KITTY PO 16

"Akhh ... Mama, perih ...." keluh Apo di UKS. Kali ini betulan ada Mama-nya, bukan cuma sebutan seperti biasa. May memang langsung datang ke sekolah usai dapat laporan dari wali kelas. Literally sudut bibir Apo terluka, pipinya biru, dan pelipis kirinya luka termasuk parah. Seragam Apo robek di bagian kerah hingga tiga kancingnya lepas semua. Ponsel Apo retak, tapi sebetulnya masih bisa dipakai. Sayang  karena dikencingi harus tetap dicuci dahulu. May yakin dia sudah hati-hati, tapi ternyata ada air yang masuk ke dalam speaker, suaranya pun jadi agak berubah. Mile video call saja memakai ponsel May dulu.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Sayang? Phi baru saja beli laptop baru untukmu, lihat? Bukankah tadi baik-baik saja? Juara 3 kan? Kenapa malah tawuran?"

"Hiks ... tidak tahu ...."

Apo pun menangis setelah UKS dikosongkan untuk mereka berdua. Selain dia memang langsung dibawa ke kantor guru, meski luka tetap harus diadili segera. Tidak ada pengobatan cepat untuk mereka karena Vegas CS dan Win CS harus diwawancarai, toh luka paling berat tetap Apo sendiri. Lutut si manis juga mengalirkan darah segar. Mile sampai masuk toko lagi dan membelikan ponsel lain sebagai ganti yang rusak.

Hanya saja, segala hal sudah terlanjur. Mile tidak tenang apapun yang dia lakukan. Mau masuk UKS juga dilarang May dengan keras. Dia tidak boleh menampakkan diri atau sekolahan makin ramai, sementara Apo ditemani keluar sang ibu. "Ini ranselnya, Nak. Tapi apa tak masalah kalau pulang Apo ke rumah kalian?" tanya May, begitu Apo yang berperban masuk ke dalam mobil. "Maksudku, Papa Apo memang tidak di rumah. Masih dinas di kantor BUMN pusat. Aku bisa kok menjaga dia sendiri."

"Iya, Bi. Biar Apo dapat  pengobatan saja. Coba nanti kusuruh orang RS rontgen bahunya dulu. Apo bilang rasanya agak keseleo."

"Oh, baiklah ...." kata May dengan tatapan mata khawatir. "Mungkin karena terkena pukulan kali ya? Nanti Mama menyusul ke sana. Biar kukabari Papamu dulu. Oke, Apo?"

Apo hanya mengangguk pelan. Si manis lantas segera dibawa pulang. Betapa terkejutnya Nee melihat calon menantunya babak belur hanya karena mendapat prestasi. "Oh, Manisku ... ya ampun, sini sini ... ututututu ... masuk dulu biar Bibi periksa."

"Tolong ya, Ma," kata Mile usai memberikan ransel dan hadiah Apo di paper-bag. "Aku usahakan nanti pulang cepat. Tapi sekarang harus kembali ke kantor dulu."

"Oke."

Sampai malam Apo pun baru bertemu calon suaminya kembali, tapi Mile ternyata tidak sendiri. Dia itu membawa Man dan May untuk pulang, dirinya dibangunkan di kamar tamu usai diobati Nee dari ubun ke kaki. "Papa, sorry ...." Apo memeluk Man karena lagi-lagi begini. Dulu pas kena begal dia terkena panic attack, sekarang pun bingung melawan kalau diserang gerombolan begitu. Man pernah marah dengan bilang 'HARUS MELAWAN KALAU DIPUKUL!' tapi Apo terlanjur pening.

Sampai sini Mile rasa harus melatih Apo menghadapi banyak orang, mungkin di lain hari sebelum dia ujian sekolah penerbangan. Mile yakin mereka masih punya banyak waktu, tapi sementara ini Apo memang selemah itu. Mentalnya terguncang karena hatinya terlalu lembut. Mile marah ke diri sendiri karena kekasih mungilnya selalu dipukuli orang.

