Bab 23-Siluman Ngarai Raung

Ngarai dari gunung memutuskan berhenti

menumbuhkan bunga-bunga kenanga

terlalu banyak kenangan yang mesti dimetafora

menjadi bait-bait puisi

sementara sarkasme hampir mati

setelah berusaha keras membunuh dirinya sendiri

Putri dari Dewi Mulia Ratri dan Arya Dahana itu mengerahkan Sihir Ranu Kumbolo sambil mengayunkan tangan kanan yang terisi pukulan Geni Sewindu. Bau anyir ludah Siluman Ngarai Raung selain berhawa racun yang sangat kuat juga mengandung sihir hitam yang mengerikan. Ratri Geni bisa merasakannya.

Blaaarrr!!

Ludah berbahaya Siluman Ngarai Raung hancur dan muncrat kemana-mana. Beruntunglah Chandra Abimana yang sempat melompat menghindar. Tapi tidak bagi beberapa pengemis tongkat perak yang begitu terkena cipratan ludah menjerit-jerit kesakitan teramat sangat. Satu orang di antara mereka malah berkelojotan sekarat karena cipratan itu melubangi dadanya dan menembus pembuluh darah.

Ratri Geni bergidik ngeri. Layak sekali para raja siluman gunung sangat ditakuti. Untunglah mereka semua bisa dikendalikan oleh para Ki Ageng Gunung dan juga Si Bungkuk Misteri pada zamannya. Tapi sepertinya sekarang mereka semua berusaha memunculkan diri ke dunia persilatan. Para Ki Ageng Gunung sudah renta dan belum ada yang menemukan pengganti yang tepat. Kecuali Gunung Merbabu yang telah memilih dirinya.

"Siluman Ngarai Raung, aku tidak bermaksud mencari perkara denganmu. Gunung Merbabu adalah tempat yang mesti kujaga baik-baik. Pergilah bersama muridmu. Anggap kita tidak pernah bertemu."

Siluman Ngarai Raung terkekeh-kekeh. Siluman tua itu benar-benar marah sekaligus terperanjat. Jadi gadis yang masih sangat muda ini ternyata malah Penjaga Gunung Merbabu. Gila! Sinting! Sejak kapan Gunung Merbabu memilih penjaga yang begini muda? Perempuan lagi!

Tanpa menjawab ucapan Ratri Geni, Siluman Ngarai Raung bergerak maju menyerang dengan kecepatan yang sulit dilihat mata. Kali ini serangan sungguh-sungguh dan bukan ludah. Dua larik cahaya hitam menghantam ke arah Ratri Geni. Inilah pukulan terkenal dari Siluman Ngarai Raung yang disebut Badai Ngarai Hitam. Ilmu pukulan yang pada zaman dahulu pernah membuat Si Bungkuk Misteri terluka. Meskipun masa itu Siluman Ngarai Raung bersama Siluman Gunung Guntur melakukannya dengan keroyokan. Si Bungkuk Misteri berhasil dicederai, Siluman Ngarai Raung terluka, sedangkan Siluman Gunung Guntur terluka parah dan akhirnya tewas. Tapi setidaknya bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu para raja siluman gunung yang mampu merepotkan dewa silat sekelas Si Bungkuk Misteri.

Ratri Geni kali ini sangat waspada. Para siluman gunung tidak ada yang berkepandaian biasa. Semuanya tergolong sakti luar biasa. Bahkan jauh lebih tinggi dibanding Datuk Delapan Penjuru Angin di masa ayahnya dulu. Mereka tidak terlalu tenar di dunia persilatan karena memang hidup di dunianya sendiri. Selain itu para Ki Ageng Penjaga Gunung memerankan diri sebagai penyeimbang apabila ada siluman gunung yang mulai membuat perkara besar.

Gadis yang pemberani dan sakti ini menyorongkan kedua telapak tangan setelah mengisinya dengan hawa sakti Langit Bumi. Dua pukulan dipadukan menjadi satu. Bayangan Matahari dan Busur Bintang secara bersamaan keluar dari lengan kanan dan kiri Ratri Geni yang berubah aneh. Lengan kanannya seperti terbungkus oleh cahaya perak keemasan, sedangkan lengan kirinya seolah diselubungi salju tebal yang menakjubkan.

Gelombang cahaya kehitaman bertemu dengan dua larik cahaya biru keemasan di udara. Pecah menjadi dentuman yang luar biasa keras. Siluman Ngarai Raung mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Selain ingin menguji sejauh mana kesaktian Penjaga Gunung Merbabu yang masih muda ini, siluman kejam itu sengaja ingin membunuh Ratri Geni agar tidak menjadi penghalang bagi mereka. Siluman Ngarai Raung ingin agar muridnya Chandra Abimana membangun markas perkumpulan di Gunung Merbabu yang jauh lebih berbelantara di banding gunung-gunung lainnya.

