merk-nya pun cukup beragam. Ada yang friskies meaty grills, minino nutritively delicious tuna, maxi premium cat food, dan yang kemasan paling mewah adalah british banquet.

"Sudah bukan royal canin, ya ...." batin Apo saat mengendus-endus. Belakangan dia baru tahu harganya memang fantastis

Sekitar 27.000 baht dari obrolan pelayan yang membuat Apo tercekik. (*)

(*) Sekitar 12.000.000 rupiah per picis.

"Iya, dengar-dengar sih begitu. Tuan Ta tidak melaporkan Phi Gulf, walau terbukti ada penggelapan dana."

"Mungkin karena Tuan Ta sadar tidak memberikan kasih sayang selama sakit, jadi korupsinya dibiarkan saja."

"Atau untuk balas budi donor paru? Tuan Ta kan memang terlalu baik."

"Iya, itu pun bisa jadi. Tapi kecelakaan Tuan Gulf kan di luar dugaan. Tuan Ta mana tahu uang saku Natta dipotong banyak sekali. Nyonya bilang itu untuk cicilan rumah dan mobil."

"Wah, benar-benar. Padahal seharusnya buat perawatan dan makanan Natta."

"Ck. Perawatan apa. Grooming Natta saja jarang!! Itu pun sterilnya tanpa seizin Tuan Ta!! Heran! Makanya Tuan Ta kaget tahu biji peler-nya Natta menghilang."

"Astaga, Natta pasti tersiksa. Padahal dia mau dijodohkan sama Persia-nya Tuan Bible."

"Iya, Natta cuma diberikan perhatian seperlunya ...."

"Pas kakinya luka cuma diplester loh. Ke dokter hewan apa pernah sih? Atau kita saja yang tidak tahu ...."

Padahal Apo tak merasa begitu, mungkin karena keseringan bergaul dengan Paopao. Bagaimana pun gaya hidup mereka kini berbeda. Tapi Apo yang masuk ke tubuh kucing dalam kondisi susah berpikir itu biasa. Dia sudah mengerti pola hidup standar rendah. Jadi tidak terlalu mempermasalahkan. Hanya saja ... kenapa sangat mengejutkan? Apo pikir Gulf sebaik itu. Mustahil dia bertindak jahat, kan? Walau untuk ukuran uang bisa dipahami--siapa sih yang tidak suka uang? Gulf memang suka berdandan ketika bertemu Mile (barangnya banyak yang baru) dan sebelum Mile datang dia memastikan rumah bersih. Gulf mungkin berpikir itu ekspresi cintanya --juga jaim-- tapi Apo kini tahu dirinya adalah korban.

"Sini, Baby-nya Ayah. Jangan sedih ya. Dipikir-pikir kau boleh kawin dengan jantan kok kalau steril begini," kata Ta sambil berlutut di depan Apo. "Aku akan menghiburmu ... kita nanti jalan-jalan jauh ...." ajaknya. Dia baru merias Apo hingga cantik paripurna, kemudian merentangkan tangan hingga Apo datang ke gendongan.

"Meoowwwwwww~"

Ayah Ta ... mau naik ....!

"Iya, sabar dulu. Jangan stress sendiri ...." kata Ta sambil mengesuni bulu Apo. "Kita akan ke banyak tempat hari ini ...."

Sesampainya di taman, Apo sebenarnya bahagiaaaaaa sekali. Dia diajak jalan-jalan Ta menelusuri bunga-bunga. Didandani. Lalu dibelikan es krim cokelat. Apo dielus di sebuah kursi sambil disuapi, tapi Ta tidak lupa menjilat es krimnya sendiri.

"Natta pintar ... Natta Sayang ... makan yang banyak, ya. Biar makin endut gemes," kata Ta Nannakun. Dia bertatapan dengan Apo seperti memanja pacar. Lalu mengecup keningnya. "Ulululuh ... untung aku bisa main denganmu lagi."

"Meowww?"

Apo berhenti menjilat es krim-nya.

"Wah? Kau paham?"

Ta tidak menyangka melihat kucingnya memiringkan kepala. Apalagi mata biru Apo tampak menyimak dirinya.

"Meoow~"

"Ha ha ha ... ya, intinya kau adalah penyemangatku, Baby manis ...." kata Ta sambil mengelus-elus ubun Apo. "Aku pernah membayangkan tak bisa jalan-jalan lagi sama Natta kalau tidak cepat sembuh."

