Ch 1 ใGuardian

----------By : Adriansyah----------

----------Chapter-1----------

Di Sebuah padepokan silat terdapat seorang pria dengan badan berotot dan dipenuhi luka sedang bertarung dengan sengit dengan pria tua.

"Tingkatkan kecepatanmu Arkan! Jangan biarkan musuhmu memiliki kesempatan untuk balik menyerangmu" Instruksi dari pria tua yang adalah seorang guru yang sedang melatih pria bernama Arkan.

Serangkaian serangan terus diluncurkan Arkan kepada gurunya, gerakannya sangat cepat bahkan gerakan matapun tidak dapat mengikutinya, namun gurunya yaitu pak Jami dapat menangkisnya dengan sangat mudah seolah itu hanya serangan anak-anak.

Setelah sekian lama, mereka berdua istirahat dan sedikit berbincang santai.

"Terimakasih atas ajarannya selama ini guru" ucap Arkan dengan muka lelah dan keringat disekujur tubuhnya.

"Hahaha, aku sangat bahagia membimbing dan mengajari anak berbakat sepertimu nak, walaupun ini adalah pertemuan terakhir kita" jawab pak Jami, wajahnya yang keriput tersenyum namun matanya tidak dapat berbohong terdapat kesedihan yang tak dapat tergambarkan darinya.

"Mengapa kamu bilang begitu guru? Apakah kamu mau pergi?" melihat mata gurunya, Arkan-pun ikut bersedih.

"Sekarang kau telah menjadi Pendekar Silat Nak, selanjutnya apa yang akan kau lakukan?" tanya bangga pak Jami mengalihkan pembicaraan yang tak mau dia bahas.

"Aku mungkin akan mengejar cita-citaku yang berikutnya guru yaitu membuat game realitas virtual, dan aku akan menambahkan fitur tentang silat didalamnya!" Arkan selain belajar silat, dia juga mengambil mata kuliah tentang teknologi game berbasis realitas virtual.

"Guru akan berdoa semoga cita-citamu itu terwujud, guru tau kamu orangnya pantang menyerah" Walaupun Pak Jami tidak tau apa itu realitas virtual karena dia terbiasa hidup dalam pengasingan tapi melihat semangat muridnya yang bisa dia lakukan hanyalah memotivasinya.

"Kalau begitu, Arkan pamit dulu yah guru."

Karena hari sudah malam dan besok pagi Arkan harus sekolah, selepas berbincang, Arkan langsung berpamitan.

Karena gurunya yang tinggal di tengah hutan di Pegunungan jadi butuh waktu yang lama bagi Arkan untuk sampai kerumah.

Keesokan paginya setelah bersiap-siap dia berangkat ke Sekolah. Disekolahnya dia melanjutkan pengembangan gamenya yang berkonsep MMORPG.

"Arkan, sudah sejauh mana perkembangan gamemu itu?" tanya salah satu temannya.

"Sudah 1 tahun lebih aku mengembangkannya dan progresnya hanya 35%, sangat sulit untuk membuata game yang sangat nyata seperti yang aku idamkan" balas sedih Arkan.

Game yang Arkan kembangkan memang sudah dia rilis dan bahkan sudah bisa dimainkan, dia telah mendapatkan izin perilisan game dari pemerintah setempat.

Namun dia belum cukup puas dengan ciptaannya ini sehingga dia terus melakukan penelitian untuk pengembangan.

Juga saat ini pengguna gamenya 0, Arkan belum mendaftarkan gamenya pada layanan distribusi digital dan hanya menaruhnya di web yang dia buat sendiri yang bahkan hanya memiliki total kunjungan sebanyak 4 orang dalam waktu 1 tahun.

Dan yang lebih parah, dia belum pernah mempromosikan dan memperkenalkan gamenya ini kecuali ke temannya yaitu Fatih.

...

Saat ini bumi tahun 2045 telah mengembangkan perangkat realitas virtual yang akan memicu sensorik otak untuk memberikan sensasi yang seratus persen nyata saat memvirtualkan tubuh fisik manusia berserta fungsinya. Namun sejak tahun 2025 hingga sekarang para pengembang hanya bisa meniru 37% dari kenyataan yang sesungguhnya.

