Bab 39-Lembah Mandalawangi Porak Poranda!

Seorang lelaki, di matanya tumbuh duri

melukai caranya memandang cinta

sebelumnya, dia percaya cinta adalah ibunda dari saujana

setelahnya, dia yakin samsara terlahir dari rahim yang sama

Terdengar desis dan derak mengerikan saat ribuan mata panah dan ratusan ujung tombak menghantam dinding tanah es. Pasukan Lawa Agung hanya bisa melongo menyaksikan hal yang menakjubkan itu. Hanya Panglima Amranutta, Putri Anila dan Putri Aruna yang tidak kaget. Mereka sudah pernah menyaksikan hal yang sama dahulu ketika Arya Dahana masih muda dan terlibat pertempuran hebat dengan mereka juga.

Tiba-tiba Ratri Geni memberi isyarat kepada Raden Soca. Telinganya yang sangat tajam mendengar suara lemah meminta tolong dari dalam istana kecil di belakang mereka. Pemuda Lawa Agung itu mengangguk. Dia mendengar hal yang sama. Tubuhnya kemudian berkelebat masuk ke arah istana kecil sementara Ratri Geni masih bersiaga di belakang perisai tanah es. Posisinya bersisian dengan Siluman Masalembu yang secara aneh seringkali mencuri pandang ke arah dirinya.

Ratri Geni tidak mempermasalahkan. Mungkin makhluk hitam jelek itu kagum kepadanya. Dia hanya heran kenapa sampai ada makhluk semengerikan ini bertarung habis-habisan dengan Lawa Agung. Mudah saja baginya mengambil pihak saat dua datuk sakti aliran hitam beserta murid-muridnya mengeroyok seseorang atau sesuatu ini. Ratri Geni dan Raden Soca memang sengaja mencari tahu kemana perginya rombongan besar Lawa Agung setelah Pulau Kabut hancur lebur akibat Kidung Alun. Dan mereka terkejut bukan main melihat rombongan itu ternyata menuju Gunung Pangrango lalu berakhir di Lembah Mandalawangi yang disulap menjadi benteng luar biasa.

Kedatangan Ratri Geni dan Raden Soca sesungguhnya kurang lebih bersamaan dengan tibanya Ario Langit dan kedua kawannya. Namun mereka berada di sisi lereng yang berbeda. Ratri Geni dan Raden Soca semula hanya ingin mengintai dan mencoba memetakan kekuatan Lawa Agung. Ratri Geni sangat khawatir dengan pergerakan pasukan Kerajaan Lawa Agung. Sudah bukan rahasia lagi bila Lawa Agung selalu mencari masalah dengan kerajaan lain semenjak dahulu. Selalu jatuh korban dalam jumlah besar yang sebagian adalah orang-orang tak bersalah dalam setiap peperangan yang melibatkan Lawa Agung.

Oleh karena itulah Ratri Geni meminta Raden Soca menemaninya selama satu dua hari sampai dia tahu persis seperti apa kekuatan benteng Lembah Mandalawangi. Jika memungkinkan, Ratri Geni ingin mengorek keterangan dari siapapun di lembah misterius itu mengenai rencana Lawa Agung selanjutnya. Raden Soca tentu saja langsung mengatakan iya begitu Ratri Geni memintanya tinggal sebentar menemani. Pemuda itu mempunyai tugas yang sama sekali tidak ringan dan sudah disanggupinya dari Ratu Laut Selatan. Namun dua tugas itu tidak harus dikerjakan dengan terburu-buru. Masih bisa menunggu. Lebih penting menemani Ratri Geni karena dia juga cukup khawatir jika gadis itu hanya seorang diri di tempat seberbahaya ini.

Lagipula gadis cantik yang luar biasa tengil itu bisa dengan mudah memaksanya mengikuti kemauannya dengan dalih Kakak Seperguruan. Raden Soca selalu tersenyum kecut apabila mengingat hal itu. Dia patuh dengan aturan aneh itu sebetulnya lebih pada tidak ingin menyakiti hati gadis anak dari pembunuh ayahandanya itu. Raden Soca bukanlah pangeran biasa yang hidupnya sedari kecil bersenang-senang atau bermewah-mewah. Karena itulah dia tumbuh menjadi seorang pemuda yang lugu dan bodoh kalau berurusan dengan hati dan perempuan.