"Hiks, hiks, hiks, Papa ...."

Man menepuki punggung puteranya lembut. "Ssshh. Shhh ... sudah, berhenti jangan menangis. Kau ini sudah 17 lho. Anak laki-laki tidak boleh cengeng ...."

"Hiks, hiks, hiks ... tidak peduli! Sakit tahu, Pa ...."

Pukul 11 Man dan May pun akhirnya pulang, sementara Mile di sebelah ranjang Apo untuk menilik lukanya dari dekat. Mile tahu anak seumuran Apo tidak boleh diserang toxic masculinity, mau belajar giat pun sudah bersyukur. Yang otaknya cerdas memang sering kurang dari segi fisik, kecuali memang terbiasa olah ketangkasan ssjak dini. Hmmm ... kira-kira bagaimana cara menyelesaikan hal ini?

"Kenapa, Phi?" tanya Apo, yang waktu itu memakai piama motif beruang. "Kok melihatku seperti itu? Makin jelek ya, aku?" Tatapan matanya semakin murung. Untung ulangan sekolah sudah selesai sementara waktu. Setidaknya Apo mendapatkan jeda sebelum ujian utama. Namun daripada belajar, Mile lebih khawatir dengan tatanan hati si manis, Apo pasti sulit mengerti emosinya sendiri. "Sudah jerawatan, habis ditonjok, luka-luka ...."

"Tinggal sedikit lagi, harus kuat Po ...." kata Mile dengan suara halus. Dia mengambil jemari Apo dan mengecup lembutnya. Apo pun memperhatikan bagaimana Mile terpejam untuk menikmati momen tersebut. 

"Iya."

"Mereka hanya iri padamu, paham? Tinggal bantai lagi saja."

Apo terdiam lama. Dia mendengarkan informasi selanjutnya, bahwa Vegas di-skors dan orangtuanya dipanggil. Beberapa kawannya juga mendapat ganjaran sama, tapi Apo belum tahu detailnya. Anak-anak BT tidak dapat sanksi lebih dari surat pernyataan, bahwa kedatangan mereka membela Apo, tapi sedih acara makan-makannya tak jadi bareng. Usai berkelahi para kurir makanannya datang. Untung Win dan Gulf tahu mereka nampang. Keduanya pun menata makanan di GOR bulu tangkis. Sambil memasang plester luka dan curhat sakit, anak-anak BT makan bersama.

[

Gulf: @_ Anda Apo, sorry kami makan semua ini tanpamu. Tapi teman-teman oke kok. Sekali lagi selamat ya udah juara 3 Tinggal kalahkan Green dan Tay abis ini]

[Nodt: @_ Anda Dengar-dengar mereka sebenarnya juga komplotan Vegas lho. Tapi kami pasti akan melindungimu. Masak habis Vegas dihukum, teman-temannya tak sadar diri? cih, jadi selama ini, Green, Tay, dan Vegas berusaha jadi 3 besar terus begitu? Dasar anak-anak orang kaya. Pantes naik turun ya mereka bertiga terus. Kelas XII-F memang kontroversial. Sebegitu butuhnya ya akan validasi? ]

[Perth: @_ Anda Cepat sembuh ya, Po. Luka kami tidak sebanding dirimu. Sorry juga telat datang (aku mewakili semuanya) ]

[Bass: @_ Anda tenang saja, Vegas CS susah kukurangi poin-nya. Enak saja bikin ribut di sekolahanku ]

[Win: @_ Bass Lagi serius baca beginian aku malah ngakak. Basssss, oh Bass ... kau ini ketua OSIS, bukan kepsek]

[Bass: @_ Anda Biarin pokoknya menyenggol rakyatku berurusan denganku, Po ... gws]

[Jeff: Alaaaah, Vegas CS-Vegas CS sok sekali rasanya. Kutendang burung salah satunya juga mental ]

[Us: Mereka gede omong gak sih? @_ Jeff soalnya ada yang kutonjok sedikit malah jadi bencong. Aw, aw, aw, aww katanya. Nejesssss. Aku yang bot betulan aja tidak begitu]