Siluman Ngarai Raung rupanya mempunyai ambisi untuk menjadikan muridnya itu sebagai seorang penguasa di tlatah Jawa. Dulu saat terjadi pertempuran antara Istana Barat dan Istana Timur sebenarnya Siluman Ngarai Raung sangat mendukung muridnya Hantu Berjubah untuk memihak Istana Timur meskipun dia sendiri tidak berani turun gunung karena diperingatkan oleh para Ki Ageng Penjaga Gunung agar tidak ikut campur dalam perselisihan antara kerajaan tersebut. Namun sayangnya Istana Timur kalah dan Hantu Berjubah sendiri tewas.

Benturan dua tenaga tingkat tinggi itu berakibat luar biasa. Beberapa pohon di samping kanan kiri gelanggang roboh berderak dengan suara menakutkan. Angin pukulan yang pecah dari beradunya pukulan membawa angin besar yang menghancurkan juga bebatuan di pinggir jurang Merbabu tempat pertarungan itu berlangsung.

Tubuh Ratri Geni bergoyang-goyang seperti pucuk nyiur tertiup angin keras pantai. Sedangkan Siluman Ngarai Raung terpelanting lalu terhempas seperti batu yang dilempar ke permukaan air. Jelas sekali dalam adu pukulan itu Ratri Geni lebih unggul. Kejadian yang membuat mata Chandra Abimana terbelalak tak karuan. Jika gurunya yang sakti saja bisa dikalahkan Ratri Geni, tentu dia dengan mudah bisa dibuat tak berdaya oleh gadis luar biasa itu. Abimana sekarang yakin bahwa harimau peliharaan Ratri Geni pastilah bukan harimau biasa. Abimana bergidik. Tadi dia begitu sombong hendak memecahkan kepala harimau hitam itu.

Siluman Ngarai Raung bangkit sambil tertawa terkekeh-kekeh. Dia tahu gadis itu lebih unggul darinya. Kemarahannya sampai di puncak kepala. Tapi tentu dia bukan siluman bodoh. Apabila melanjutkan pertarungan bisa-bisa Siluman Ngarai Raung tak ada lagi dunia ini. Orang tua aneh itu kembali tertawa terkekeh-kekeh sambil memberi isyarat kepada Chandra Abimana agar mengikutinya pergi. Sebentar saja orang-orang yang berniat membuat kericuhan di Gunung Merbabu itu tak kelihatan lagi batang hidungnya.

Ratri Geni menghela nafas panjang. Kepandaian Siluman Ngarai Raung itu sangat tinggi. Jika pertarungan dilanjutkan mungkin dia bisa mengalahkan siluman tua pemarah itu. Tapi tentu butuh waktu yang lama. Ratri Geni lalu membayangkan seperti apa Siluman Kembar Gunung Agung. Jika kemampuannya kurang lebih sama dengan Siluman Ngarai Raung atau Siluman Lembah Neraka, sudah selayaknya dia mengkhawatirkan keselamatan Raden Soca dan kawan-kawannya.

Gadis itu menggerakkan kakinya menuju arah puncak Gunung Merbabu. Untunglah dia tidak datang terlambat. Jika tidak, bisa saja Gunung Merbabu terinjak-injak oleh niat jahat dari mereka dan itu sangat berbahaya. Gunung Merbabu bisa marah besar yang akibatnya akan terkena langsung ke rakyat kecil yang berada di lereng gunung dan sekitarnya. Banyak pemukiman petani di kaki Merbabu. Kampung-kampung bertebaran di sana. Tidak terbayang jika Merbabu memuntahkan kemarahannya. Ratri Geni bergidik sambil bersicepat mendaki Gunung Merbabu.

Sima Braja mengikuti lari Ratri Geni tanpa banyak tingkah. Harimau itu tahu pikiran Ratri Geni sedang berkecamuk oleh kekhawatiran akan nasib Raden Soca dan yang lainnya saat bertemu dengan Siluman Kembar di Pulau Dewata. Sima Braja bukan harimau biasa. Dia bisa membedakan kepandaian orang. Harimau itu sangat bangga karena tuannya adalah gadis yang memiliki kepandaian nyaris tak ada bandingannya di zaman ini.

Puncak sudah terlihat tak jauh lagi. Namun lari Ratri Geni mendadak terhenti. Kesiur angin yang luar biasa tajam menyambar ke arah kakinya. Jika dia melanjutkan berlari dia pasti akan terjatuh keras. Gadis ini melompat tinggi kemudian mengayunkan tangan ke arah bebatuan besar di depan. Orang yang menyerangnya bersembunyi di balik bebatuan itu.

--***