Raden Soca tidak tahu apakah ini yang dinamakan jatuh cinta. Awal perkenalannya adalah saling bertarung. Dia sangat terkesan dengan gadis yang mempunyai kepandaian tinggi di usia semuda itu. Pertemuan selanjutnya mengalir seperti air terjun Madakaripura. Gadis itu bahkan memaksa ikut supaya bisa menjadi saksi sebuah pengakuan. Raden Soca tergelak dalam hati bila mengingat tingkah aneh Ratri Geni.

Sekarang Raden Soca hanya ingin Ratri Geni tidak jatuh dalam bahaya atau mendapatkan celaka. Dia tidak akan rela sedikitpun jika sampai gadis tengil itu terluka. Dia bersedia kapanpun melindungi Ratri Geni dan hingga kapanpun. Meski sebetulnya Raden Soca harus mengakui gadis itu memiliki kepandaian yang tidak kalah dengannya. Bahkan mungkin lebih tinggi malah tingkatannya dari dirinya.

Raden Soca celingukan dalam istana kecil yang sebenarnya bukan kecil. Suara lemah tadi berasal dari sekitar sini. Dia harus cepat-cepat. Cemas Ratri Geni tidak bisa mengatasi keadaan di luar meski saat ini tidak terdengar suara gaduh pertempuran maupun teriakan peperangan. Mungkin mereka sedang mengatur siasat lain agar bisa menaklukkan gadis luar biasa putri Arya Dahana itu.

"Tolong…di sini."

Suara lemah seorang perempuan yang berasal dari…. bawah ubin lantai istana! Raden Soca menggeram marah. Orang yang bisa sekejam ini tidak lain pastilah Putri Aruna dan Putri Anila! Bisa saja dia menghancurkan lantai di depannya ini tapi dia takut perempuan yang ditahan di bawah sana terluka terkena kepingan atau serpihan batu. Selain itu Raden Soca yakin pasti ada jalan menuju ke bawah sana. Matanya tertumbuk pada sebuah ruangan kecil mirip gudang namun isi ruangan sangatlah mencurigakan. Barang-barangnya terlalu rapi! Raden Soca bergerak cepat.

Di luar, perlahan-lahan perisai tanah es raksasa runtuh dengan sendirinya. Ratri Geni bertolak pinggang siap siaga. Siluman Masalembu ikut-ikutan bertolak pinggang. Tingkah yang membuat Ratri Geni terkikik-kikik geli. Alangkah tidak cocoknya sosok raksasa itu bertolak pinggang dengan gaya gemulai meniru dirinya. Ratri Geni bahkan akhirnya tertawa terkekeh-kekeh. Membuat Siluman Masalembu yang sesungguhnya adalah Ario Langit buru-buru menurunkan tangannya. Sialan! gadis setengah tunangannya ini mengejek dirinya tapi dia malah merasa bahagia. Ario Langit merutuk dirinya sendiri.

Ratri Geni tahu pertarungan ini akan sangat menguras tenaga dan berbahaya. Gadis ini meraba Seruling Bidadari Bumi di pinggangnya. Jika perlu dia akan menggunakan Kidung Alun! Sebersit pikiran kemudian membuat Ratri Geni tersenyum lebar. Mereka tidak perlu bertempur hebat untuk bisa keluar dari tempat mengerikan ini. Senyum gadis ini makin lebar dan dibuat-buat. Bahkan Panglima Amranutta yang sekarang berjalan mendekat diiringi oleh semua tokoh-tokoh sakti menjadi sebal. Gadis cilik ini jumawa sekali!

Teriakan Ratri Geni lantang bergema di seantero Lembah Mandalawangi karena gadis itu sengaja mengerahkan tenaga dalamnya.

"Panglima Amranutta! Raja Lawa Agung yang terhormat! Aku ingin menawarimu kesepakatan…" Ratri Geni meraih Seruling Bidadari Bumi dari pinggangnya dan dengan gaya dibuat-buat meletakkannya di bibirnya yang merah. Jantung Panglima Amranutta mendadak seperti jatuh dari tempatnya. Di matanya terbayang kembali kehancuran luar biasa Pulau Kabut. Begitupun Putri Anila dan Putri Aruna yang nampak memucat pasi raut mukanya. Membayangkan tempat yang mereka bangun bertahun-tahun ini porak poranda!

---*********