[Jeff: Ada yang kuat sebenarnya, tapi takkan kubiarkan mereka macam-macam lagi. Pokoknya kita keroyok ulang kalau mereka main begitu terus ke Apo]

[Gulf: Setuju ]

[Win: Setuju @_ Anda pokoknya kau harus ikut naik panggung bersamaku Po. Bosen sendirian diantara anak-anak jahannam itu. Tidak sudi foto kelulusan bareng mereka. Cuih]

[Masu: Sudah-sudah. Ayo biarkan Apo beristirahat. Badannya pasti sakit semua]

Apo pun PAP sedang duduk santai di kamar, tidak apa jika mau nimbrung lagi. Dia juga masih penasaran soal Green, Tay, dan Vegas yang maunya masuk tiga besar terus. Itu membuatnya ingin naik target malah jadi rangking satu. "Biar mereka kebakaran jenggot!" kata Masu. Apo pun video call dengan anak-anak BT hingga tenang, tapi mereka semua langsung ricuh karena ada Mile lewat.

"Ehhhh! Phi Mile!" kata Apo waktu ponsel barunya diambil.

Kamera hanya menampakkan tubuh Apo di video call itu. "Hayo, Po .... sudah jam 11 lebih. Besok lagi ngobrolnya. Luka wajah dan lututmu biar cepat sembuh. Jangan duduk begini terus terusan heh--selojoran saja di ranjang. Kalau ditekuk keropengnya nanti tidak kering-kering. Kebuka terus. Aih, gih."

Anak-anak BT melotot karena Apo tidak bisa berkata-kata. Mereka kompak berbisik "Sshhh, ssssst. Sssst. Diam dulu, Pak suami datang!" sementara Apo ingin merebut ponsel tapi takut.

"Umn, tapi kami belum selesai bahas yang tadi--"

"Eitttss, Sayang ...."

"Phiiii ...."

Mile makin menjauhkan ponselnya.

"Tidak ada tapi-tapi. Ayo sikat gigi dulu. Nanti kuobati wajahmu sebelum tidur."

"Tidak mau ...."

Tangan Mile tetap terulur ke depan Apo.

"Sayangku yang cantik ...."

Anak-anak BT terjungkal di seberang sana, terutama Us yang kesurupan ingin pacar se-gentle Mile juga. Mereka gila melihat momen manis itu, apalagi Apo meraih tangan Mile dengan jemari yang lebih mungil.

Mile pun menggenggam tangan Apo untuk digandeng ke kamar mandi. Sementara video call kepencet mati setelah ponsel Apo ditaruh di atas nakas. Ke-12 anak BT ricuh membahas apa Apo serumah dengan Mile Phakphum, tapi itu agak di luar ekspektasi. Mereka kira kamar itu adalah apartemen Apo, tapi setelah dilihat-lihat ternyata lebih mewah lagi.

Keesokan paginya Apo baru tahu GC ribut ribut sekali, mau tak mau dia pun jujur kalau sekarang sedang berada di rumah calon mertua.

[Nodt: WOOOYYY! KALAU BEGITU AYO MENJENGUK BAYI-NYA PHI MILE! MAU LIHAT DONG RUMAH GEDONGAN MOMMY MERTUA!]

[Apo: Ehhhhhhh ... tapi aku belum minta izin ]

[Perth: ALAAAAAH PASTI TIDAK APA-APA! GAS GAK PREN?]

[Win: GASSSS ]

[Bass: GASSSS🔥]

[Masu: GASSSSS DOOOOONG ]

[Gulf: GASSSSS ]

[Us: Gas🔥]

[Jeff: GASSSS Sekalian mengecek lubang bayi apa sudah dijajah rudal torpedo! @_ Anda]

[Apo: Sumpah teman-teman kami tidak sampai begitu woiiiiiiiiiiii]

..... ya, walau anak-anak BT tidak sepenuhnya salah. Sebelum tidur penis Apo memang dikocok lagi, toh di kamar hanya mereka berdua. Dinding rumah Mile kedap suara tak seperti asramanya. Lebih aman juga daripada apartemen hadiah Mile. Meski malu Apo pun berebah dengan celana dipeloroti, dia sudah tahu sensasi nikmatnya jadi agak ketagihan juga.

