Bisakah Aku Hidup Dengan Tenang ?

Aara mereka sering menyebut ku dengan nama itu. Moya adalah teman kecilku yang selalu ada di saat susah maupun senang ku, mulai sebelum TK sampai sekarang. Moya juga saksi atas semua yang ada dan yang terjadi di kehidupanku. Sejak itu saat kami di pisahkan dia memilih untuk melanjutkan pendidikannya di ATKP Penerbangan di Makassar, akupun tetap melanjutkan pendidikan ku di salah satu sekolah menengah atas ternama di kampung ku. Meskipun jarak kami berjauhan tetapi ketika Moya libur pasti langsung menghubungiku dan mengatur jadwal tempat untuk kami habiskan semasa liburan . Menghabiskan waktu bercerita panjang lebar, sedihnya dapat senangnya juga dapat.

*****

Titttt...tiitttt.... "Aara ada telpon masuk tuh", kata mama.

"tunggu maa aara masih di wc, tolong angkat saja dan bilang nanti Aara telpon balik".

"Aaraaaa telpon dari Moya nih, kata mama.

OOO tunggu ma, jangan di mati in" .

"Aaa Moyaaa rindu banget woy kapan balik, aku sudah list tempat yang mau kita kunjungi".

"Aku sudah di rumah, kesini yah banyak yang mau aku ceritain ke kamu", kata Moya.

"Aku juga Moyy, tunggu yah 5 menit lagi aku kesana".

*****

Kamipun segera bersiap-siap untuk ke taman yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Mulai dari rumahnya si Moya sampai di taman pun ocehanku gak ada habis-habisnya, semuanya ku ceritain mulai A sampai Z. Apalagi yang bisa aku ceritain selain perlakuan orang-orang yang tidak senang terhadap ku. Mulai pertengahan tahun 2017 sampai 2019 aku Aara korban bullying di sekolahku. Semua laporanku di kantor BK semuanya sia-sia tak ada yang memihak ke aku.

Pada saat itu aku memutuskan untuk pindah dari yang awalnya kelas khusus aku pindah ke kelas terendah. Tak tahu lagi bagaimana cara tanggapin orang-orang yang makin hari makin usil terhadapku. Aku sudah duduk di pojokan belakang, gak banyak atur, gak suka ikut campur urusan orang lain, ehh malah di benci 1 kelas. Jadi pendiam salah, aktif setiap proses diskusi pun salah. Terkadang juga aku heran maunya mereka itu apa sih.

Saat aku pindah pun, aku merasa asing karena harus memulai lingkungan yang baru. saat itu juga aku tidak diterima dengan baik di kelas baru itu. Entah karena aku terlalu pendiam kah atau terlalu banyak tanya ke guru.

"Bu... Besok aku izin datang telat karena ada sesuatu hal yang harus aku lakukan sebelum ke sekolah".

"Apa itu ra?" kata ibu guru

"hehe privasi ibu, nanti ibu juga akan tahu sendiri"

"Hellehhh main privasi-privasi aja si anak baru", Kata salah satu laki-laki yang duduk di pojokan.

dan akupun kembali duduk ke tempatku sambil tersenyum ke ibu guru.

Moyy waktu itu aku sangat sedih karena aku berusaha akrab dengan lingkungan baruku dan orang-orang baru itu tetapi mereka seakan menolak kehadiranku. Andai saja aku bisa menceritakan semua kejadian ini kepada orang tua ku dirumah, tapi aku takut kalau aku di cap sebagai orang lemah di keluargaku . Terkadang apa yang aku alami harus aku pendam sendiri dan seakan raut wajahku pun yang tadinya sedih setelah pulang dari sekolah tiba dirumah langsung berubah menjadi ceria lagi. Dulu aku selalu bilang kapan penderitaan ku ini usai. Sejak saat itulah aku memutuskan untuk melakukan apa-apa sendiri.