"...."

"Jadi, makasih ya? Natta cantik sering muncul di mimpinya Ayah."

"Meoooow~"

Apo pun melompat ke dada Ta. Ingin manja-manja. Lalu dituruti dengan gendongan kemana-mana. Kucing itu menguap dan tidur di pelukan Ta, namun ekornya mengayun-ayun. Apo hanya bangun ketika mencium aroma nikmat, sementara Ta tertawa karena kelakuan Baby-nya. "Aish, jangan makan kentucky macam itu. Kurang sehat. Minyaknya banyak. Ayah nanti suruh buatkan pelayan saja, mau?"

"Meowww~"

Mau, Ayah.

"Kalau kau suka, akan kupotongkan wagyu juga untukmu."

Apo merasa beruntung sekali punya majikan seperti Ta. Apalagi aroma badannya harum sekali. Nyaman!! Apo suka di sekitar Ta dan mulai terbiasa, sampai-sampai tidak mau turun meski mereka sudah duduk di sisi taman yang lain. Ta menunjukkan bunga dandelion dan mawar. Apo suka. Lalu mereka berfoto di sana berdua. Ckrek! Ckrek! Ckrek! Banyak jepretan yang di-upload dalam Stagram Ta sendiri.

"Natta! Natta! Natta!! Lihat sini!!"

Tiba-tiba saja ada panggilan yang familiar. Itu adalah Paopao! Apo pun membuka mata, dan dia menoleh tepat saat Paopao lompat dari pelukan Mile. Kekasihnya itu menyeruduk kaki Ta. Naik ke kursi. Begitu pun Apo yang menghampirinya.

"Meooww!! Meooow!! Meooooww!!"

"Meooowww!! Meooow!! Meooww!!"

Keduanya pun mengeong bersahutan.

"Apa kabarmu?! Apa kabarmuuuu~"

"Aku baik ....! Paopao sendiri bagaimana?"

"Wah, Phi Mile, haloo ...."

"Hai ...."

Sementara Paopao dan Apo ribut sendiri. Ta menggeser tempat duduk agar Mile bisa ikutan. Keduanya sama-sama mengajak anabul bermain. Tapi Mile menggunakan baju olahraga kerah tinggi, pertanda dia baru lari-lari. Mile berkeringat dengan air isotonik di tangannya, kini melempar sebotolnya untuk Ta.

"Tangkap! Dariku ...." kata Mile.

"Terima kasih, Phi," kata Ta. "Apa kau baru kardio?"

"Yeah?" Mile menyeringai tipis. "Berat badanku naik setelah stress beberapa Minggu. Ha ha ...."

Meski tahu sisi busuk Gulf, Ta tidak bilang apa-apa soal pacar Mile. "Good. Senang melihatmu makin cerah saja. Ha ha ha ... lucu juga melihat Paopao ikutan lari."

"Dia makin gendut akhir-akhir ini."

"Really?"

"Kehilangan Natta sepertinya dilampiaskan dengan banyak makan."

Ta pun memandang keakraban kucing-kucing mereka. Paopao tampak senang Natta tiduran bersandar padanya, tapi pandangan itu terdistraksi oleh suara panggilan. "Sebentar ... Mama sepertinya ada perlu," katanya kepada Mile. "Halo, Ma? Iya?"

Mile hanya mengangguk sebelum menikmati minuman. Pria itu melirik Ta selama bicara, sepenuhnya heran anak seumur itu diajak bicara bisnis. Mama Ta ternyata ingin mengajaknya ke lokasi projek, dan wilayahnya ada di Wina. Jauh sekali bukan? Apalagi perjalanan itu memakan 5-6 hari. Ta pun menghela napas panjang. Dia tampak kesal, lalu menoleh padanya. "Phi, boleh minta tolong tidak?" tanyanya setelah menutup telepon.

"Hm?"

"Jaga Natta selama aku pergi," kata Ta. "Mumpung Paopao di sini. Kulihat-lihat dia murung selama di rumah. I mean, bisa jadi main sama pelayan tidak sesemangat sama pacar? Natta pasti senang kalau ada temannya."

"Oh, baiklah."

