Bab 17-Pertemuan yang Tak Diduga

Pertemuan yang dihadirkan oleh takdir

adalah rangkaian peristiwa

ketika air bertemu sungai

menuruni punggung bukit

melewati kota-kota

sampai akhirnya tiba di muara

tiada siapapun yang bisa mencegahnya

atau siapapun yang sanggup membuat skenarionya

kecuali Dia

Ario Langit menatap orang tua yang memiliki perbawa mengerikan di depannya dengan mata redup. Dadanya sakit sekali. Saat bertiwikrama lalu bertempur melawan nenek gila tadi, dia menerima banyak sekali pukulan. Sekarang baru terasa olehnya. Ario Langit tak tahan lagi. Tanpa menghiraukan sosok yang hanya berdiri menatapnya itu, Pendekar Langit duduk bersila dan mengatur nafasnya dalam samadi.

Siluman Karimun Jawa melangkah maju. Disentuhnya pundak Ario Langit. Hawa luar biasa panas menguar keras dari tubuh itu. Siluman Karimun Jawa tahu bahwa putranya itu tadi dipaksa bertiwikrama oleh kemarahan dan menjelma menjadi Siluman Masalembu yang selalu menjaganya selama ini.

Dia sudah mendengar putranya ini memiliki julukan hebat. Pendekar Langit. Hmm. Dia sepertinya diasuh oleh tokoh sakti golongan putih sehingga sama sekali tidak berperilaku seperti Siluman Masalembu yang sangat pemarah dan beringas. Siluman Masalembu selama ini memang menempel di jiwa Ario Langit. Melindunginya sekaligus mencoba terus mempengaruhi agar pemuda itu mengikuti wataknya. Siluman Masalembu tidak pernah berhasil kecuali saat peristiwa dengan Ayu Kinasih di Hutan Meru Betiri dan hari ini tadi.

Siluman Karimun Jawa memang tidak tahu bahwa putranya ini masih hidup. Dia baru tahu tadi ketika berbaur dengan para penonton dan menyaksikan betapa pemuda pemenang sayembara itu memunculkan bayangan Masalembu saat bertempur dengan Matamaha Mada.

Sebenarnya Siluman Karimun Jawa malah mencari putrinya, Dewi Lastri. Gadis yang luar biasa ganas, keji dan dikuasai sepenuhnya oleh Siluman Karimata yang menjadi bayangan pelindungnya. Siluman Karimun Jawa ingin mengingatkan putrinya bahwa pembalasan dendamnya tidak boleh merembet ke orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan nama-nama yang dituliskan oleh ibunya dalam daftar.

Siluman Karimun Jawa bukanlah termasuk dalam golongan putih. Namun dia juga bukan datuk golongan hitam sepenuhnya. Pangeran dari Istana Laut Utara itu hanya tidak mau ikut campur terhadap segala urusan manusia. Dia hanya menjaga kekuasaan ibunya di laut utara dan bertindak menghukum siapapun yang melawan Ratu Laut Utara. Karena itu Siluman Karimun Jawa mencari Dewi Lastri hanya sekedar mengingatkan. Bukan mencegah. Karena apa yang dilakukan oleh putrinya adalah urusannya sendiri. Begitu pula apa yang dilakukan oleh putranya ini yang sangat berkebalikan dengan putrinya, bukanlah urusannya. Keputusan untuk menjadi pendekar pembela kebenaran tidak akan ditentangnya.

Namun, sebagai seorang ayah, Siluman Karimun Jawa akan tetap melindungi putra putri yang dilahirkan oleh wanita yang dicintainya. Sebelum mengembara dengan tujuan menuntaskan dendam ibunya, Dewi Lastri telah dibekali berbagai ilmu kanuragan dan sihir oleh Siluman Karimun Jawa dan juga dari buku yang dituliskan oleh Putri Anjani. Bahkan dalam pengembaraannya itu Dewi Lastri diangkat murid oleh Nyai Sembilang. Tokoh sakti yang memiliki dendam sama terhadap Arya Dahana. Putrinya itu menjelma dengan dahsyat menjadi seorang datuk sakti yang sulit ditemui tandingannya.

Siluman Karimun Jawa meletakkan kedua tangan di pundak Ario Langit. Luka putranya ini sangat parah. Meskipun punya kepandaian dan tenaga sakti yang luar biasa, namun jika tidak dibantu, maka Ario Langit bisa saja tewas atau kalaupun pulih maka itu akan memerlukan waktu yang lama. Siluman Karimun Jawa sengaja memasukkan hawa Kabut Siluman agar Ario Langit cepat pulih. Pemuda ini punya darah siluman darinya. Hawa sakti siluman akan bisa membuatnya cepat sembuh dari luka parah yang dideritanya.

