Bab 28-Pulau Kabut Membara

Bara jatuh di sisi laut yang kehilangan

pada sebuah pagi yang terpelanting dari pekatnya malam

membuat burung-burung penyanyi bergegas

melantunkan tembang-tembang para penyintas batas

"Paman Amranutta. Aku akan melupakan kalian pernah coba membunuhku di Alas Roban. Kedatanganku kali ini hanya ingin memastikan ceritamu. Setelah ini kami akan langsung pergi." Raden Soca berkata tegas sambil menatap tajam Panglima Amranutta. Suasana hatinya sedang gelap dan dia tidak mau basa-basi.

Panglima Amranutta menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Cerita yang mana anakku? Setelah mengembara beberapa lama, aku lihat kamu mulai terpengaruh oleh orang-orang luar yang membisikkan ketidakbenaran kepadamu." Raden Soca mengerutkan kening. Getaran suara orang tua itu tekanannya tidak beraturan.

"Aku hanya ingin tahu apakah cerita Paman mengenai musabab kematian ayahku itu benar adanya? Paman dulu bilang ayah tewas karena dikeroyok oleh orang-orang Galuh Pakuan, Majapahit dan juga Pendekar Arya Dahana." Raden Soca menunduk sambil memejamkan mata. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang akan didengarnya. Ratri Geni ikut mengrenyitkan keningnya. Sudah jelas sekali Raja Lawa Agung itu berbohong. Tapi kenapa Raden Soca malah memejamkan mata?

"Benar anakku. Itulah yang terjadi. Arya Dahana, Dewi Mulia Ratri, Ki Tunggal Jiwo, Ki Biantara, Arawinda dan beberapa orang lainnya mengeroyok Panglima Kelelawar hingga tewas secara mengenaskan. Kasihan ayahmu. Mereka benar-benar pengecut!" Panglima Amranutta berdesis marah.

Raden Soca membuka matanya. Pandangannya begitu tajam menusuk Panglima Amranutta yang langsung gelagapan. Tidak tahan dengan perbawa dari tatapan Raden Soca yang entah bagaimana nampak begitu mengerikan.

Panglima Amranutta tidak menyadari bahwa saat memejamkan mata tadi, Raden Soca mengerahkan ilmu Palung Misteri sambil menyalurkan kekuatan dari cincin emas hitam pemberian Ratu Laut Selatan. Palung Misteri adalah sebuah ilmu langka yang tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Ratu Gaib sendiri dan Raden Soca. Ilmu yang bisa digunakan untuk menenggelamkan jiwa seseorang ke dalam pengaruh si pemilik ilmu. Bukan semacam ilmu sihir namun lebih banyak ke unsur gaib di dalamnya. Karena itulah Raden Soca tahu persis bahwa Panglima Amranutta berbohong besar saat menjawab pertanyaannya tadi. Palung Misteri juga sanggup menjenguk kedalaman jiwa seseorang hanya dengan mendengar suaranya atau menatap langsung matanya. Raden Soca menggunakan dua cara itu untuk memastikan kebenaran cerita yang sedang dicarinya. Dan sekarang pemuda itu sudah yakin kebenarannya seperti apa.

Raden Soca menoleh kepada Ratri Geni. Menganggukkan kepala memberi isyarat untuk pergi. Ratri Geni juga mengangguk. Dia paham bahwa Raden Soca sudah memutuskan. Kedua muda-mudi itu membalikkan badan pergi dari tempat itu. Namun terdengar teriakan marah dari belakang mereka.

"Pemuda tidak sopan! Berhenti!" Putri Anila dan Putri Aruna serempak berteriak. Tubuh keduanya berkelebat menghadang Raden Soca dan Ratri Geni.

Raden Soca menjadi sangat tidak sabar. Entah kenapa ada dorongan dalam hatinya untuk menyingkirkan mereka yang menghalanginya secepat mungkin. Pemuda ini mendorongkan tangannya ke depan. Disambut oleh Putri Anila dan Putri Aruna yang terkejut dan tidak menyangka bahwa Raden Soca langsung saja menyerang begitu saja tanpa basa-basi.

Bressss!!

Benturan hebat tak terhindarkan. Putri Aruna dan Putri Anila terpental kanan dan kiri dengan tubuh bergulingan di tanah. Dari sudut mulut kedua wanita cantik itu mengalir darah segar. Keduanya terluka. Raden Soca masih berdiri di tempatnya sambil memandang terheran tangannya sendiri. Dia tadi hanya ingin membuat kedua wanita tangguh Lawa Agung itu menyingkir dari depannya dengan dorongan sedikit pukulan. Namun ternyata pukulan yang keluar adalah Pukulan Kala Hitam yang ganas dan dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari yang pernah dicobanya. Ratri Geni menyentuh bahunya dengan lembut. Memberi isyarat agar mereka segera pergi cepat. Si nenek gila yang sangat sakti dan Ayu Kinasih serta Panglima Amranutta mendekati mereka dengan pandangan mengancam.