"Mantaps. Makasih ...." kata Ta sambil tersenyum lebar. "Jangan lupa nanti kirimi nomor rekening, ya? Kutransfer uang jajan buat Natta. Makanannya, minumannya ... buat Paoapo juga ada sendiri. Kalian grooming saja bareng-bareng sekalian."

Mile pun terkekeh pelan. "Oh, thanks. Harusanya kau tak perlu begitu."

"No, no. Ini malah harus," kata Ta, sambil menunjukkan nomor kontak di ponsel. "Buat Baby-ku apa yang tidak. Yang penting dia sehat sampai aku pulang."

"Oke."

Mile pun memindai QR WhatsApp milik Ta Nannakun. Lalu membawa pulang Apo ke rumah. Apo sendiri tak menyangka akan ikut Paopao lagi, apalagi Ta pamitan dengan senyum itu. "Dah, Sayang ...." kata Ta, lalu melambaikan tangan sebelum masuk ke mobil. Apo pun mengibaskan ekor senang. Dia ingin berterima kasih, tapi mobil Ta sudah menjauh.

"Meooowww ... Meooooww!"

Wahhh, Natta! Natta!

Kita pulang bersama lagi!

Apo pun tertawa melihat betapa girangnya Paopao di jok belakang.

"Meooowww!! Meooow!! Meowww!"

Iya, aku juga senang, Paopao ....!

Mereka pun bermain bola di kursi, sementara Mile melirik lewat spion. Dia geleng-geleng dengan senyuman kecil, membuat Apo ikut senang melihat wajahnya.

Daddy Mile betul-betul baikan! Ayah benar!

... ya, walau tidak sebaik itu.

Malam setelah Mile memberi makanan untuknya dan Paopao, Apo melihat Mile bersih-bersih segala benda. Dia gelisah karena alasan yang sulit dimengerti. Mile terlalu mencurigakan. Sampai-sampai Apo mengikuti langkahnya dari belakang. Toh Paopao sudah tidur di dekat TV. Apo jadi bebas pergi-pergi. Termasuk menuntaskan rasa penasarannya. Persia putih itu mulai mengintip. Hanya saja pemandangan yang dia lihat terlalu mengejutkan.

Mile membuka resteling celana setelah duduk di ruang tengah. Kemudian mengeluarkan penis besarnya. Pria itu mengambil saliva dari lidah. Lalu mengocok, tapi rautnya makin frustasi. Batang itu keras sejak menyembul dari celana dalam. Dia bernafsu. Hanya saja ketiadaan pasangan membuatnya gila. Apo sampai tak berkedip melihat ujung penis Mile terlihat. Sebab bagian itu merah muda dan mulus. Mata Apo melebar karena sebelumnya tak pernah menonton sejelas itu. Toh dulu terhalangi anal dan paha Gulf Kanawut. Kini Apo bisa meneliti detail bentuknya. Termasuk buah pelir kencang di bagian bawah yang dihiasi sedikit rambut. "Ahhh! Ahhh ... hhh ...." desah Mile diantara sepi.

Jemari berurat itu mengocok penisnya sendiri. Makin cepat, makin intens. Kadang-kadang juga dilepaskan jika gejolaknya ke ubun. Dua kaki pria itu mengangkang dominan karena ingin memasuki sesuatu. Sayang dia berkeringat seorang diri. Mile tak puas meski sudah muncrat. Terbukti dia mencabuti tisu dari meja untuk membersihkan cairan. Usai bersih, Mile masih melumuri kejantanan lagi. Membuatnya menggembung bengkak memerah, disertai denyut yang mengalir selangkangan. "Ahhhh ....! Shit---aku benar-benar bisa gila ...." keluhnya sambil menjilat bibir.

Apo pun membuang muka. Tapi jujur dia ketagihan melihat. Kucing Persia putih itu menatap ke depan kembali. Hingga Mile menyadari kehadirannya.

"Ahhhh ... hhh ... Gulf ... shhhh ... hh ...." desah Mile sambil memuncratkan klimaks ke dua. Rautnya berkerut-kerut menatap Apo Nattawin, juga cara telinganya bergerak lucu. "Apa yang kau lihat, Natta Kitty?" tanyanya sambil mengatur napas. "Jangan membuatku berpikir ingin menyetubuhi bokong kucing saat ini."

"Meoww?"

"Kau tahu manusia adalah monster jika terpepet."