Setelah seharian mengembangkan gamenya Arkan kembali ke Padepokan untuk berlatih silat, namun setelah sampai disana dia mendapati gurunya dan beberapa orang berjubah hitam terbujur di tanah dengan banyak bercak darah dimana-mana.

Arkan berlari kearah gurunya dan memeluk sambil berteriak berharap gurunya dapat mendengarkan dan bangkit.

"Guru! Bangun Guru! siapa yang melakukan ini kepadamu?" Arkan berteriak sejadi jadinya, dia melihat luka gurunya yang ternyata bekas tusukan keris.

Saat dia memeluk haru gurunya, dia merasakan seorang mendekatinya dengan niat membunuh yang sangat pekat.

Dia dengan cepat menghindar dan menangkap tubuh pelaku dan melakukan pukulan yang tepat mengenai wajahnya.

Arkan telah berlatih bagai neraka di Padepokan selama lebih dari 10 tahun dan telah mengembangkan insting dan intuisi yang sangat mengerikan, sebab itu dia dapat merasakan niat membunuh seseorang.

Pelaku yang terkena pukulan tersebut mundur beberapa langkah, bukan hanya satu, Arkan dapat merasakan masih banyak orang yang berada disekitarnya.

Merasakan bahaya yang mendekatinya Arkan memasang kuda-kudanya, terlihat jelas kemarahan yang ada pada raut wajahnya.

Arkan adalah anak yatim piatu dan Pak Jami-lah yang telah Arkan anggap sebagai orang tua keduanya, Pak Jami sangat menyayangi Arkan dan telah banyak membantunya, dengan mereka yang telah membunuh gurunya sudah jelas bahwa dia akan menghabisi mereka semua.

"Siapa Kalian? Akui dan akan kubiarkan kalian pergi dengan hanya mematahkan salah satu kaki kalian!" Ancam geram Arkan.

"Hihihi, Lelucon apa yang kamu katakan nak? Sehebat apapun seorang pendekar silat, mereka tidak akan mampu mengalahkan 30 Orang sekaligus." Sosok hitam yang Arkan pukul itu menjawab, bola matanya melebar dan memerah.

Para sosok hitam lainnya yang bersembunyi juga muai menampakkan dirinya dengan memegang keris.

"Kalau begitu tidak ada ampun bagi kalian." Tegur terakhir Arkan sebelum dia maju dan menerjang para sosok hitam itu.

Walaupun diserang oleh banyak orang sekaligus, Arkan dapat menghindari serangannya dengan mudah, bahkan memberi pukulan telak pada titik vital mereka yang membuatnya langsung tumbang.

Skill bertarung mereka sangat lemah, Arkan bingung mengapa mereka bisa membunuh gurunya dengan keterampilan payah seperti ini.

Dalam hitungan menit, 30 Orang tumbang dengan Arkan yang tidak terluka sedikitpun.

Plok, plok, plok*

Tepukan tangan terdengar, Arkan berbalik mencari sumber suara itu.

"Kau cukup hebat nak tapi ini sudah berakhir, apakah kamu mau bertemu dengan gurumu?" Tanya suara misterius itu.

"Jangan banyak bicara! keluar sekarang dan hadapi aku, jangan bersembunyi seperti tikus pengecut!"

"Sabar nak, sepertinya kamu sangat ingin bertemu dengan gurumu, maka dengan kebijaksanaanku akan kukabulkan keinginanmu"

Suara yang terdengar berat itu membuat Arkan semakin waspada, bahkan dengan instingnya yang mengerikan dia tidak dapat merasakan keberadaan orang ini.

Ditengah kewaspadaannya, cahaya terang melaju cepat ke arahnya. Arkan sangat yakin tidak dapat menghindari ini, jadi refleks dia menahannya dan selanjutnya yang dapat dia lihat hanyalah kegelapan.

***

"Hei Bajingan! Apa yang kau lakukan? Keluar sekarang dan jangan terus terusan bersembunyi sepeti tikus yang ketakutan!" Arkan yang masih mengira bahwa dirinya di Padepokan terus berteriak namun yang hanya bisa dia lihat adalah kegelapan.

.

lama waktu berlalu dan hanya kesepian yang menemaninya.

.

"Halo apakah ada orang?"

.

Waktu yang lama berikutnya, dia mulai terbiasa dengan kegelapan ini.

.

