Han Sooyoung menerobos kerumunan orang dalam gedung bioskop, dia menabrak beberapa orang dan langsung meminta maaf. Dengan terengah-engah, dia mencari sahabatnya sambil bertanya ke staf penjual tiket dan petugas lainnya.
Staf penjual tiket mengatakan bahwa pria dengan ciri-ciri yang disebutkan Han Sooyoung memesan kursi VIP di ruang pemutaran film <
Han Sooyoung menghentikannya dan bertanya. "Maaf, apa kau melihat seorang pria yang kurus, memakai masker hitam dan sarung tangan, kulitnya putih, dan ..." Han Sooyoung tak tahu apakah deskripsinya benar, tetapi dia tetap melanjutkan. "Dia memiliki aura seseorang yang tak bisa didekati, ah ... ini fotonya!"
Dia hampir lupa menunjukkan foto sahabatnya ke wanita itu, yang terakhir terbelalak ketika melihat siapa yang dimaksud. "S-Salvation-nim?"
Mereka berdua saling bertatapan sesaat, Han Sooyoung lah yang pertama menyahut. "Oh, benar. Apa kau wanita yang bersamanya? Di mana dia? Cepat katakan!"
Mendengar nada mendesak itu semakin membuat Yoo Sangah panik. "Salvation-nim pergi dua puluh menit yang lalu, a-aku tidak tahu dia pergi ke mana!" beritahunya.
Han Sooyoung menarik napas dalam-dalam sambil menutup matanya sejenak untuk menenangkan diri, itu bagus karena wanita ini tidak bersamanya, tetapi itu lebih mengkhawatirkan sebab orang itu sendirian, ada kemungkinan orang itu akan melakukan sesuatu yang buruk. Han Sooyoung menatap tajam wanita di depannya lalu berseru. "Kau bisa pulang sendirian? Atau aku akan memesankan taksi untukmu pulang nanti. Aku —"
Yoo Sangah dengan cepat menyela. "Tidak, aku tidak akan pulang sampai tahu apa yang terjadi pada Salvation-nim. Dan siapa kau?" tanyanya sambil membalas tatapan tajam Han Sooyoung.
Yang terakhir merasakan urat di pelipisnya berkedut untuk menahan rasa jengkel, dengan enggan dia merespon dengan kata-kata penuh penekanan. "Baik, karena kau wanita yang diajaknya, jadi kali ini aku bersikap baik. Sebaiknya kau tidak mencampuri urusan pribadi," ancamnya sebelum meninggalkan wanita itu tanpa peduli reaksinya.
Han Sooyoung berkeliling gedung bioskop sampai dia menemukan ada kerumuman orang yang berkumpul di koridor menuju kamar mandi, firasat buruknya menjerit-jerit. "Kim Dokja," lirihnya dengan hati yang sakit. Dia segera menuju ke tempat itu, menyusup ke celah-celah untuk melihat apa yang terjadi.
Dan pada saat berikutnya, Han Sooyoung lupa bernapas ketika melihatnya. Mungkin dia akan menganggap bahwa itu adalah mayat kalau saja dia tidak melihat kelopak matanya yang bergerak. Waktu seakan melambat untuknya, dia menyibak orang-orang yang menghalangi kemudian meraihnya.
Akhirnya dia bisa bernapas lega saat kehangatan dari tangan itu masih ada. "Kim Dokja," bisiknya pada tubuh yang bersandar dan ada darah yang mengalir dari pergelangan tangan kirinya. Han Sooyoung cepat-cepat memanggil ambulan dan meneriaki penonton yang hanya diam, orang-orang sialan.
Setelah dia menghubungi rumah sakit setempat untuk ambulan, dia menyeka darah dari tangannya dan membungkus pergelangan tangan pria itu dengan saputangan. Lalu mengumpulkan barang-barang yang terakhir yang berserakan di sekitar, wajahnya kaku ketika menemukan pisau lipat kecil dan smartphone pria itu yang masih menyala.
