KITTY PO 53

Apo tampak ragu menjawab.

"Iya, Sayang?" ulang Nee.

Semua mata tertuju ke remaja itu. Rom dan Nee sudah sangat penasaran, namun keinginan bertanya sejak lama malah ditahan hingga sekarang. Keduanya kurang suka memburu si manis. Apalagi Mile sendiri tak memiliki rencana khusus. Dia ingin Apo saja yang memberi nama, walau sang istri tetap meminta persetujuan darinya.

"Baby Sammy ...." jawab Apo malu-malu. "Terus yang adiknya Katty. Aku dapat itu dari manhwa kesukaanku, Mom. Mereka adalah kakak adik yang lucu. Tapi di cerita sudah sekolah sih. Aku nak lihat Sammy sama Katty main bareng ...."

"Oh," desah Nee sambil mengangguk. "Tunggu, manhwa itu ... semacam komik bukan sih? Mommy kok belum pernah tahu."

"Iya, Mommy. Aku punya banyak koleksi loh ...." kata Apo. "Mommy mau coba baca?"

Wah, Mile benar-benar ingin tertawa ....

"Apo, Mommy sudah tidak baca buku begituan," tegur Mile. "Manhwa kan untuk seusiamu." Dia mengacak-acak pucuk rambut Apo.

"Umn ...." gumam Apo sedikit kecewa.

Aduh, aduh. Percobaan jadi sales gagal.

Meskipun begitu acara makan tetap mulus, taman bermain si manis berakhir dengan nama "Universal Sammycat's Studios." Dan Apo belum bosan melihat-lihat detail foto tempat itu dari berbagai sisi. "Tidak sabar ...." gumam si manis sambil rebahan di ruang tengah. Akhir-akhir ini dia sering malas daripada berkegiatan. Kakinya gampang capek kalau dipakai jalan sedikit. Gadget benar-benar jadi teman yang sejati. Apo nonton Netflix jika dia sedang bosan.

"Pegal, ya Sayang?" tanya Nee yang tiba-tiba mendekatinya. Wanita itu duduk di sisi lain dari sofa. Kaki-kaki si manis dipangku untuk dipijat tanpa permisi.

"Huh? Eh, Mom--"

"Sudah, diam saja ... mumpung hari ini Mommy lagi off duty," kata Nee. "Kau pasti kewalahan menggendong dua setiap saat. Apalagi sebentar lagi genap 8 bulan, ya kan? Ututututu, cucu Mommy mau launching ...."

Apo pun mem-pause film kesukaannya. Padahal adegan Bucky menghadapi tsunami di "9-1-1" sedang genting, tapi dia lebih takut kalau mengabaikan ibu mertua. "Umn, iya Mommy. Thank you. Tapi aku tidak apa-apa kok. Akhir-akhir ini sudah tidak mual," katanya. "Eh, kata Dokter Napvtik trisemester akhir memang makin stabil. Cuma pegal terus karena mereka berat. Aku takut sekali menimbang badan. Ugh ... Mommy apa aku makin gendut?"

"Ha ha ... sedikit?" tawa Nee. "Pipimu jadi agak chubby sekarang. Bagus kok, Sayang. Makin gemas Mommy lihatnya."

"Iiii, Mommy kok bilangnya gitu," protes Apo cemberut. "Tapi tidak parah kan? Aku takut jadi Bububu setiap kali habis mandi. Jadi sering lihat cermin kamar."

"Ha ha ha ha ...."

"Tapi mau diet malah sering lapar," curhat Apo. "Mommy, Kakak sama adik kok semangat sekali makannya. Kadang perutku sakit banget. Mommy begitu juga tidak pas hamil Phi Mile-nya aku?"

"Iya, lah. Suamimu kan tukang makan ...." kata Nee. Kali ini fokus pijatannya pindah ke kaki kanan. "Jangan khawatir, Sayang. Semua normal kok. Habis lahiran nanti pola makanmu kembali lagi. Sekarang kan lagi bagi-bagi asupan."

"Iya, Mommy ...."

"Mommy makin tidak sabar ketemu mereka. Yang kuat ya ...."

Apo dan Nee bertatapan lembut.

"Umn."

"Kalau ada apa-apa bilang saja ke kami. Semua orang di sini menyayangimu."

Nee mengakhiri sesi pijat gratis itu dengan kecup kening. Namun Apo tidak minat lanjut marathon film-nya lagi. Si manis justru naik ke kamar karena kangen aroma Mile. Dia sering bergulat di dalam selimut sambil berbantalkan milik sang suami. Rasanya tenang, walau Mile masih kerja jam segini. Dia tidak melakukan apapun di sana, juga tidak tidur.

"Hmmmh ... harum," kata Apo sembari terpejam. Dia menghirup essens tubuh Mile yang tertinggal. Detak jantungnya jadi stabil karena menganggap Mile sangat dekat. "Phi Mile pakai parfum apa lagi, ya hari ini? Dior? LV?" gumamnya menebak-nebak. "Oh ... ternyata Gourlain yang warna oren." Dia tersenyum bangga sekali, padahal itu hal yang sederhana.

Si manis pun menarik selimut makin rapat. Dia meringkuk seperti kucing dalam benda tersebut. Lama kelamaan suara dengkurannya keluar karena jatuh tertidur. Apo tidak tahu pukul 3 sore Mile sudah sampai rumah. Sang suami mendekatinya dengan langkah pelan.

"Ya ampun kaus kakimu melorot semua," kata Mile sambil duduk di tepian ranjang. Dia menyibak selimut Apo perlahan. Lalu menemukan kaki-kaki bertimpaan lucu. Oleh-oleh pun diletakkan ke lantai begitu saja. Mile menata ulang semua kaus kaki Apo sebelum membangunkannya. "Baby ...."

panggilnya lembut. "Baby, bisa kau bangun sebentar? Phi mau beritahukan hal penting."