"Tapi Phi Mile, apa harus sekarang?" tanya Apo. "Badanku lecet semua, ugh. Aku malu ...."

Mile tetap melebarkan kaki Apo di depan wajahnya. "Hmmp, biar kulatih dulu tempat ini agar nanti malam pertama kita lebih mudah."

"Ah--"

"Sshhh."

Apo pun membiarkan lubang imutnya dilumuri saliva hingga basah. Lalu Mile menggodai bagian itu dengan jari. Mulanya memang hanya begitu, lama-lama Mile berhenti mengocok penisnya dan mengganti tangan dengan mulut. Apo kaget karena penisnya tenggelam di dalam sana. Apalagi wajah Mile sangat seksi saat menggigit lembut buah pelirnya. "Ahh, Phi Mile ...."

"Phi coba masukkan jari, ya? Ditahan sadikit."

"Um--j-jangan dulu." Apo pun berupaya menutupi lubangnya dengan jemari.

"Ya? Biar nanti tidak kaget kalau yang masuk ke dalam bukan jari lagi." Mile pun tetap menyingkirkan jemari itu perlahan. Apo pun menurut meskipun hatinya tak mau. Karena Mile bilang akan melonggarkan ototnya saja. Lubangnya memang mungil hingga kali pertama cuma jari tengah yang masuk, itu pun rasanya sempit sekali. Apo mencengkeram jari Mile dengan begitu kuat. Perutnya mengejan hebat dan matanya berkaca-kaca. "Bagus, begitu. Telan lagi."

"Mnfff. Takut ...."

Mile pun tersenyum tipis. "Apa aku memang menakutkan untukmu?"

Apo memandangi tubuh yang lebih besar darinya itu, lalu menggeleng pelan. "Umn, harusnya tidak---tapi, ahhh ...." Remaja itu pun terlonjak ke belakang. Kurva tubuhnya begitu seksi. Dia jadi penasaran ukuran penis Mile karena lubangnya butuh dilatih segala. Apo cemas itu hanya dalih Mile saja, karena lelaki ini jadi semakin mesum. Mungkin kalau melihat Apo ingin selalu membuang celananya entah kemana.

Namun Apo tidak pernah sampai ditusuk penis.

Lama-lama jari kedua pun mampu masuk, kemudian jari ketiga. Mile baru mengeluarkan ketiganya setelah memutarnya terus di dalam, keringat Apo sampai bercucuran karena dampak nikmatnya. "AHHHHHHHHH!"

Apo klimaks. Untuk kesekian kalinya jari Mile memuaskannya. Mereka pun berciuman lama sebelum Mile kembali kamarnya sendiri. Dia maunya tidak menceritakan itu, tapi sudah dikerubuti anak-anak BT keesokan pagi. Kebetulan hari Minggu juga. Sekolah libur dan waktunya mengobrol mesum, itu adalah rahasia diantara anak lelaki.

"I-Iya begitulah ... enak. Tapi Phi Mile belum pernah melakukan yang lain kok. Hanya ciuman dan main titid," aku Apo. "M-Maksudku yang di bawah juga. Tapi serius kami belum pernah melakukan yang kalian pikirkan, ugh ... Phi Mile malah langsung menyuruhku tidur kalau selesai."

Mata anak-anak BT yang duduk di sekitar ranjang menyipit. "Yang benar ...." curiga Nodt.

"Aih, 2-in. Yang benar ...." kata Jeff.

"Yang benar ...."

"Yang benar ...."

"Yang benar ...."

Gulf, Win, Bass, Perth, dan yang lain ikutan mendramatisir suasana.

"Iyaaa, benar. Ya ampun kalian harus percaya padaku ...."