Dia memperhatikan foto yang dikaburkan dalam layar smartphone itu, selanjutnya Han Sooyoung melihatnya lebih dekat. Murid-murid mata abu-abunya bergetar saat mengamati bolak-balik antara foto itu dan pria yang terlihat masih sadar dengan kelopak mata hampir tertutup. Namun, Han Sooyoung tahu bahwa yang terakhir tidak dalam kondisi mental yang sehat. Jadi percuma mengguncang atau menampar untuk menyadarkannya. Han Sooyoung menyimpan smartphone-nya dan menaruh pisau lipat dengan bekas darah dalam kantung plastik kamar mandi.
Dia harus menekan emosinya demi menyelamatkan pria bodoh ini sampai dia terus memaksa akal sehatnya bekerja dalam menanganinya.
Ketika petugas ambulan datang, dia mengurus beberapa hal yang menyulitkan seperti berita dan rumor apapun yang mungkin akan beredar. Untungnya, sahabatnya ini bukan orang yang mudah dikenali karena dia selalu bersembunyi di balik topeng, bukan secara harfiah tapi yang dimaksud adalah kegiatan apapun yang dia lakukan tidak akan tercium publik kecuali dia sendiri memperkenalkan diri atau langsung menemui seseorang, contohnya mengajak wanita itu. Yah, hanya Han Sooyoung yang mengetahui pasti tentangnya lebih jauh dari Uriel.
Han Sooyoung terpaksa memberitahu Uriel untuk membantunya membungkam media yang berniat memasukkan kejadian ini dalam berita.
—Uriel-nim, aku terlambat … Dia akan berada di rumah sakit daerah ini.
—"Aku mengerti. Aku akan menemuimu setelah mengurus media. Jadi, ceritakan padaku alasannya seperti itu!"
—Ya, tentu saja. Orang bodoh ini adalah teka-teki yang sulit ditebak, tapi kupikir kali ini aku tahu alasannya.
Han Sooyoung memutuskan panggilan kemudian mengambil smartphone milik Kim Dokja, dia memelototi foto itu. Dia mengenali siapa yang ditampilkan, karena itu adalah orang yang sangat terkenal, apalagi baru-baru ini. Han Sooyoung yang pintar tidak mungkin tak mengetahuinya, hubungan keduanya yang menurutnya tidak baik bagi sahabatnya, hubungan satu sisi.
—
Ingatannya memutar ke buku catatan lusuh di kamar Kim Dokja.
—
Dan kalimat terakhir yang tersembunyi selotip kertas dalam halaman pertama buku catatan itu. Jelas bahwa sahabatnya ada di batas antara gila dan waras. Han Sooyoung memutuskan untuk merawatnya lebih baik dari sebelumnya dengan menghapus foto itu, foto kelulusan seseorang dengan goresan kata-kata
***
"Siapa yang menyelamatkanku?" tanya Yoo Jonghyuk dengan suara serak, kondisinya semakin membaik karena mendapat perawatan yang cepat dan tepat serta tubuhnya sendiri yang kuat. Namun, kehilangan darah adalah masalah yang berbeda.
Yoo Miah yang duduk di bangku di samping ranjangnya menjawab. "Aku pikir itu seseorang yang kau kenal, Oppa."
Yoo Jonghyuk menutup matanya yang berat, ingatannya yang terkubur menyeruak, dan rasa penyesalan luar biasa menghantuinya. "Begitu," ucapnya pelan.
Jika bisa, dia akan langsung mencarinya, memeluknya, lalu meminta maaf padanya karena melanggar janjinya sendiri untuk selalu bersama. Yoo Jonghyuk bertanya-tanya mengapa dia begitu mudah melupakannya? Tidak, dia sebenarnya tahu penyebabnya. Dia mengira seseorang yang dia anggap sebagai pendamping sudah mati. Namun, sekarang dia yakin bahwa yang terakhir masih hidup dan bersembunyi. Mungkin karena mimpi itu atau mungkin karena darah yang mengalir di pembuluh darahnya.
Terlepas dari semua itu, perasaannya yang dia kubur dalam-dalam naik ke permukaan. Membuatnya kembali berharap untuk bertemu dengannya lagi dan yakin bahwa dia masih hidup.
Yoo Jonghyuk menahan keinginannya sampai dirinya pulih sepenuhnya dan membalas para pengkhianat Breaking The Sky.
***