Mile pun mendongak merasakan gairahnya meninggi, dan matanya terpejam untuk menikmati waktu. Mile membayangkan mulut seseorang membalut penisnya, dan dia takkan keberatan jika ada yang naik ke pangkuan untuk membuka kaki.

Tapi, tunggu---

"Hhhh--APA?!"

Pria itu pun terkejut. Fantasinya terhenti karena Apo sungguhan naik. Lalu duduk lucu ke perutnya dengan mata biru yang berkedip. Kucing Persia itu saling menatap dengannya. Sesekali lidah itu menjilat keluar tanpa takut. Ekor lebatnya mengibas menawan. Bahkan ujungnya menyenggol penis basah Mile.

"Meooooowww~"

Daddy makin tampan kalau dari jarak dekat ....

"Hhh ... Natta--astaga ...." kata Mile tak habis pikir. Dia nyaris menjambak leher Apo agar kucing itu turun, tapi si Persia malah menyeruduk lehernya.

"Meoowww~"

Apa Daddy lagi kangen?

Daddy ingin dicium begini sama Mama?

"Meooowww~"

Mile pun terbeku karena ciuman itu berubah jadi jilatan. Dia membiarkan Apo meratakan teritori ke pipinya, padahal penis di bawah masih keras sekali. Dia balas mengelus bulu Apo dengan jemari. Membelainya. Lalu mendorong si kucing karena mulai menjilat di bibir. "Oke, oke. Stop, Natta. Aku masih waras untuk tidak melampiaskan nafsu ke binatang. Hhh ... hhh ...." katanya. "Tapi kau memang cantik sekali, oke? Wajar karena majikanmu merawat dengan harga tinggi."

Apo pun bertahan, tapi terpaksa lompat saat Mile menegakkan duduk. Dia dielus sebelum Mile menutup resteling. Lalu pria itu pamit dengan cara jalan yang mengangkang.

"Dah dulu, ya? Salahku sendiri tidak ke kamar mandi. Kau jangan ikut karena aku mau selesaikan segera ...."

"Meooowwww ...."

Daddy? Aku salah apa ya?

"Sudaaaaahhh ... sana ...." kata Mile. "Diam di tempat atau nanti aku marah."

Apo pun menurut, tapi bingung akan kejadian ini. Biasanya tidak masalah kan cium-cium majikan? Apo juga begitu kok dengan Mama Gulf dan Ayah Ta. Semua agar mereka terhibur. Hanya saja ....

"Hmmmh, selamat malam, Paopao ...." kata Apo begitu kembali. Dia gabung dengan sang kekasih dalam kasur bulat hangat. Lalu bersandar ke tubuh berbulu oren itu sebelum terpejam. "Semoga kau mimpi indah ...."

Paginya, seperti biasa. Mile memukul mangkuk dengan sendok agar bunyinya berdenting. Pertanda waktu sarapan sudah tiba. Pria itu sudah mempersiapkan dua piring untuk Paopao dan Natta. Lalu meletakkannya di lantai ruang makan. Dia memang menemani mereka sebelum berangkat kerja, dan panggilannya terdengar nyaring.

"PAOPAOOOOO!! NATTAAAAAAAA!!"

Ting! Ting! Ting! Ting! Ting!

"Meoooowwwwww!!!"

Aku datang, Daddyyy!!

Apo pun buru-buru bangun dan melompat turun. Apalagi Paopao sudah tak ada di sisinya. Sang kekasih pasti sampai lebih dulu. Apo tidak mau kalah. Lalu menyusruk kaki Mile dan menggulat berputar-putar. "HA HA HA HA HA HA! Semangat sekali ya kau pagi ini? Lapar, Natta?" tanya Mile gemas.

"Meooooowww~"

Iya, Daddy ....

"Sebentar, sebentar ... coba panggil Paopao sekalian? Dia tadi belum bangun?"

"Meow?"

Apa?

Apo pun berhenti jalan seketika. Dia menoleh dari mangkuk karena Paopao sungguhan tak ada, padahal sang kekasih biasanya disiplin. Persia oren itu pun disusul Apo kembali ke kamar. Ke litter box, ke halaman, ke garasi, bahkan ke kamar mandi dan WC khusus Mile Phakphum--semuanya tak ada. Apo pun kembali untuk laporan kepada Mile, sementara pria itu baru saja memanggang roti.

"Bagaimana, Natta? Ada?"

