Bab 8

"Calix aku akan kembali ke kamarku"

"Ya, beristirahat lah"

Step, tep

DEG!

Mata merah Karl membesar saat merasakan jantungnya berdetak kencang, dengan cepat Karl menoleh ke belakang

"Ada apa, Karl?"

"Calix, dia disini"

"Apa?"

"Kaisar, dia sedang menuju kemari jadi aku pergi dulu"

"Karl, tung-"

Karl pergi meninggalkan mansion sebelum Calix menyelesaikan kalimatnya

Drap, drap

Kaisar datang bersama dengan sekretaris nya, calix mengernyit pada kaisar yang datang mendadak ke mansion nya

"Salam pada matahari kerajaan Batavia"

"Lama tidak bertemu, lupakan salam"

"Apa keperluan anda kemari, Yang Mulia?"

'Tch! Masih sangat arogan'

"Kudengar kau membawa seorang anak dari ibukota, bisakah kau mengenalkan nya padaku?"

"Ya, tapi saya minta maaf"

"Kenapa kau minta maaf?"

"Anak yang saya bawa tidak bisa bicara"

"Tidak bisa bicara? tunjukkan wajahnya"

SRAKK..

Vince membuka tudung jubahnya, kaisar melihat rambut biru dan mata biru Vince, berbeda dengan anak yang dia cari

"Apa kau tidak membawa anak lain?"

"Anak lain seperti apa yang anda maksud?"

"Anak berambut putih dengan mata merah"

"Apa ada anak seperti itu? saya tidak melihatnya"

"Kalau begitu, aku akan kembali sekarang"

Setelah kaisar pergi meninggalkan mansion, calix keluar dari mansion sambil berteriak memanggil Karl, namun tidak ada respon dari Karl sendiri. seolah keberadaan Karl telah menghilang

"Kemana anak itu, terus awasi mansion"

"Baik"

"Kalau dia datang, langsung izinkan dia masuk"

"Baik"

"Hahh.. Kenapa pria tua itu tiba-tiba tertarik dengan orang-orang ku"

Sudah lewat tengah hari namun masih belum ada kabar tentang keberadaan Karl, calix mengernyit, dalam benaknya Calix berpikir Karl sudah meninggalkan nya, saat berpikir seperti itu Calix menggeleng kan kepalanya dan mulai menata pikiran nya

"Tidak mungkin dia pergi dengan tangan kosong"

Setelah delapan jam lamanya, sudah masuk waktu makan malam, calix makan malam bersama Vince tanpa kehadiran Karl, pikiran buruk kembali memenuhi benak calix dan mulai berasumsi bahwa Karl memang meninggalkan nya

"Jika aku bertemu lagi dengan nya, mungkin aku harus memukul kepala nya sekali"

***

Besok paginya

Calix menghampiri kamar yang ditempati oleh Karl namun tidak ada siapapun di sana, calix membalikkan badannya lalu perlahan berjalan keluar

"Sepertinya memang tidak akan kembali"

SRAKK!...

WOUUSHH!...

Gorden kamar terbuka, hembusan angin memasuki kamar melalui jendela yang terbuka, hembusan angin yang kencang mengibarkan gorden namun bukan hal itu yang membuat mata safir Calix terbelalak, seorang pria dengan rambut seputih salju manjat di balkon kamar dengan wajah datarnya

Tap!

"Huf.. Calix aku lapar, seharian aku menjadi gelandangan"

Calix menelan rasa pahit yang dia rasakan saat berpikir Karl pergi tanpa berpamitan, namun pemikiran nya salah lalu calix tersenyum pada Karl yang mengeluh pada nya dengan wajah datarnya, calix yang pertama kali memiliki teman seumuran dengan nya membuat Calix senang, setelah kepergian Karl selama sehari penuh, membuat Karl berpikir pertemanan mereka telah berakhir hanya dengan sesingkat waktu

"Kau terlambat, makanan nya hampir dingin"

"Ah, kupikir dia akan makan malam bersama mu"

"Itu tidak mungkin"

"Begitu ya, sia-sia saja"

Alasan sesungguhnya adalah, ada seorang pria dengan jubah hitam bersembunyi di mansion calix, pria itu mungkin perantara kontrak sihir antara aku dan kaisar, untuk memeriksa apakah Calix berbohong, mereka melacak ku dengan tanda budak si*lan ini. karna itu aku pergi menjauh dari mansion

Calix dan Karl melihat Vince yang sudah duduk dengan tenang di ruang makan

"Maaf membuatmu menunggu, aku harus menjemput seorang pengacau" (Calix)

"Itu bukan aku"

"Sadarlah Karl"

"Saya senang anda kembali" (kepala pelayan)

"Apa maksudnya?"

"Ya?" (kepala pelayan)

"Sudah lah, anak ini memang sedikit kurang peka"

"Jadi apa yang dikatakan kaisar?"

