Vince menatap pada dua pria yang mengikuti di belakang nya, Vince melihat calix yang tersenyum ceria lalu beralih pada Karl yang berdiri dengan wajah datarnya, Vince menarik tangan Karl hingga membuat Karl tersentak lalu menulis diatasnya
"Kenapa mengikuti ku?"
"Bukankah sudah kukatakan akan membuktikan bahwa kutukan itu salah"
"Apa ada caranya?"
"Pasti ada"
Sejujurnya hari ini akan ada kejadian besar, festival panen akan hancur karna beberapa warga yang tiba-tiba berubah menjadi monster lalu menyerang ibukota. pada saat kejadian itu... Vince ada disana karna itu aku mengikuti nya, tapi sebenarnya saat itu Vince tidak bisa mengalahkan monster tersebut.. karna yang mengalahkan monster adalah Calix.
Vince yang masih meragukan dirinya tidak pernah menggunakan kemampuan tersebut karna itu Aku ingin membangkitkan kemampuan Vince, dengan cara dia harus mengalahkan monster
Calix yang mengamati ekspresi Karl mulai mengernyit pada wajah datar Karl, namun dibalik wajah datar Karl, Calix tau bahwa karl sedang menyembunyikan sesuatu
'Ini tidak menyenangkan'
"Tsk!"
"Apa itu? kenapa tiba-tiba kau berdecak?"
"Aku melakukan nya?"
"Begitu, jadi telinga ku rusak"
Calix kembali bersikap seperti biasa dengan senyum ceria nya dia menanggapi lelucon Karl
'Sungguh aku tidak mengerti pemikiran Calix'
"Jadi Vince, kau mau kemana?" (calix)
"Dia bilang ingin mengelilingi pasar"
"Apa kau mencari sesuatu?" (calix)
"Mencari persediaan barang"
Karl mengernyit pada Calix dan Vince yang mengobrol dengan melalui perantara tangannya
'Kenapa dia tidak bicara dengan Calix saja, Hah.. ini membuatku lelah'
"Kalau begitu, kita juga memerlukan persediaan" (Calix)
"Terserah kau saja" (Karl)
Jadi sekarang kami berada di pasar, tiga orang yang berjalan dengan jubah hitam sambil menutupi wajahnya terlihat sangat mencolok dan orang-orang pun mulai memperhatikan kami, di saat aku merasa gelisah tapi dia malah menikmati dunianya sendiri, Hah.. kehidupan ku kacau
Calix yang bertingkah layaknya anak-anak, berlarian di sekitar pasar dengan jubahnya, tanpa rasa ragu dia melepaskan tudung nya hingga memperlihatkan rambut emas mencolok sambil tersenyum ceria, sementara Vince berbelanja dengan tenang tapi membuat semua orang kebingungan karna dia berbicara dengan pergerakan tangan. Karl hanya berdiri diam dengan wajah datarnya sambil melihat calix dan vince
"Karl!"
"Apa sudah selesai bermain-main nya?"
"Ya, itu menyenangkan"
"Lalu dimana persediaan yang mau kau beli?"
"Apa? kau mau membeli persediaan? kenapa kita harus membeli persediaan?"
"Kau yang mengatakan itu sebelumnya"
"Benarkah? aku tidak ingat"
Karl mengernyit kesal pada Calix yang bertingkah polos
"Jadi kau tidak ingat ya, mungkin dengan sedikit ledakan di kepala bisa membantu"
Calix tersentak mendengar ucapan Karl hingga membuatnya merinding di sekujur tubuhnya
"Sekarang sudah ingat, persediaan ya~ baiklah"
"Ha?"
"Baiklah, karl kau saja yang pergi beli~" balas calix dengan tersenyum
Grrtt!
Karl mencengkram wajah Calix hingga senyumannya menghilang
"Saya ledakan sekarang"
"Hik! Tu- tunggu Karl, mari kita tenang"
"Saya sangat tenang sekarang"
"Kenapa kau tiba-tiba berbicara formal"
"Karna saya sangat tenang"
"Tidak mungkin"
"Mari bertemu di kehidupan selanjutnya"
"Tidak!! Karl ingat, aku punya uang yang banyak"
"Dimana anda meletakkan nya?"
"Di dalam brankas bawah kasur"
"Apa anda menggunakan sandi?"
"Tidak"
"Kenapa?"
