Pengawal Pribadi Isyana

Pagi hari yang sangat cerah, Isyana terbangun dengan wajah yang ceria, saat pertama kalinya dia membuka matanya, pandangannya tertuju kepada sang budak tampan yang kemarin dia dapatkan, Asius. Isyana tersenyum ke arah asius namun asius tetap menunduk untuk menghormati Isyana. "Kau sudah bangun permataku?" Tanya Isyana kepada Asius, Asiuspun mengangguk menjawab pertanyaan isyana. "Tapi kenapa kau tidak membangunkan aku?" Tanya isyana lagi "Hamba tidak ingin mengganggu tidur tuan putri, tuan putri tidur begitu lelap, ." Jawab Asius. "Iya. Ini karena kamu pintar sekali Meninabobokan aku sampai aku tidur sangat lelap"  Pagi itu Isyana akan melakukan kegiatan rutinnya, yaitu mandi susu dan melakukan perawatan kecantikan, setelah dua minggu melaksanakan tugas perampokannya tentu Isyana juga perlu merawat kecantikannya sebagai seorang wanita. Dibalik keganasan dan liarnya isyana dia juga wanita yang sangat menjaga kecantikannya, dia tidak akan membiarkan kulitnya tergores sedikit pun oleh siapa pun. Setelah selesai dengan perawatannya, Isyana kemudian memanggil Asius yang saat itu sedang menunggu di luar ruangan bermain dengan burung merpati. sembari Asius yang mendengar panggilan dari Isyana kemudian langsung memasuki ruangan. "Bagaimana. Apa aku cantik?" Tanya Isyana. Asius Cuma mengangguk, mendengar pertanyaan isyana. Namun sepertinya Isyana tidak puas dijawab hanya dengan dianggukkan saja. "Jawab. Aku cantik tidak! Jangan Cuma mengangguk" "Iya. Tidak ada wanita yang lebih cantik dari Tuan putri" Mendengar jawaban itu Isyana tersenyum tersipu malu. "Aku tau, aku memang sangat cantik" Kata Isyana kepada Asius. Isyana kemudian mendekati Asius, Tangannya yang halus menyentuh tubuh asius yang kekar itu. "Kalau aku cantik, kamu pasti menyukaiku" Bisik Isyana di telinga asius.  Asius Cuma terdiam sampai sessorang pengawal pribadi Sir Dexian datang menyampaikan pesan untuk Isyana menghadap kepadanya. Isyanapun segera menuju tempat kepala desa dengan ditemani Asius.    Setibanya Isyana di tempat Sir Dexian, Sir Dexian langsung menyambut kedatangan putri angkatnya itu dengan penuh senyuman. Tapi Isyana sudah tahu dibalik senyuman sang ayah itu, dia tahu sang ayah sedang ada maksud tertentu. "Tumben ramah banget, ini pasti ada maunya" Ucap Isyana meledek ayah angkat yang sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri itu. "Hmm tidak kok, Aku Cuma ingin meminjam asius sebentar saja untuk mengawalku meninjau pembangunan lumbung pangan di pusat desa. "Tuh kan. Kemarin ayah bilang tidak akan memisahkan aku dari asius!" "Siapa bilang, aku akan memisahkan kamu dari pengawal pribadimu ini. Kamu juga harus ikut agar tidak terpisah dengan asius. Merekapun pergi dengan dikawal oleh asius.   Sebenarnya mereka berdua biasanya pergi kemanapun tanpa kawalan, karena memang hal itu tidak diperlukan. Mereka bisa melindungi diri dari musuh setangguh apapun, lagipula ini adalah lembah kematian yang tidak ada satupun orang ada disini selain bangsa Saksixus, jadi tidak ada yang patut mereka takutkan.  Tidak memakan waktu lama akhirnya mereka sampai di tempat pembangunan lumbung pangan. Pembuatan lumbung pangan ini untuk menyimpan sisa hasil rampokan yang telah dibagi rata kesemua warga desa. Ini akan sangat berguna jika suatu saat mereka tidak mendapat hasil rampokan sementara perbekalan di rumah warga sudah habis.  Setibanya disana, para warga melihat budak Isyana bersama Isyana bersma kepala desa, dengan lantang mereka memerintah Asius untuk ikut berkerja. Hal itu mereka lakukan karena mereka juga ikut andil dalam menawan asius, jadi anggapan mereka asius juga milik mereka.  Namun Isyana marah saat Asius diperintahkan oleh mereka. "Siapa kalian untuk memerintah  pengawal pribadiku, Ini bukan barang sembarangan, ini permataku husus punyaku" Bentak Isyana kepada mereka.  "Tapi kami juga ikut andil menawannya. Sesuai hukum disini apapun yang kita peroleh bersama sama , maka itu milik bersama"  "Oh, jadi kalian merasa ikut andil menawan dia? Kalian salah, kalau bukan karena aku, kalian pasti akan mati dalam sekejap ditangannya"  Mereka semua berbisik dan saling memandang satu sama lain, dalam benak mereka terdapat niat untuk menantang asius untuk bertarung melawan sekelompok dari mereka. Namun tidak ada yang berani mengutarakannya sampai salah satu dari mereka maju untuk mengatakan apa yang mereka niatkan.  "Jika tuan putri merasa kami tidak punya andil dalam penawanan budak itu, kami menantang budak itu untuk bertarung melawan kami semua, jika kami menang kami berhak atas budak itu, jika kami kalah maka kami sama sekali tidak berhak atasnya"  Di kerajaan SellPragha, Asius merupakan prajurit yang sangat sensitif sekali jika mendengar sebuah tantangan pertarungan. Karenanya Asius langsung maju dan menjawab tantangan mereka semua.    "Berapa jumlah kalian disini, majulah. Jika kalian menang aku akan menjadi melayani kalian semua dari pagi sampai pagi yang lain menjelang. Tapi jika kalian kalah, kalian harus sanggup berada dibawah perintahku untuk melayani tuan putri Isyana"  Ucap Asius balik menantang mereka.  Tantanganpun telah disepakati, merekapun menuju sebuah tempat lapang untuk melakukan pertempuran, Tidak kurang dari dua ratus prajurit berbaris siap menyerbu satu orang.  Asius memandang mereka, asius merasa jumlah mereka tidak sepadan dengan dirinya. Asiuspun berteriak " Apa ada yang ingin menambah jumlah peserta, hadiahnya akan aku layani mereka selama lamanya jika menang, tapi jika kalah bersiaplah menjadi anak buahku untuk melayani tuan putri isyana" Teriak Asius menantang orang orang yang ada di luar arena, Namnun tidak ada yang menjawab tantangan itu.  Pertempuranpun diputuskan untuk dimulai, begitu aba aba untuk memulai pertandingan telah dibunyikan merekapun dengan serentak menyerang asius. Asius tidak beranjak dari tempatnya, dia hanya menghunuskan pedang miliknya dari tempatnya, dalam satu ayunan pedang asius menumbangkan puluhan dari mereka.  Asius terkepung, namun tidak ada yang berhasil mendekati asius apalagi menyentuhnya, bahkan tidak ada satupun yang berada di area jangkauan pedang asius kecuali akan tewas mengenaskan. Namun para penantang itu sama sekali tidak takut, mereka mencoba lagi dan lagi untuk menyerang asius secara bersamaan, tapi tetap hasilnya sama saja, asius tidak tergores sedikitpun bahkan tidak bergeming dari tempatnya yang semula.  Pertempuran baru berjalan beberap waktu saja, namun mereka telah kehilangan sebagian dari mereka, ada yang tewas adapula yang lari dari medan pertempuran. Asiuspun tidak ingin berlama lama dalam pertempuran yang tidak selevel dengannya itu, diapun melakukan gerakan pedang terakhirnya untuk menghabisi sisa musuh. Dalam berapa menit ratusan lawannya telah tumbang.  Isyana terpukau melihat kehebatan Asius dalam melawan musuh musuhnya. Namun dia juga bingung, jika dia begitu hebat dalam menghabisi musuh musuhnya kenapa dalam pertempuran malam itu dia menyerah begitu saja? Hali itulah yang sepintas dia pikirkan, namun pikiran itu segera terbuang jauh dengan kekagumannya terhadap kemampuan bela diri Asius.  Sir Dexian juga merasa demikian, dia sangat kagum dengan kemampuan gerakan pedang yang dipertunjukkan asius. Tapi sekilas gerakan pedangnya hampir mirip dengan gerakan pedang yang biasa dia lakukan di medan perang hanya saja gerakan pedang asius lebih dahsyat dan lebih bervariasi.  Pertempuran telah selesai, semua orang bertepuk tangan dengan hasil pertempuran itu. Isyanapun langsung mengumpulkan orang orang yang bertarung tadi di hadapan Asius.    "Seperti yang telah disepakati, kalian harus menjadi bawahan asius untuk melayaniku. Itu artinya sekarang kalian adalah budakku dan anak buah dari asius, apa yang aku perintahkan harus kalian patuhi, apa yang asius katakan wajib kalian turuti" Ucap Isyana kepada mereka yang kalah dalam pertempuran.  Sir Dexian sebenarnya tidak setuju dengan perbudakan seperti itu, namun ini terjadi karena pilihan rakyat mereka sendiri. " Sebenarnya perbudakan, tidak pernah aku inginkan ada dalam masyarakatku, namun kalian sendiri yang membuat perjanjian seperti ini, maka kalian harus melaksankan janji kalian sebagai seorang laki laki. Tapi aku berjanji apapun setatus kalian, baik budak, pemimpin, rakyat biasa aku akan memastikan kalian mendapat hak kalian"  Setelah hari itu asius resmi memiliki prajurit pribadi dan pembantu untuk mengawal putri Isyana. Dan putri Isyana juga sekarang bagaikan seorang ratu , memiliki pengawal dan prajurit pribadi bagaikan di istana para raja. Tak disangka kedatanga asius dikehidupannya membawa keberuntungan baginya.