Dunia setelah kematian, Arkan sekarang berada di tahap ini dan hanya kekosongan yang menantinya.

Sekian lama Arkan bersabar untuk keluar dari tempat ini, bahkan dia terus berusaha bersuara pada kesunyian yang tak ada jawaban.

Namun karena keinginannya yang sangat kuat dalam waktu yang sangat lama ini, dia menarik perhatian sesosok makhluk.

"Sudah berapa lama waktu berlalu? Apakah guruku selamat? Hei tolonglah siapapun, keluarkan aku dari sini."

Untuk mempertahankan kewarasannya, Arkan terus berbicara sendirian walau dia sadar tidak ada yang akan menjawabnya.

"Ah, jika seperti ini terus apakah aku bisa bertahan?" Lelah Arkan.

"Kamu sangat menarik nak!" Suara misterius muncul, ini membuat Arkan langsung waspada.

Suara ini berbeda dengan yang dia temui di Padepokan.

"Siapa kamu? Tunjukan dirimu! Saya cukup muak dengan suara yang tidak berwujud!"

Jujur, Aslan sedikit takut dengan suara misterius sekarang karena suara itulah dia terjebak dalam kegelapan ini.

"Tenang nak, kamu sekarang telah mati dan jiwamu telah berada di kurungan alam kematian" jawab suara tersebut.

"Mati? Apakah aku mati? Bagaimana dengan guruku?" Arkan masih tidak percaya bahwa dia telah mati, tidak dia tidak boleh mati karena dia harus menyelamatkan gurunya.

"Ya, kamu telah mati dan gurumu tentu saja juga ada dalam kurungan alam kematian, tapi kesadarannya telah tiada sedangkan kamu cukup istimewa."

Pernyataan suara ini membuat Arkan lega, dari penjelasannya biasanya ketika seseorang mati maka jiwanya akan dikurung di alam kematian hingga kesadarannya hilang lalu akan dibawa ke kehidupan berikutnya.

Tapi Arkan berbeda, entah karena keinginannya yang sangat kuat kesadarannya tidak hilang, dan hal ini yang membuat suara misterius ini tertarik dengannya.

"Lalu, apakah kamu bisa menolongku keluar dari kurungan ini?"

"Tentu saja aku akan mengeluarkanmu dari sini jika kau bersedia membantuku melindungi Alam Semesta" Terdapat ketegasan dalam kalimatnya saat ini, Arkan tahu bahwa ini suatu hal yang sangat serius.

"Menyelamatkan Alam Semesta? Jangan bercanda, bahkan aku tidak bisa menyelamatkan guruku." Arkan sadar bahwa dia saat ini sangat lemah, melindungi sesuatu seperti alam semesta adalah kemustahilan yang nyata.

"Jangan berfikir seperti itu, aku tahu apa yang kamu fikirkan dan aku pastikan bahwa kamu sangat kuat, lebih kuat dari apa yang kamu fikirkan. Aku tahu gurumu sangat gemar membantu orang lain, apakah kamu tidak mau meneruskan kebaikannya?" Tawar Suara itu sekali lagi, dan apa yang dikatakan suara ini benar.

Gurunya sangat suka membantu orang lain, bahkan jika itu merugikan dirinya sendiri.

"Di alam semesta ini, ada banyak kehidupan yang harus dilindungi, dan kamu bisa memulainya dari dunia yang baru saja diciptakan." lanjutin suara itu.

Arkan yang telah lama bersama pak Jami kagum dengannya, dan saat kecil dia sangat ingin seperti gurunya membantu orang lain.

Dengan didasari hal ini dan tekad yang kuat Arkan telah memutuskan bahwa dia akan menerima tawaran suara ini.

Lagian hal ini lebih baik dari pada harus terkurus dikegelapan ini selamanya.

"Baik aku bersedia tapi apakah kamu berjanji akan mengeluarkanku dari sini?"

"Tentu saja, kalau begitu bersiaplah, aku akan membawamu ke takdirmu yang selanjutnya, Selamat berjuang Guardian."

Itu kalimat terakhir yang bisa dia dengarkan dari suara tersebut sebelum kesadarannya seperti terserap dan pandangannya berubah.

----------Next----------

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pencak silat yaitu permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan keahlian menangkis, menyerang serta membela diri menggunakan atau tanpa senjata.