Petir dalam Gelap di Siang Hari

Perekrutan murid baru 'Perguruan Pedang Emas' selama 4 bulan berselang sudah mencapai 200 anak murid yang telah diterima, mereka tinggal didua gedung asrama perguruan tapi ada juga puluhan murid yang memilih untuk tetap tinggal bersama keluarga mereka. Zang Lang dan Mei Yu (kakek Zang Yun dan Zang Cian), Zang Moo dan Liu Shui (kakek Zang Ran), Zang Ping dan Lan Lai (kakek Zang Fei) sebagai leluhur Keluaga Zang ditunjuk menjadi pelindung Klan Zang dan Perguruan Pedang Emas.

Zang Rong sebagai Patriark Klan Zang juga ditunjuk sebagai Ketua Perguruan Pedang Emas, sementara itu Zang Tong sebagai Tetua pertama, Zang Rou sebagai Tetua Kedua, Zang Wui sebagai Tetua Ketiga dan Lung Chao sebagai tetua Keempat. Zang Yun dan ketiga saudara sepupunya Zang Cian, Zang Ran dan Zang Fei ditunjuk sebagai guru dan pelatih para murid, mereka berempat dibantu oleh masing-masing istri yang juga sudah memiliki tingkat kekuatan Hawa Murni yang cukup.

Diantara mereka hanya Lung Nie yang belum bisa membantu karena dalam kondisi hamil, saat ini kandungan Lung Nie telah berusia 7 bulan lebih dan terlihat sehat karena mendapat perawatan yang baik dari Zang Wui yang seorang Tabib dan dengan bantuan Pil buatan Zang Rou sang Alkemis. Terlebih dengan begitu siaganya sang suami Zang Yun menjaga sang istri setap saat ditambah dengan 4 orang pelayan di paviliun mereka, saat Zang Yun berada di Perguruan untuk melatih para murid maka ke 4 pelayan yang akan secara bergantian membantu menemani Lung Nie.

Dengan adanya 'Perguruan Pedang Emas' membuat keadaan Desa Kun Zang bertambah makmur, hal ini karena banyak kedai makan, toko-toko menjual pakaian, perlengkapan rumah tangga yang berdiri, serta yang membuat daya tarik adalah toko obat milik perguruan yang dikelola oleh keluarga Zang Rou. Toko obat ini selain menjual bermacam macam Pil obat dan herbal untuk umum juga menyediakan untuk kebutuhan perguruan, sudah banyak para pembudidaya Kekuatan Hawa Murni disekitar Kerajaan Xhin sering datang untuk membeli Pil Energi dan Pil lainnya di Toko Obat milik keluarga Zang Rou.

Walaupun tingkat kesibukan di perguruan dan keseharian sebagai petani, Zang Yun dan ketiga sepupunya tetap melakukan perburuan setiap dua bulan sekali dan hasil daging perburuan tidak dijual lagi kekota tapi digunakan untuk kebutuhan Perguruan dan penduduk Desa Kun Zang yang semakin bertambah. Siang itu Zang Yun baru selesai memberikan latihan penguatan tubuh kepada para murid dilapangan latihan, sebanyak 50 orang murid tingkat Hawa Murni Dasar diberikan latihan teknik-teknik dasar yang bertujuan untuk melatih otot dan tulang dengan cara berlari keliling lapangan latihan sambil mengangkat dan menarik berbagai macam beban.

Tuan...!, tuannn..., tuaaannn...!

Zang Yun terkejut mendengar teriakan seorang perempuan yang dikenalnya dan sedang berlari menuju kearahnya...,

"Ada apa bibi Lun...?, kenapa berlari seperti dikejar setan...?, pelan-pelan dan bicaralah dengan tenang...!" kata Zang Yun mendapatkan kepala pelayan dipaviliunnya yang sudah berumur 40 tahun.

"I..., itu..., tuan...!, nyonya berteriak kesakitan tadi..., dan menyuruh saya untuk menyusul tuan untuk memberitahu agar tuan segera pulang...!" kata bibi Ai Lun sambil mengatur pernapasannya.

"Apa....!!!, ayo bi ikut saya...! kita segera kembali kepaviliun..." kata Zang Yun kemudian bergegas menuju kereta kuda miliknya sambil diikuti sang pelayan.

Dengan cepat Zang Yun memacu kereta kudanya yang ditarik oleh seekor kuda liar yang sudah dijinakkan menuju paviliun miliknya, sementara itu di perguruan seorang murid memberitahukan kejadian tersebut kepada tetua pertama Zang Tong. Segera aktivitas di Perguruan Pedang Emas terhenti karena beberapa tetua meninggalkan perguruan menuju paviliun keluarga Zang Yun, ayah dan ibu Zang Yun (Zang Tong dan Hua Ing), Zang Rou dan anaknya Zang Ran, Zang Wui dan Sun Lei (ayahnya Zang Fei) dengan menggunakan kereta kuda milik mereka masing-masing bergegas untuk melihat apa yang terjadi terhadap keponakan mereka Lung Nie yang sedang hamil besar.