"Pria tua itu hanya mencari mu"

"Begitu ya, kuharap dia cepat menghilangkan ketertarikan nya itu"

"Aku menjagamu, tidak peduli dia kaisar atau tidak"

"Yah.. aku juga berharap perlindungan mu sih" Seringai

Calix terbelalak melihat senyum Karl untuk pertama kali dalam hidupnya, calix pun tersenyum ceria

Kepala pelayan melihat pemandangan dari samping di ruang makan, tiga anak yang duduk di sana memiliki usia yang sama dengan Calix, kepala pelayan sebelumnya tidak pernah melihat senyuman calix yang begitu lepas setelah kepergian ibunya, bahkan saat usianya mencapai dua belas tahun, Calix selalu bertingkah dewasa terlepas dari usianya. dan melihat pemandangan itu membuat kepala pelayan tersenyum tipis

***

Setelah selesai sarapan, kami bertiga berkumpul di taman sambil minum teh

"Tidakkah kamu ingin mengenalkan diri?" (Calix)

mendengar perkataan calix yang tiba-tiba membuat Vince tersentak

"Saya-"

"Kenapa kau ragu begitu, percayalah~ jika pun kami mati, itu bukan karna suara mu" (Calix)

"Nama saya-"

"Sedikit lagi pasti bisa~" (Calix)

Calix menjadi semangat sendiri melihat Vince yang berbicara dengan putus-putus

"Nama saya, Vi- nce"

SRETT!!..

Calix tiba-tiba bangkit dari kursinya hingga membuat Karl dan Vince terkejut

PROK.. PROK

"Bagus! kamu berhasil~"

"Hahh.." (Karl)

Step, tep

Karl dan Calix melirik pada suara langkah rendah kepala pelayan yang terlihat hati-hati agar tidak menggangu

"Maafkan saya, Yang Mulia"

"Ada apa?"

"Anak dari keluarga Viscount Benedict datang bertamu"

"Arahkan saja dia kemari"

"Baik"

Anak yang memiliki usia yang sama dengan Calix memasuki taman, mendengar nama itu aku sudah mengetahui siapa dia.

Aden, anak yang berpenampilan elegan dan lembut, dengan rambut dan mata yang seperti bambu membuat nya terlihat seperti anak ramah dan baik namun Aden adalah bangsawan yang kejam pada saat dia menjadi salah satu anggota rubah, kemampuan Aden sendiri adalah angin. Aden bisa bergerak lebih cepat dari siapapun dan dia selalu menggunakan kipas untuk menutupi wajah kejamnya.

'Kenapa pertemuan Aden dan Calix terjadi lebih awal?'

Dalam Game tertulis bahwa calix dan Aden bertemu pada saat pertemuan di kastil utama, Calix meyakinkan Aden bahwa dia bisa terbebas dari hukuman dan bisa berbuat sesukanya, meskipun tindakan Aden adalah membunuh seseorang, Calix juga akan tetap melindungi nya, akan tetapi kemampuan Aden hanya boleh digunakan jika itu terkait dengan Calix

'Suasana nya sangat canggung'

Aden yang duduk berhadapan dengan Karl, terus mengamati pria dengan jubah putih yang menutupi wajahnya dengan tudung jubah, Aden sendiri bisa merasakan energi kuat yang berasal dari orang didepannya, Aden terus menatap tajam Karl hingga Karl menyadari tatapan aneh Aden

'Anak ini.. apa dia sedang mengutuk ku? kenapa tatapan nya menakutkan sekali'

"Jadi apa tujuan anak Viscount Benedict kemari"

"Kunjungan biasa, Yang Mulia"

Aden tersenyum ramah menjawab pertanyaan Calix

'Aku tidak boleh tertipu dengan senyuman dan penampilannya, dia adalah pembunuh gila'

"Tolong kirim surat terlebih dahulu"

"Saya sudah mengirim nya, tapi sepertinya pangeran tidak membaca nya"

"Benarkah? maafkan aku, sepertinya saat itu aku sedikit sibuk"

"Saya melihat nya sekarang"

Karl hanya mengamati perbincangan antara Calix dan Aden yang sedang bermain kata

"Jadi namamu Aden kan?"

"Benar, Yang Mulia"

"Aku pernah mendengar tentang anak Viscount Benedict yang berbicara ramah, setelah melihat langsung aku jadi berpikir kembali tenang rumor itu"

"Benarkah?~ saya juga pernah mendengar anda bisa mendapatkan dukungan bangsawan dari kepintaran anda, sepertinya itu memang benar adanya"

'Maksudnya itu kelicikan calix kan?'

"Hahah~" (Calix)

"Hahah~" (Aden)

"Kau orang yang lucu dan menyebalkan"

"Anda terlalu menyanjung saya, Yang Mulia"

"Tsk!"

"Tapi bolehkah saya tau, siapa pria itu?"

Aden mulai menunjukkan ketidaksabaran nya lalu menunjuk Karl yang duduk di hadapannya