Bukannya buru-buru pergi seperti permintaan Ratri Geni, Raden Soca malah membalikkan badan dan berdiri menunggu Panglima Amranutta dan kawan-kawannya. Pandang mata Raden Soca nampak sangat beringas. Dia benar-benar marah. Mereka ini terlalu telengas. Sudah dibilang bahwa dia dan Ratri Geni akan pergi dengan damai, namun mereka malah mencegahnya dengan upaya kekerasan.

Ratri Geni yang berdiri dengan siaga di sebelah Raden Soca merasa terkejut melihat perubahan sikap Raden Soca yang begitu drastis. Pemuda tampan ini terlihat buas dan ganas. Pemuda yang biasanya lebih suka menghindar dari perselisihan ini, sekarang berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pemuda yang gemar bertarung. Ratri Geni tadi sempat melihat uap hitam mengepul dari tangan Raden Soca saat menjatuhkan pukulan terjadap Putri Aruna dan Putri Anila. Ratri Geni tahu persis bahwa pemuda itu sangat enggan menggunakan pukulan aliran hitam yang sangat berbahaya dan mematikan itu.

Raden Soca selama ini selalu menggunakan Amurti Arundaya. Ratri Geni hanya pernah sekali menyaksikan pemuda itu menggunakan Pukulan Kala Hitam dulu saat bertarung melawan dirinya di sekitar Alas Roban. Tapi kenapa sekarang Raden Soca tanpa ragu langsung mengeluarkan Pukulan Kala Hitam? Ratri Geni melirik sekali lagi ke arah Raden Soca dan tatapannya terpaku ke tangan kirinya. Nampak lingkaran kecil berwarna hitam tersemat di jari tengah pemuda itu. Ratri Geni tercekat. Teringat pesan Ratu Laut Selatan saat menyerahkan cincin dari emas hitam kepada Raden Soca; Cincin ini akan membuat ilmu Kala Hitam dan Palung Misteri menjadi sangat tidak terkalahkan. Tapi tentu saja kaupun tahu apa akibatnya kepada dirimu.

Barulah Ratri Geni paham apa yang dimaksud oleh Ratu Gaib itu. Entah kapan Raden Soca memakai cincin itu di jari tengah tangan kirinya namun sudah pasti bahwa pemuda ini berada dalam pengaruh cincin yang punya perbawa mengerikan itu. Ratri Geni berusaha mencegah kerusakan lebih lanjut dengan maju di hadapan Raden Soca.

Putri dari Arya Dahana itu mengeluarkan Seruling Bidadari Bumi. Dia sudah menghafal semua nada dan tembang dari buku Nyanyian Gelombang di perahu dalam perjalanan ke Pulau Kabut. Ini saat yang tepat untuk mencoba ilmu aneh itu di sini. Di pulau yang sangat jauh dari masyarakat awam. Selain itu Ratri Geni ingin mengambil alih situasi agar Raden Soca tidak terus berada dalam pengaruh cincin yang mengerikan itu.

Ratri Geni mulai meniup serulingnya. Menyanyikan Kidung Alun dengan penuh perasaan. Mata gadis ini bahkan sampai terpejam-pejam menikmati setiap alunan tembang lewat suara serulingnya.

Panglima Amranutta, Matamaha Mada, Ayu Kinasih, serta Putri Anila dan Putri Aruna yang telah bergabung kembali meski masih terasa sesak dada, menatap dengan mata tak percaya!

Gelombang raksasa dari arah selatan datang susul menyusul dengan suara gemuruh yang luar biasa. Dari arah barat muncul hamparan awan tebal hitam yang bergulung-gulung menuju Pulau Kabut. Belum cukup sampai di situ, begitu suara seruling Ratri Geni tambah melengking tinggi, dari arah timur terlihat jelas sekali Angin Puting Beliung berukuran raksasa yang kemudian pecah menjadi tiga bagian bergerak cepat menuju Pulau Kabut.

Panglima Amranutta, Putri Aruna dan Putri Anila, tercekat hatinya. Malapetaka hebat dari tiga arah tak lama lagi akan meluluh-lantakkan Pulau Kabut dalam sekejap!

--********