"Meooowwww ... Meooowww ...." kata Apo penuh kkesedihan Dia berbalik agar Mile mengikutinya. Karena baru kali ini Paopao menghilang.

"Dimana bocah satu itu? Biasanya tidak pergi sebelum makan." Mile pun segera ikut mencari. Dia mengecek kolong ranjang, meja, dan tempat-tempat sempit lainnya, tapi Paopao tidak ada. Kucing oren itu benar-benar bertingkah aneh, dan Mile tertegun saat melihat jejak kakinya di taman belakang. "Baby ...."

Apo pun dilewati Mile begitu saja. Pria itu mengecek semak-semak yang rimbun. Ada bekas bulu kucing yang terjerat pada pagar, pertanda Paopao kabur dari rumah.

Kenapa tiba-tiba sekali?

Ada apa?

"Natta, jangan bilang kau bertengkar dengannya? Iya kan?"

"Meoww?"

Mile pun mengambil bulu itu dan menyodorkannya. "Lihat, bayi-ku pergi dari sini. Perasaan kemarin baik-baik saja."

Apo segera berlari ke arah Mile. Dia mengendus bulu Paopao dan mundur selangkah. Sementara Mile tampak tidak baik-baik saja.

"Assshhh, shit! Detector!" kata Mile. Dia pun masuk kembali untuk mengambil ponsel. Lalu mengaktifkan aplikasi yang terkait pada kalung Paopao. Mile juga langsung masuk ke mobil, sementara Apo ikut di belakangnya. Nyaris saja kucing itu terjepit pintu jika tidak cepat. Mereka bertiga sama-sama belum sarapan berkat kejadian ini. "Tidak, tidak, tidak, tidak ... kenapa kau sejauh itu, Sayang? Pattaya butuh perjalanan satu jam lebih. Kau naik apa sampai kabur ke sana?" katanya begitu melihat lokasi Paopao.

Apo pun memandang layar ponsel Mile berkedip-kedip. Menampilkan GPS bertitik merah yang terus berjalan ke tujuan. Dia juga cemas luar biasa. Sebab amarah Paopao sangat mengerikan.

"Tapi aku tidak merasa bertengkar dengan Paopao ...." batin Apo dengan mata berkaca-kaca. "Memang aku melakukan apa?"

Sangking khawatirnya Mile tak mengajak Apo bicara selama perjalanan. Yang penting sampai dulu dan menjemput Paopao. Alpha itu turun di Museum "Sanctuary of Truth" karena sudah dekat. Lalu memarkir mobilnya di tepi pantai. Apo juga mengekori meski tidak dihiraukan. Jantungnya berdebar kencang karena ingin tahu kondisi Paopao.

"Apapun salahku, aku benar-benar minta maaf," batin Apo. Kedua matanya sudah basah, meski tak sampai menangis. Dan rasanya sesak sekali ditinggal begini.

"PAOPAOOOOOO!! BABYYYYYY!! INI DADYYYYYYY!!" teriak Mile. Dia pun memutari bangunan untuk menyisir keberadaan sang anabul. Tapi begitu ditemukan kucing itu hissing luar biasa.

"HISSSSHHHHHHHH!!! HISSSSSSHH!! MEOOOWWWWWWWW~ RRGGHH!"

Bulu-bulu Paopao membengkak. Cakarnya keluar, dan kedua mata hijaunya mencamah tajam. Kucing itu sepenuhnya marah ke Mile dan Apo, tapi hanya Apo lah yang paham isi hatinya.

"Paopao!!"

"AKU BENCI KAU MEREBUT DADDY! TIDAK SUKA!" bentak Paoapo sakit hati. "Dia punyaku!! Kau juga punyaku!! Kenapa kalian melakukan itu?! Hisshh!"

"Meooowwwww~"

Aku melakukan apa ....?!

Paopao pun mundur-mundur ketika Apo mendekat. Mile sendiri bingung menghadapi dua kucing itu. Sebab bulu Apo ikut membengkak tanda siap total bertarung.

"KAU MENCIUM DADDY TADI MALAM! TIDAK SUKA! APA KAU TIDAK LIHAT DADDY INGIN MELAKUKANNYA?! KAU HARUSNYA JAUH-JAUH! AKU MARAH!"