"Jangan-jangan nanti belum lulus sudah ada baby Po di dalam perut. Wah! Jackpot!" kata Gulf.

"Tidak kok, serius. Aduh aku harus bilang apa lagi ...."

"Ya, siapa tahu seprai yang kau pakai ini pun bekas semalam," tuding Bass.

"Ihhhh! Ya bukan dong. Sudah diganti sama Bibi-nya. Masak aku pakai yang sudah basah!"

"Wahhh, sampai basaaaaaah! Cieee!"

"Basah lhooo. Sial. Jadi kepingin punya suami juga," sahut Us.

Mereka pun tertawa karena muka Apo terbakar hebat. Apo lantas marah maung dan janji takkan mentraktir lagi kalau rahasianya bocor ke orang di luar circle mereka. Anak-anak BT justru menganggapnya hiburan, dan obrolan mesum ala anak lelaki itu berlanjut makin menjadi.

"Ish, ini semua gara-gara Phi Mile sih. Video call-ku semalam tidak langsung dimatikan. Jadi ketahuan, kan ...." batin Apo diam-diam manyun.

Seminggu kemudian Apo pun sudah mendingan, dia bisa kembali sekolah walau kening dan lututnya masih diplester. Tak apalah, memar pipi dan bibir Apo sudah memudar, tapi Mile tidak bisa membiarkan si manis tanpa pengawasan kali ini.

Mile sengaja menyuruh pacar Lulu (namanya Mario Maurer) sudah kuliah semester 3 tapi disuruh menyamar jadi murid lagi sementara waktu. "Harus satu kelas dengan Apo", titah Mile. Tugas Mario hanya memastikan si manis agar baik-baik saja. Kalau bisa kemana pun ditemani dan belajarnya dipantau. Apo sih tidak keberatan kalau soal belajar. Dia juga senang bisa minta diajari Mario jika kesulitan memahami penjelasan guru tadi, Mario pun diperkenalkan ke anak-anak BT (tapi mereka tahunya si Mario hanya anak sekolahan biasa).

"Halo, aku Mario," kata Mario, yang masih cocok memakai seragam sekolah.

"Halo juga, kami BT circle," kata Win saat di GOR bulu tangkis. "Aku ketuanya di sini. Feel free, ya. Karena Apo anak sini, kau boleh menonton kami latihan juga. Dienakin, oke?"

"Oke, thanks."

Apo dan Mario pun lesehan di sisi dinding untuk menonton, toh mau ikut latihan lutut Apo masih terluka. Si manis dengan sepatu pink-hitam-nya PAP kepada Mile. Dia bilang terima kasih sudah dijaga sejauh ini.

[Apo: Thank you, Phi Mile. Nanti kalau sudah lulus aku mau belajaran bela diri. Boleh ya? ]

[Apo: Maksudku setelah baby-nya keluar Boleh ya pokoknya ... aku mau nge-gym juga. Aku kecil, Phi. Iri lho ke Phi Mario karena badannya padat. Kepingin begitu juga, ya ya ya?walau tidak ototnya tidak sebesar Phi Mile. Susah lah kalau itu. Aku mau yang sedang-sedang saja. Sayang Phi Mile ]

[Apo: Pokoknya iya, ya .... ]

Mile sampai berhenti mengunyah makan siangnya, lelaki itu tersenyum kecil saat memandangi ponsel.

[Mile: Gampang itu nanti, yang penting sekarang fokus ke ujian akhir. Katanya mau naik rangking 1? Pokoknya belajar terus jangan pusing sama Vegas CS. Kau aman]

[Apo: Okeeeyy. Siapp😭]

[Mile: -sending you a sticker-]

Apo nyaris membanting ponsel barunya karena stiker itu, bahkan lirik-lirik ke Mario karena khawatir dilihat. Ternyata Mario sendiri senyum-senyum juga ke ponselnya, dia baru mendapat PAP cantik dari Lulu yang sekolah di SMK jurusan Butik. "Ah, syukurlah. Hihihi. Senang Phi Mario juga nyaman di sini ...."

Bersambung ....