Bab 9

"Jangan penasaran dengannya, dia temanku!"

"Teman anda? ini pertama kalinya saya mendengar kata teman dari anda"

"Kenapa? kau punya masalah?!"

"Tidak, justru sebaliknya saya sangat senang anda memiliki teman"

"Ha!.. kau terdengar seperti orang tua"

"Habisnya.. anda selalu terlihat seperti anak anjing yang kesepian~"

"Apa? anjing?"

"Halo.. namaku Aden, bisakah kita juga berteman?"

'Suasananya jadi heboh'

"Hei! aku bertanya padamu, siapa kau sebut anjing?"

"Anda memiliki aura yang kuat, bisakah saya mengetahui kemampuan anda?"

"Jangan mengabaikan ku! dan jangan ganggu Karl!"

"Karl? begitu, jadi nama kamu Karl. senang bertemu denganmu Karl"

"Anak tidak sopan ini!.. beraninya mengabaikan ku"

"Lalu disebelahnya? siapa nama kamu?"

"Namanya Vince" (calix)

"Jadi darimana anda mendapatkan dua anak ini?"

"Mendapatkan? kau pikir mereka barang"

"Ho!.. jadi sungguh teman anda"

BRAKK!..

"Aden! kau sudah berlebihan"

Terbelalak

Calix menghantam meja dengan kemarahan nya tanpa menyadari tudung jubah Karl terbuka karna punggung tangannya, mata hijau bambu Aden membesar melihat anak yang berpenampilan mencolok dengan rambut putih dan mata merah terang nya, Calix yang menyadari tatapan mata Aden yang tidak fokus ke arahnya menoleh ke belakang

"Ah! Ma- maafkan aku Karl" gugup

"Hah.. ini pertama kalinya aku melihatmu seberisik ini, calix"

Bahu Calix tersentak mendengar suara Karl yang lirih namun terdengar mematikan

"Wah! bersinar sekali" (Aden)

Karl mengalihkan pandangannya dari Calix lalu melirik Aden

"Halo.. namaku Karl"

"Apa kamu masih hidup?"

"Ya?"

"Aden! beraninya kau mengutuk Karl!"

"Dia putih sekali, jadi kupikir dia tidak memiliki darah"

"Dengar Aden! tidak ada yang boleh menghina temanku!"

"Yaya baiklah, jadi Karl apa yang membuat aura mu terasa begitu kuat?"

"Anak ini mengabaikan ku lagi"

"Sebelum aku menjawab pertanyaan mu, apa kau anak anjing yang memiliki pengikat dileher?" (Karl)

Terbentuk lekukan pada mata dan bibir Aden mendengar ucapan Karl

'Dalam Game, Aden itu anak yang sensitif dan pintar. jadi dia pasti mengerti maksudku'

"Jangan khawatir, aku ini anjing liar"

"Begitu, syukurlah karna aku benci dengan Kaisar"

Mata bambu Aden tersentak mendengar ucapan Karl yang terang-terangan menghina keluarga kerajaan

"Ah! jadi kamu juga anjing liar"

"Tidak, aku bukan anjing liar tapi anjing gila yang akan menggigit majikannya" Seringai

"Kamu akan menggigit Calix?"

"Ha? kenapa aku harus menggigit nya?"

"Bukankah calix majikan mu?"

"Omong kosong, Karl bukan bawahan ku" (Calix)

"Jadi kalian sungguh berteman"

"Tentu saja, si*lan! berapa kali aku harus mengatakan nya"

"Kalau begitu, majikan yang ingin kamu gigit adalah majikan semua orang bukan?"

"Ya, sudah kuduga kau cepat tanggap"

"Tapi apa kau tidak bisa berekspresi?"

"Hei! Aden ngomong apa kau, Karl itu memang berwajah datar"

"Calix, kemari lah" (Karl)

"Ya? kau butuh sesuatu?"

"Aku butuh meledakkan kepalamu"

Bahu Calix tersentak hingga sekujur tubuhnya merasa merinding, calix berlari ke belakang Aden dengan posisi berlindung

"Karl, anak ini lah yang menghina mu"

"Kalau begitu, matilah kalian berdua"

"Calix, meskipun kau sangat merindukanku~ menyeret ku bersamamu ke alam baka itu tidak baik"

"Siapa yang merindukan mu!"

"Hahh.. bisakah kalian berdua itu berbicara dengan serius"

"Oh! Ya" (Calix)

"Tapi Karl, kamu belum menjawab pertanyaan ku" (Aden)

'Karl? apa dia bicara santai karna kami semua seumuran?'