"Cium? Tapi kan--"

"POKOKNYA JANGAN LAKUKAN KALAU DADDY BIRAHI! AKU BENCI!! KAU ITU PUNYAKU, NATTA! PUNYAKU!"

Apo pun paham betapa cemburunya sang kekasih. Dia menoleh kepada Mile yang wujudnya manusia. Lantas kenapa Paopao semarah itu?

"Paopao ... Paopao ...."

"HISSSSHHHHHH!! RAWWWWRRR!! MEOWWWWWW!! MINTA MAAF DULU DAN JANGAN ULANGI!" tegas Paopao, yang ternyata kaki belakangnya terluka. Entah baru berkelahi dengan kucing mana, yang pasti dia merasa kuat jika Apo ingin melawan.

"Baby Pao--"

"HISSSSHHHHHHH!! HISSSSSHHHH!!"

Bahkan Mile saja Paopao desisi seperti ular. Apo pun mundur dengan wajah sedih. Lalu duduk roti dengan bulu mereda. Kedua mata birunya kini memandang Paopao lurus. Lalu dia mengeong lemah. "Meoooww ...."

Maaf ....

"...."

"Meoooww, meowww ...."

Maaf, Paopao. Ayo pulang ....

Paopao pun akhirnya mereda perlahan. Tapi dia melewati Mile dan Apo, tak mau digendong. Dia masih bisa lari meski tampak kesakitan. Lalu melompat ke mobil di jok belakang. Persia oren itu sepenuhnya mengabaikan Apo. Dia meringkuk. Tak peduli Apo menjilati lehernya begitu naik.

"Meoooww ... meowww ...."

Sayang, Paopao ....

Mile sendiri membiarkan sejoli itu perang dingin, walau khawatir juga Paopao tidak mau makan. Seharian mangkuk-mangkuk darinya diabaikan bayi-nya. Malahan Paopao sering tidur di tempat yang tak seharusnya. Kadang di sofa, kadang di lantai, kadang juga di atas keset--pokoknya dia pindah tempat lain jika Apo mendekat.

"Ululuh, kau ini sebenarnya kenapa, Baby?" kata Mile, yang keesokan harinya tidak tahan lagi. Dia kasihan melihat Apo diabaikan seharian. Lalu tiduran di sofa sambil me-cuddling bayi-nya. Si anabul oren pun diangkat ke udara. Digelitiki dengan ciuman perut, tapi Paopao tidak merespon.

"Meoooww ...."

Paopao malah melengos dan tampak badmood. Apo sendiri menunggu sang kekasih baikan. Bahkan makannya cuma separuh mangkuk karena tidak selera. Persia putih itu duduk di sebelah sofa Mile. Mengamati Paopao. Juga usaha Mile meminta maaf.

"Daddy punya salah padamu? Hm? Hm? Hm? Bayi-ku baru perdana marah besar ...." kata Mile. "Kalau begitu maaf yaaaa ... siapa tahu kau tidak marah ke Natta, dan malah padaku."

Ekor Paopao pun mengibas-ngibas. Dia menatap Mile penuh kejengkelan. Tapi luluh juga usai Apo dipangku berdua dengannya.

"Meoooww ...."

"Sini, Natta. Cuma kita bertiga di rumah. Pastinya ada yang salah diantaranya," kata Mile. Dia menepuk-nepuk paha agar Apo naik. Lalu Apo datang untuk menerima sun sayang Mile. Paopao juga disun dengan cara yang sama. Walau Mile harus menyuapi dua anabul itu dengan sendok agar mau makan.

Serius.

Mile sebetulnya juga prihatin Apo tak selera makan. Maka dia memberikan perhatian yang sama sebagaimana yang Ta bilang. Pria itu merasa bersalah sudah ditinggali banyak uang, tapi malah membuat mereka tak nyaman di hari pertama. Sebenarnya apa yang keliru? Pikirnya. Mile tiba-tiba membayangkan bisa bahasa hewan. Tapi yang dia bisa hanya memeluk keduanya ketika tidur.

"Kalian ini ada-ada saja, dasar ...." kata Mile. Dia pun menyelimuti Paopao dan Apo dalam rengkuhannya. Lalu ketiga makhluk itu terlelap di satu ranjang. "Hmmhhh ... kuharap aku segera menemukan pasangan pengganti yang selengket kalian," batinnya sebelum tenggelam ke alam mimpi.

Bersambung ....