Sesampainya rombongan itu dipaviliun milik Zang Yun, segera mereka bergegas turun dari tiga buah kereta kuda selanjutnya memasuki paviliun dan mendapatkan Lung Nie yang sedang terbaring gelisah diatas tempat tidurnya. Wajahnya yang cantik terlihat kemerah-merahan seperti tomat masak dan terlihat cemas sedang menahan sakit, sambil berbaring diatas tempat tidur Lung Nie ditemani sang suami dan dua orang pelayan yang sedang memijat kaki nyonya mereka.

"Kenapa menantuku...? apa kamu terjatuh...?" tanya Hua Ing sang ibu mertua penuh selidik.

"Ti... ti... tidak bu...!, tadi habis makan buah mangga tiba-tiba perut saya terasa sakit sekali seperti teriris-iris...!" kata Lung Nie mengeluh kesakitan sambil meremas-remas pinggangnya dan mengelus perut buncitnya secara bergantian.

Melihat hal ini segera Zang Wui sebagai seorang tabib mendekat dan memeriksa keadaan Lung Nie, tangan dan leher serta beberapa bagian tubuh disentuhnya untuk mengetahui keadaan dalam tubuh Lung Nie.

"Mmm..., sejak pemeriksaan pertama menurut perhitunganku kandungamu saat ini sudah berusia 7 bulan lebih beberapa hari...!, apakah kamu ada melihat bercak darah saat kamu buang air kecil...?" kata Zang Wui bertanya kepada Lung Nie.

"Tidak paman...! semua normal-ormal saja seperti biasa..., hanya saja tadi entah kenapa selesai makan buah...? perutku langsung sakit sekali dan terasa berputar-putar...!" kata Lung Nie menjelaskan kemudian Zang Wui menuliskan resep obat.

"Saudara Rou tolong kau racik obat ini biar aku menemani Zang Yun disini...!" kata Zang Wui.

"Baik...!, nak Yun...?, dimana tempat penyimpanan tanaman herbal kalian...?" kata Zang Rou.

"Digudang paman...!, bibi Lun...!, tolong antarkan paman Rou kegudang penyimpanan tanaman herbal...!" kata Zang Yun kepada kepala pelayan paviliunnya.

Kesibukan terus berlanjut dipaviliun keluarga Zang Yun, beberapa kerabat dekat termasuk kakek neneknya juga sudah berdatangan. Tanpa mereka sadari suasana langit diluar paviliun mulai berubah, siang hari dengan cuaca panas terik berubah menjadi seperti sore hari dan perlahan terlihat matahari mulai berubah warna menjadi kehitaman-hitaman. Sepuluh menit kemudian didalam kamar pribadi terlihat Lung Nie semakin gelisah karena merasakan sakit yang berulang-ulang setiap 2 sampai 3 menit, Zang Yun dan pamannya Zang Wui terus mendampingi Lung Nie yang kesakitan sambil terus memeriksa keadaan keadaanya. Kemudian beberapa saat sang tabib berkata...,

"Pelayan...!, segeralah masak air dan setelah mendidih bawa kesini...!" kata Zang Wui sang tabib sambil menatap kearah keponakannya Zang Yun.

"Nak...! istrimu akan segera melahirkan...!, tetaplah tenang..., pamanmu ini akan mengurusnya...!" kata Zang Rou sang tabib.

Kemudian Zang Rou meminta untuk mengosongkan kamar pribadi itu yang menyisakan dirinya, Shu Wang (Ibu Lung Nie), Hua Ing (ibu Zang Yun) dan Mei Yu (nenek Zang Yun). Sementara itu diluar paviliun terlihat langit mulai gelap karena banyak awan hitam berkumpul diatas langit Desa Kun Zang padahal hari baru menjelang siang, sementara itu didalam kamar Lung Nie yang terbaring gelisah sedang menahan rasa sakit karena dari antara kedua pahanya mulai keluar cairan bercampur darah yang deras mengalir keluar membasahi kasur. Tepat tengah hari langit menjadi gelap seperti malam hari dan petir menyambar dari atas langit sambung menyambung,...

Jeeddeerr... Jeeddeerr... Jeeddeerr... Jeeddeerr... Jeeddeerr... Jeeddeerr... Jeeddeerr..., Jeeddeerr...,

JEEDDDEEERRR...

Suara petir yang kesembilan menggelegar sangat keras dari atas langit Desa Kun Zang yang bersamaan dengan terdengarnya suara tangisan seorang bayi dari dalam kamar pribadi Zang Yun dan Lung Nie,...

Ooo..., oooeeekk...,

Ooo..., oooeeekk...,

Zang Yun dan beberapa kerabat dekatnya yang seangberada diluar kamar dengan wajah serta perasaan gelisah seketika tersentak kaget saat mendengar suara petir yang sangat keras itu bersamaan dengan terdengarnya suara tangisan bayi secara bersamaan.

Krriiieeeek...

Suara pintu kamar terbuka bersamaan keluarnya Zang Wui sang tabib dari dalam kamar pribadi tersebut,

"Selamat nak Yun...!, putramu sudah lahir dengan selamat dan sehat...!, begitu juga dengan ibunya..., tunggulah beberapa saat..., karena nenek..., ibumu dan mertuamu sedang merawat putramu dan istrimu Lung Nie...!" kata Zang Wui yang membantu proses kelahiran sang bayi.

"Hahaha...!, akhirnya aku menjadi seorang ayah...!" kata Zang Yun tertawa senang kemudian menerima ucapan selamat dari seluruh kerabatnya yang berada dipaviliun mereka.