"Hmmnh?"

Mata Apo pun berkedip pelan.

"No, no, no, no. Tidak perlu sampai duduk juga. Stay still," tahan Mile. Dia mendorong bahu si manis, biarkan saja Apo rebah, tapi Mile malah diserbu pelukan. "Phi cuma--"

"Phi Miwww, welcome home ...." kata Apo. Kepalanya menyeruduk perut sang suami. Hidung mendusel-dusel. Si manis seperti mencari kehangatan lebih dan benar-benar masih mengantuk. "Ayo tidur. Nda usah mandi. Phi-nya tetap harum kok tanpa mandi. Xixixixi ...." imbuhnya separuh sadar. Namun Mile tetap berupaya membangunkan. Segala cara dia lakukan agar membuat Apo tersadar. Si manis akhirnya menatap lurus dengan mata merah itu.

"Dengar, pagi ini Phi Mile kerja seperti biasa. Semua hal fix, dan tadinya ingin mengajakmu dinner di luar setelah sekian lama," kata Mile. "Ada 2 kursi untuk kita berdua di resto. Set up right. Cuma karena Michele dan Anna otw kemari, nanti malam kita makannya malah ber-4. Are you ok?" tanyanya.

"Huh?" sahut Apo karena otaknya memproses lambat. Remaja itu belum benar-benar sadar. Dia bingung. Mile pun menjelaskan sekali lagi.

"Intinya kita batal jalan berdua, Sayang. Phi minta maaf ya, karena kesannya dadakan sekali," kata Mile. "Anna bilang mendadak ingin melihatmu, katanya kangen. Dia mau memprediksi kapan Baby Sammy dan Katty lahir nantinya."

"...."

"Ingat tidak sahabat Phi Mile yang hadir di pesta bujang?" kata Mile. "Dia adalah dokter kandungan di Sisilia. Dua anak. Katanya cemas setelah kuberitahu umur baby hampir 8 bulan. Superfetasi lagi," imbuhnya. "Po, mungkin bagus kalau kalian bicara secara pribadi. Karena beda dengan Napvtik atau Sprite, dia pernah menangani Superfetasi secara langsung."

".... iya, Phi?" sahut Apo yang mulai paham. "Terus kenapa ya kalau mereka Super-super Baby?" Suaranya sedikit serak. "Apa akan berbahaya atau bagaimana--"

"Ya," kata Mile sambil mengangguk. "Maksud Phi proses kelahirannya. Itu seperti buah yang masak satu, tapi satunya lagi belum siap dipetik. Nah, kalau normal si adik bisa kena gencet dorongan kakaknya. Kau juga. Jadi lebih aman kalau nanti pakai operasi caesar, paham kan?"

Apo pun mengangguk pelan. "... umn." Walau remaja itu senam jantung mendadak di tengah waktu santainya.

"Apalagi kembar seringnya prematur. Kakak sudah 8, tapi adik baru jalan 5. Kita harus cari cara untuk memperkuat kandunganmu nanti. Diperlama," kata Mile. "Tidak apa-apa kan, Sayang? Kau masih bisa 3 atau 4 bulan lagi? Phi takut kalau kau sudah membayangkan bebas dalam waktu dekat. Maksud Phi, bulan depan harusnya jadwal kelahiran sudah turun. Tapi kau beda dengan ibu pada umumnya, Apo. Sangat beda. Phi mau kau tahu situasinya."

Si manis tampaknya berpikir keras, karena omongan Mile sebagian besar benar sekali. Akhir-akhir ini Apo sering scroll TikTok bayi. Dalam benaknya sudah ingin menggendong anaknya dalam pelukan. Namun ekspetasi itu harus terbanting sekarang. Dia syok. Lebih dari itu wajah Mile sedikit menenangkannya. "Tapi ... umn, Dokter Na kok tidak pernah bilang begitu, ya Phi?" tanyanya. "Setiap aku USG baik-baik saja tuh katanya. Beliau bukannya--"

"Phi yang melarang Na memberitahumu terlalu cepat," sela Mile dengan mata berkaca-kaca. "Phi khawatir kau tidak siap, Apo. Terlalu dini. Tapi sekarang semoga baik-baik saja, hm? Kau hebat," pujinya sambil tersenyum. "Phi yakin kau akan jadi ibu yang mengagumkan. Kau kuat. Pokoknya paling kuat dari ibu mana pun di muka bumi."

Apo jadi ikutan berkaca-kaca. "Oke ...." katanya. Mental si manis sedikit goyah. Dia takut. Sedikit banyak Apo tahu Mile bohong soal "terkuat di muka bumi". Sang suami pasti hanya memujinya. Ingin mendukung. Apo bahkan diminta di rumah terus mulai sekarang. Sampai para bayi lahir tidak ada main jauh seperti biasa. Kalau pun mau biar Jeff dan Masu sana yang datang kemari.

"Kalau begitu bersiap-siaplah. Mandi dulu," kata Mile sebelum mengecup si manis. "Dandan yang cantik seperti biasa. Tetap segar. Jangan perlihatkan kau patah semangat agar Anna tidak segan membantumu. Kalian tim keren."

"Oke, Phi ...."

"Phi beres-beres dulu apa yang perlu ditata. Baru pulang ini, " kata Mile, lalu memberikan oleh-olehnya. "Buka sebentar pun tak masalah agar lebih santai. Jangan tegang."

"... iya."

"Semua akan baik-baik saja."

Bersambung ....