"Aku pengendali darah"

"Ah~ pantas saja terasa kuat"

Calix berjalan menuju kursinya lalu duduk dengan tenang

"Jadi, apa tujuanmu Aden?" (Calix)

"Kau tau aku tidak dekat dengan keluarga ku, karna itu aku lari ke sini"

"Kau kabur dari kediaman Viscount?"

"Ya, seperti itulah"

"Aku tidak akan menampung mu"

"Perjuangan ku sia-sia kabur dari rumah, sepertinya aku akan di siksa saat kembali"

"Hei! jangan gunakan wajah menyedihkan itu"

"Calix, aku memiliki banyak informasi tentang ayahmu"

Tatapan mata Aden menjadi lebih serius

"Informasi apa yang kau miliki?"

"Bukankah itu kau, anak yang dicari oleh kaisar?"

Aden menatap Karl dengan seringainya, Karl hanya membalas tatapan Aden dengan wajah datarnya

"Benar"

"Hei! apa kau tidak berniat mengelak?" (Aden)

"Untuk apa? itu memang benar, tapi apa hanya itu informasi yang kau miliki?" (Karl)

"Karl, ada saksi mata disini. ada baiknya kita buat dia tidak bisa membuka mata?" (Calix)

"Heh... kejam nya" (Aden)

"Mari dengarkan informasi nya lalu ledakkan" (Karl)

"Ide bagus, Nah! sekarang lanjutkan" (Calix)

"Apa kalian tidak memikirkan perasaan ku?" (Aden)

"Hmph!" (Calix)

"Hahh.. baiklah, kaisar meminta agar setiap penguasa wilayah untuk mencari mu" (Aden)

"Begitu, Karl sebaiknya kita lebih waspada" (Calix)

"Apa? Oh! Ya" (Karl)

"Tapi mengapa kaisar sangat tertarik padamu, sampai dia harus melibatkan penguasa wilayah"

"Karna aku kuat" eskpresi datar

Calix dan Aden tercengang mendengar jawaban Karl dengan wajah datarnya

"I- itu memang benar" (Calix)

"Calix, sepertinya Vince ingin mengatakan sesuatu" (Karl)

"Ah! Benarkah? apa itu?"" (Calix)

"Apa itu? aku juga ingin mendengar nya" (Aden)

"Aden, tolong keluar lah dulu" (Calix)

"Calix, berhenti bersikap kejam~ kita akan segera menjadi keluarga" (Aden)

"Nah.. Vince mulai lah" (Calix)

"Kejamnya~ jangan mengabaikan ku" (Aden)

"Sebelumnya Maaf telah merepotkan dan terima kasih sudah membantu" (Vince)

"Vince, kau memiliki suara yang bagus" (Karl)

Mata biru pudar Vince terbelalak mendengar perkataan lembut Karl yang membuat perasaan tegang Vince menjadi lebih ringan

"Benar, aku terkejut suara mu bisa selembut itu" (Calix)

"Aku pikir dia wanita" (Aden)

"Woi! Aden apa kau tidak bisa menyanjung lebih baik lagi?" (Calix)

"Apa? aku tidak mengatakan hal buruk kok" (Aden)

"Mana ada pria yang mau di samakan dengan wanita!" (Calix)

"Hahh... ribut lagi" (Karl)

Vince yang memperhatikan keributan merasakan kehangatan yang sangat dia rindukan tanpa sadar Vince tersenyum, disisi lain Karl yang mengamati Vince juga tersenyum tipis

***

Waktu minum teh berakhir dan kami kembali keruangan masing-masing, Calix telah memberikan ruang kosong untuk Aden yang akan mulai tinggal di mansion milik Calix, keberadaan Aden di kediaman Viscount sangat tipis jadi meskipun Aden menghilang, Viscount tidak terlalu memperhatikan nya.

Menjadi target kaisar benar-benar sangat meresahkan, waktu berkeliling ku mungkin akan terganggu karna harus menjaga identitas, bukankah dia yang meninggalkan Karl! lalu mengapa tiba-tiba tertarik, mungkinkah kaisar melihat kebersamaan ku dengan Calix?.

Apapun itu, jika aku sudah berhasil mengumpulkan semua anggota rubah, maka aku akan segera pergi dari sini, disisi calix juga belum tentu mengamankan posisi ku.

Dengan begini, sudah terkumpul tiga rubah termasuk aku, berarti aku harus mencari lima rubah lainnya, jika di ingat kembali ada satu rubah yang menjadi gelandangan di Gang kumuh. karna pria itu tidak mencolok, karna itulah kaisar tidak terlalu memperhatikan nya namun pria ini kuat.

Untuk beberapa Minggu ini, mari tetap dalam mansion hingga keadaan nya menjadi lebih tenang, baru aku akan pergi ke luar.