BAB 60

Review Pemacu Moodbooster:

Porche memeluk hingga Kim tidak lagi meneteskan air mata. Dia membuat punggung Kim hangat, lemas dari ketegangan batin, tapi tidak melepaskannya. "Kau sudah mendingan?" tanyanya hati-hati.

KACRAK!

DEG

"MUNDUR!"

Namun, todongan pistol membuat Porche refleks lepas dari Kim. Dia kaget, bahkan sampai menahan napas karena tak tentu arah.

"Maaf."

Kim justru menatapnya sinis, tampak sangat-sangat panas, tetapi mengantungi senjatanya kembali. "Jangan pernah menyentuhku lagi," katanya. Lalu melewati Porche begitu saja.

Kim seolah tak peduli apakah Porche akan menusuknya dari belakang. Lelaki itu hanya terus melangkah, kemudian mengeluarkannya pematik dari saku celana. "Aku minta maaf jika hari ini agak terlambat, Phi," bisiknya. Kemudian menyalakan lilin-lilin yang terdapat di sekitar peti.

Porche pun tertegun melihat pemandangan tersebut. Kim yang mengusap matanya dengan punggung tangan, tetap teguh menata dekorasi satu per satu, kemudian membuka tutupnya.

Porche pikir, di dalam peti tidak ada apa-apa. Atau paling hanya benda-benda peninggalan Tawan. Namun, Kim justru membelai pipi sosok manis yang memejamkan mata di dalam sana.

DEG

"Kim?!"

Kim hanya meliriknya lewat ekor mata. Lelaki itu tidak mengatakan apa-apa, lalu menggendong raga Tawan dari dalam sana. Sosok yang tidak bertambah tua. Masih segar seolah baru mati kemarin, tetapi wajah pucat memang tidak bisa dipungkiri.

Tawan dipeluk begitu erat. Dia mengenakan suit hitam yang begitu wangi, bahkan ada bunga di saku depan. Lalu dibawa Kim untuk naik ke lantai 3.

Percayalah, ini bukan pertama kali Porche berpapasan dengan "semua mesin Kim". Mau bentuknya manusia, pesuruh, atau apapun juga. Porche masih merasakan bahwa mereka "boneka". Hanya saja, yang barusan itu tidak.

Tawan seperti memang "manusia", hanya saja sudah tak bernyawa. Namun, dalam waktu yang bersamaan, Porche juga tidak yakin apakah itu benar adanya.

Bukankah Tawan sudah dikremasi? Bukankan abu mayatnya disimpan oleh Kinn? Porche ingat

pernah cemburu kepada lelaki itu karena diberikan cincin atau persiapan resepsi khusus Kinn bersamanya.

"Kim, tunggu ....! Hahh ... hahh ...." panggil Porche yang menyusul naik ke lantai 3. Dia hanya ingin memastikan, tetapi Kim sudah masuk ke salah satu pintu yang ditendangnya. Dia merebahkan tubuh Tawan seolah masihlah hidup. Dia selimuti sosok itu menggunakan beludru mahal, lalu dikecup di kening.

"Berisik," kata Kim. Dia melotot nyalang ke pintu. "Bisa tidak mengganggunya? Atau kurobek mulutmu itu."

Porche pun langsung terbisu. Dan meskipun dia takut hantu, anehnya kali ini begitu sedih. Melihat Kim menata rambut Tawan hati-hati. Sampai-sampai dia sulit mempercayai matanya sendiri.

Oh, kamar itu bahkan juga punya beberapa pajangan foto. Tidak seperti yang lain. Semua berisi kenangan Tawan semasa hidup, walau tidak ada satu pun yang memuat Kim bersamanya di dalam sana.

"Jadi, seperti itu Tawan yang sesungguhnya?" batin Porche dengan dada yang ngilu. "Dia memang manis seperti yang digambarkan. Pantas saja--"

"Keluar."

DEG

"Apa?" kaget Porche.

DORR!!

Kim menembak daun pintu hingga Porche terkaku. "Ini tempatnya beristirahat. Kau punya sendiri jadi cepat pergi dari sini!"

Kim bahkan membanting pintunya langsung. Menyisakan Porche yang terbeku seorang di depan pintu.

Bukankah Porche tadi nyaris dibunuh? Kenapa Kim sekarang seolah tidak peduli---

[Selamat siang, Tuan Porche Pacchara Kittisawasd 😊 Apakah Anda mendengar saya?]

Tanya sistem mesin tiba-tiba. Porche sendiri terkaget-kaget. Lalu mengelus dada setelah ada layar virtual diam di depan matanya.

"Iya, apa?" tanya Porche.

[Anda diwajibkan "Tuan" pergi dari sini. Waktunya hanya 2 menit~]

[Jika tidak, kami akan memburu Anda di tempat! Siaga! Siaga!]

DEG

"Apa?!"

[Waspada dengan sekitar Anda~]

[Semoga hari Anda menyenangkan]

[😊😊😊]

KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK!

Saat Porche menoleh, berpuluh-puluh bodyguard boneka baru keluar dari persembunyian. Mereka menodongnya dengan pistol masing-masing, mengincarnya bagai hewan buruan, lalu menyudutkannya turun ke tangga.

"Oke, oke, aku turun," kata Porche. Otaknya lambat memproses, tetapi baru kali ini dia senang karena tidak menyerang Kim secara membabi buta.