"Karna aku pelupa"
"Baiklah, sampai jumpa di kehidupan selanjutnya"
"Tidak..! ampuni aku Karl"
Step, tep
Di tengah keributan calix dengan Karl, Vince datang dengan tangan kosong, Karl melepaskan cengkraman dari Calix
"Hah.." (Karl)
'Apa anak ini benar-benar Calix? kenapa Calix dalam game dan nyata sangat berbeda jauh'
Mungkin saja sifat asli calix hanyalah seorang anak ceria yang kesepian dan naif, tapi bisa saja itu topengnya untuk menipu musuh agar lengah
"Dimana belanjaan mu, Vince?"(calix)
Vince menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Karl dan menulis di atasnya
'Tsk, kenapa harus tangan ku'
"Dia bilang tidak ada yang mengerti" (Karl)
"Oh begitu, tentu saja tidak ada yang mengerti, kau harusnya menuliskan nya di tangan mereka" (Calix)
"Baiklah, aku akan kembali lagi" (Vince)
"Hei! jangan dengarkan anak itu, kalau kau melakukan itu mungkin kau akan di anggap gila atau di tampar sebagai orang mesum" (Karl)
Bahu Vince tersentak lalu perlahan mulai menurun dan menciut, Karl mengamati Vince dengan dahinya yang berkerut , Vince terlihat murung hingga membuat Karl merasa tidak nyaman
"Sudah kubilang kau bukan kutukan, aku akan menjadi mulut mu untuk hari ini"
Mata biru pudar Vince terbelalak mendengar perkataan Karl yang berjalan melewati nya
GUBRAK!
"KYAAA!.."
Tersentak!
Vince dan Calix kaget lalu memperhatikan arah suara teriakkan keras
Pria dengan jubah hitam dengan perban menutupi wajah yang hanya terlihat matanya mencengkram leher seorang pria lalu melempar nya dengan keras di tengah pasar yang masih penuh dengan keramaian, orang-orang mulai menjauh dari pria tersebut tapi sekali lagi pria itu mendapatkan mangsa nya, ketakutan tidak bisa terbendung lagi saat mereka melihat pria itu mencengkram leher wanita sampai putus, kepala menggelinding di tanah.
Darah mengalir di tanah tengah pasar, terjadi keributan di tengah pasar karna orang-orang yang mulai berteriak sambil berlari liar, melihat kejadian itu membuat calix dan vince merinding karna tekanan yang diberikan oleh pria tersebut
'Oh, sudah dimulai'
"Siapa pria itu" (Calix)
"Entahlah, ayo kita mengungsi juga" (Karl)
Calix dan Vince menatap Karl, melihat tatapan yang mengarah padanya Karl hanya membalas dengan wajah datarnya
"Karl, kau mengungsi lah dulu" (Calix)
"Emangnya kau mau kemana?" (Karl)
"Aku putra mahkota kerajaan ini, jadi aku tidak bisa meninggalkan orang-orang ku" (Calix)
"Apa kau bisa mengalahkan pria itu? dia terlihat menyeramkan" (Karl)
'Calix menyelamatkan orang-orang? aneh sekali, bukannya bagi calix dunia ini tempat dimana yang lemah mati'
"Aku hanya akan mengulur waktu sampai penjaga keamanan datang"
"Tapi tetap saja berbahaya Lo"
"Kalau begitu, apa kau mau membantu ku, Karl?"
Calix menatap Karl yang berwajah datar lalu perlahan mengalihkan pandangan nya dan tersenyum tipis sambil menutup mata
"Lupakan, aku tidak berniat membuat mu bekerja"
"Baiklah, Vince ayo kita mengungsi"
Karl melirik Vince yang hanya berdiri diam dengan memasang ekspresi ragu
"Kau juga ingin membantu Calix?"
Vince mengangguk kan kepalanya
"Hah.. terserah kalian saja, aku akan menunggu di sini"
Calix dan Vince mengangguk lalu berlari meninggalkan Karl dan menuju pria dengan perban di wajahnya yang masih mengacau di tengah pasar
"Huwaaa!..."
Tangan yang bersimbah oleh darah berusaha mencari mangsa lainnya, tangan penuh darah berusaha menggapai leher seorang anak yang menangis ketakutan di tengah pasar, bayangan hitam pria tersebut menutupi anak itu hingga membuat nya semakin ketakutan dan menangis kencang
JLEB!
Mata pria itu beralih dari anak didepannya ke bongkahan es yang menusuk tangan nya, pria itu mencabut bongkahan es yang menempel pada tangannya lalu melirik pada seorang anak yang mengenakan jubah hitam dengan lingkaran sihir, terlihat bongkahan es keluar dari lingkaran sihir yang dalam posisi siap untuk di tembakan.
"Nah, monster~ kamu punya mangsa baru disini" Menyeringai