Ario Langit merasakan hawa hangat yang aneh memasuki tubuhnya melalui pundak. Hawa hangat yang terus berputar-putar di dalam tubuhnya terutama di rongga dadanya. Nafasnya yang tersengal-sengal perlahan mulai teratur. Siluman Karimun Jawa menyudahi menyalurkan hawa sakti dan duduk tidak jauh dari tempat Ario Langit. Menunggu sampai putranya itu selesai bersamadi memulihkan diri.

Setengah harian kedua orang itu hanya berdiam diri. Siluman Karimun Jawa tidur dalam keadaan bersila. Sedangkan Ario Langit tak mau menghentikan samadinya karena badannya masih terasa sakit semua. Dia harus cepat pulih. Banyak hal yang menunggunya untuk dikerjakan. Mencari Sekar Wangi yang telah menculik Galuh Lalita. Kemudian mencari Ayu Kinasih dan meminta maaf atas perbuatannya dan menyatakan kesediaannya untuk menikahinya. Selain itu dia masih punya tugas untuk menghentikan Gadis Penebar Maut yang entah merajalela di mana lagi mencabuti nyawa orang-orang tidak bersalah.

Menjelang pagi Ario Langit menyudahi samadinya. Tubuhnya sudah terasa enak meski lukanya belum sembuh betul. Hawa sakti dari luar tadi sangat membantunya cepat pulih. Pemuda ini membuka mata dan melihat sosok yang membantunya itu masih berada tak jauh dari tempatnya dan sedang tidur bersila dengan nyenyak.

"Maaf Paman, aku mengganggu tidurmu. Aku hanya ingin berterimakasih kepadamu dan akan pergi dari sini." Ario Langit menyentuh lengan Siluman Karimun Jawa.

Pangeran siluman itu membuka matanya dan tersenyum. Sesuatu yang jarang sekali dilakukannya.

"Tidak mengapa, Nak. Kau hendak pergi kemana? Dan apakah kau sudah pulih?"

Ario Langit membungkukkan tubuhnya dalam-dalam.

"Aku sudah mulai pulih, Paman. Terimakasih atas bantuanmu yang sangat berharga. Aku harus pergi mencari orang-orang yang harus aku selamatkan. Selamat tinggal Paman." Ario Langit membalikkan tubuh. Namun tertahan oleh seruan kecil Siluman Karimun Jawa.

"Tunggu! Kau terimalah ini, Nak. Pakailah. Setidaknya ini akan mengingatkanmu tentangku." Siluman Karimun Jawa menyerahkan gelang hitam kepada Ario Langit yang memandangnya dengan heran.

"Gelang itu sangat langka, Nak. Hanya terdapat di sisi lautan Karimun Jawa. Dia berkhasiat menolak segala racun apabila kau kenakan. Nah, pergilah! Selesaikan apa yang menjadi urusanmu."

Sekali lagi Ario Langit membungkukkan tubuh dalam-dalam. Orang ini baik sekali terhadapnya. Dia merasa berhutang budi. Pemuda pemurung itu lalu melesat lenyap menuju ke arah selatan. Dia yakin sekali Sekar Wangi membawa Galuh Lalita ke pantai selatan. Gadis itu pasti punya tujuan khusus di sana sehingga rela bersusah payah menyandera Galuh Lalita untuk memancingnya datang mengikutinya.

Siluman Karimun Jawa melihat bayangan Ario Langit menghilang. Putranya itu punya pilihan hidup. Dia tidak akan ikut campur sedikitpun. Pangeran siluman itu sengaja tidak memperkenalkan dirinya agar Ario Langit tidak pusing dengan segala urusan keluarga. Dia harus bebas menjalani hidupnya. Siluman Karimun Jawa hanya ingin memastikan bahwa kedua putra putrinya selamat. Itu saja.

Sekarang saatnya mencari Dewi Lastri. Putrinya itu telah menggemparkan daratan Jawa dengan perbuatannya membunuhi orang-orang. Siluman Karimun Jawa juga tidak akan mencampuri segala urusan Dewi Lastri. Tugasnya hanya mengingatkan karena semua keputusan ada di tangan Dewi Lastri. Dia juga akan menyerahkan gelang yang sama untuk putrinya itu. Gelang yang hanya ada sepasang di dunia ini.

-*******