Mungkin ... aksesnya dalam sistem sudah direbut balik. Mungkin juga, akses itu sebenarnya dibatasi. Atau justru sejak awal akses Porche memimpin sebentar. Yang pasti sekarang Kim tetap "si Tuan", dan dirinya beruntung bisa hidup sampai sekarang.

"Mundur lagi ...." kata salah satu bodyguard mesin. Ya, mesin. Porche lebih mudah menyebutnya begitu, meskipun fisik mereka persis manusia.

"Baik, baik."

"Tuan Kim bisa terganggu denganmu," kata bodyguard yang lain.

Akhirnya, Porche pun benar-benar menyerah. Dia kembali ke kamar, dan coba menenangkan dirinya sendiri. Tentu dia mencoba untuk mengakses sistem ulang.

"Sistem, aku Porche Pacchara," kata Porche sembari mengayunkan tangan ke udara. "Apa aku masih memiliki akses?"

Mendadak, layar virtual sistem pun muncul lagi.

[Halo, Tuan Porche Pacchara 😊]

[Selamat datang~]

[Jawabannya, ya. Anda dalam perlindungan kami, sesuai situasi dan instruksi. Terima kasih!]

Berarti memang sudah dibatasi.

Saat itu, untuk pertama kalinya Porche begitu bingung. Di tempat ini, dia sungguh-sungguh terpenjara, meski masih bisa bergerak kesana-kemari. Dia tertekan, tetapi juga sakit memikirkan Kim.

Bagaimana bisa Kim hidup seperti itu? Apa dia pernah menjadi ilmuan? Kapan? Bukankah dia musisi? Sebenarnya mana yang benar? Lebih-lebih bila ingat ada mesin bernama "Jirayu 07" yang sempat menyerangnya. Apa Porche hanya salah kira?

Bisa jadi yang dipeluk tubuh Tawan nomor entah keberapa kan? Mungkin Tawan juga bisa membuka mata dan bergerak--

"Oh, sistem. Bisa aku tanya sesuatu?" tanya Porche dengan bola mata menggenang. Sedikit banyak, entah kenapa dia ingin Kinn hadir di tempat ini meski tidak melakukan apa-apa.

[Tentu saja, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?]

Porche mengusap air matanya sebelum mengalir. "Bisa kau jawab Tawan tadi asli atau palsu?" tanyanya. "Maksudku, dia termasuk yang punya manusia dengan kode seri atau bukan? Seperti "Jirayu 07" yang waktu itu. Kalau bisa semua informasi lengkap yang kau tahu."

[😊😊😊]

[Jawabannya beliau memang Tuan Tawan Kittichat Kla. Tanpa nomor atau kode seri. Beliau tercatat dalam database kami, sebagai pasangan Tuan Kim Theerapanyakul. Status: wajib dipatuhi secara mutlak. Meninggal pada umur 25 tahun, 4 Mei 199X, 8 Tahun yang lalu. Sekian]

[Ada lagi yang Anda tanyakan, Tuan, Porche?]

"Ha ha ha ... 8 tahun lalu dan belum--ah ...." Porche memijit keningnya sebelum melanjutkan perkataan buruk. Bagaimana pun, dia sedang berbicara dengan sistem. Bagaimana jika Kim ternyata bisa mendengarnya? "Apa aku boleh mendapat senjata?"

[⚠️⚠️⚠️]

[Tidak bisa, Tuan]

[Akses Anda yang berhubungan dengan senjata telah ditolak, Tuan Porche!]

[Apa Anda ada pertanyaan lain?]

[😊😊😊]

Porche masih tidak juga menyerah. "Apa lagi yang akan ditolak dariku?"

[Baik, Tuan!]

[Jawabannya mendapatkan denah atau peta detail, komunikasi di luar izin, percobaan bunuh diri, pergi keluar arena penahanan, penyerangan terhadap Human Cloning, dan mendapatkan informasi inti!]

Oh, bagus. Padahal Porche baru ingin menanyakan lokasi pusat kendali sistem. Atau bagaimana cara mematikan manusia mesin--

[Apa Anda merasa terbantu?]

[😊😊😊]

Porche pun tertawa sinting. "Ha ha ... begitu. Baiklah," katanya. "Jadi aku tidak bisa meninggalkan tempat ini sungguhan."

[Benar, Tuan! Apa Anda butuh kenyamanan! Kami bisa memberikan rekomendasi untuk menghibur diri!]

[😊😊😊]

Bagai memakai aplikasi chat dating, sistem pun tiba-tiba jadi lawan komunikasi yang menyebalkan.

[Terdapat ruang game atau spa yang berada di lantai--]

"Sudah cukup," sela Porche. Lama-lama dia merasa menyedihkan karena terus bicara kepada sistem. "Aku hanya ingin tidur ...."

[Baik!]

[Kami akan persiapkan menu untuk makan malam!]

[Semoga bermimpi indah!]

[😊😊😊]

Namun, sebelum sistem hilang, Porche tiba-tiba ingat sesuatu.

"Tunggu, tunggu sebentar ...." katanya. Sehingga layar virtual itu diam di tempat.

[Ya, Tuan Porche?]

"Bisa katakan padaku? Siapa saja yang pernah dapat aksesmu?"

Bersambung ....