Gadis Liar

Setelah menempuh perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, sampailah Asius dan ratusan prajuritnya di kota Aksaxia, pertama kali mereka menginjakkan kaki di tempat itu mereka sangat kagum dengan kemegahan kota itu, kota itu megah, makmur dan dipenuhi oleh orang orang kaya. Tanah kota itu subur dan menghasilkan berbagai macam hasil tani, tidak heran jika tempat ini menjadi tempat paporit para perampok dan pemberontak.    Yang lebih mencengangkan lagi adalah benteng pertahanannya, begitu besar dan kokoh nyaris sama besarnya dengan yang ada di kerajaan pusat. Para prajurit yang baru menginjakkan kaki di benteng tersebut merasa heran, kenapa wali kota ini rela mengeluarkan banyak uang untuk membangun benteng sebesar ini.  Ketika walikota Aksaxia mengetahui kedatangan  Asius dan para prajuritnya, sang walikota langsung menyambut mereka, namun sang walikota nampak kecwa mengetahui Asius hanya membawa segelintir pasukan saja tak lebih dari dua ratus."Selamat datang Asius, apa Cuma ini prajurit yang kau bawa?" Tanya sang walikota"Benar walikota" jawab Asius"Kalau begitu, Legenda kepahlawananmu akan berakhir disini" Ucap sang walikota"Hei walikota, apa kau meremehkan kami" bentak salah satu prajurit"Tidak, aku tidak meremehkan kemampuan prajurit istana. Namun jumlah musuh yang akan kalian hadapi sangtlah banyak""Meski jumlahnya sembilan ratus, seribu, jika dia manusia kami bisa mengalahkannya " Ucap salah seorang dengan congkak."Jumlah mereka memang seribu lebih, tapi mereka bukan manusia, mereka seperti binatang yang kelaparan dan pemimpin mereka adalah seorang wanita yang mirip seperti singa padang pasir yang liar, siap menerkam mangsa mangsanya" Jawab sang walikota.Malam haripun menjelang, Asius memerintahkan prajuritnya waspada terhadap segala ancaman yang mungkin terjadi. Beberapa prajurit pilihan disiagakan untuk menjaga gerbang kota dan asiuspun selalu waspada setiap saatnya.Tak berapa lama, sebuah obor terlihat dari kejauhan dan semakin lama jumlah obor tersebut semakin banyak jumlahnya hampir sembilan ratusan. Setelah itu seorang wanita bernama Lio Isyana muncul dari kerumunan pembawa obor. " Hai penduduk kota, aku kembali untuk mengambil hakku dari kalian. Serahkan secukupnya dan kami akan pergi! Tapi jika kalian melawan bersiaplah untuk menerima kehancuran.""Itu pempimpin wanita yang dimaksud," Bisik salah, seorang prajurit pada teman di sebelahnya."Silahkan ambil hakmu, Tapi kami juga akan mempertahankan hak kami. Kami akan melawan" Jawab Asius dengan tegas"Baiklah, pertahankanlah sebisamu" Jawab Isyana.Setelah itu Isyana memerintahkan pasukan perampoknya untuk menyerang. Asiuspun memerintahkan pasukan pemanah, pedang dan penombak untuk bersiap melakukan pertahanan bentengnya. Namun seperti yang dikatakan walikota mereka bukanlah manusia, mereka lebih mirip binatang liar. Tembok yang tinggi dan kokoh itu entah bagaimana mereka bisa panjat dengan cepat dan semakin lama semakin banyak perampok itu yang sudah ada di atas benteng kokoh itu.Pertempuran sengitpun berlangsung di atas benteng, mulanya prajurit Asius mampu menghalau sejumlah besar pasukan perampok tersebut, namun semakin banyaknya pasukan perampok yang berhasil memanjat dinding itu membuat pertempuran tidak berimbang, pasukan musuh lima kali lipat lebih banyak dari jumlah prajurit Asius.Kalah jumlah, membuat para prajurit dibantai dengan mudah oleh para perampok. Semakin lama semakin banyak prajurit yang tewas ditangan para perampok sampai hanya tersisa berapa puluh prajurit saja yang masih tersisa.Tak ingin prajuritnya mati sia sia, Asius menyerahkan diri dan mengakui kekalahan. "Kami mengakui kekalahan kami, Ambil barang barang yang kalian mau, tapi lepaskan prajurit prajuritku dan jangan sakiti rakyat yang tidak berdosa" Ucap Asius dengan nada memohon."Baiklah kami akan mengambi semua barang yang kami inginkan, tapi penduduk kota harus merasakan buah dari menentang kami" Jawab Isyana dengan senyum penuh kemenangan."Ambil semua barang dan makanan di kota ini, bunuh penduduknya dan bakar rumahnya" Perintah Isyana kepada pasukannya.Segera setelah isyana mengeluarkan perintah itu, para perampokpun langsung mengambil makanan dan barang berharga di kota itu,  membunuh warga yang ditemuinya dan membakar semua rumah yang menjulang tinggi.Setelah seluruh kota luluh lantah dan porak poranda , Isyana kini melirik ke arah para prajurit. " Tinggal satu pekerjaan lagi" Ucap Isyana sembari menghunuskan pedangnya lalu memenggal kepala prajurit yang tersisa satu persatu hingga tiba giliran asius. Isyana meletakkan pedangnya dileher Asius dan memperhatikan asius dengan teliti. "Kamu tampan sekali, kamu pasti keturunan bangsawan, kamu juga pimpinan mereka bukan?"Tanya isyana.Asius tidak menjawab, namun asius malah mengangkat kepalanya "Ayo bunuhlah aku, aku ingin menyusul para prajuritku, aku telah gagal melindungi rakyatku" Jawab Asius dengan nada menantang"Tidak, aku tidak akan membunuhmu, kaua adalah barang berharga. Aku akan membawamu ke lembah kematian" Isyanapun membawa asius bersama barang rampasan lainnya ke lembah kematian.Malam itu Asius terkurung di dalam jeruji dengan tangan dibelenggu diangkut menggunakan kereta kuda menempuh jalanan berpasir. Asius mengamati keadaan sekitar jalan yang dia lewati, sepanjang perjalanan hanya hamparan pasir yang terlihat tak ada satupun tumbuhan yang hidup di tempat itu."Pantas mereka merampok, disini sama sekali tak ada sumber makanan" Gumam Asius dalam hatinyaSatu malam satu hari mereka telah berjalan, namun asius tidak kunjung bisa melihat markas para perampok ini bahkan Asius ragu mereka tinggal di tempat ini, tempat tidak ada satupun manusia bisa bertahan di tempat yang tandus gersang serta panas seperti ini. Namun tidak berselang lama Asius melihat sebuah gerbang, gerbang desa yang disamping kiri kanannya telah berjejer Ribuan kaum wanita.Wanita wanita itu merupakan para istri yang sedang menunggu suaminya pulang dari medang pertempuran, mereka sama sama meneriakkan satu nama  "Lio... Lio.. Lio.." Mereka sangat gembira menyambut keberhasilan Isyana membawa pulang harta rampasan dan juga membawa kembali suami suami mereka dengan selamat.  Setibanya di pusat desa, harta rampasan serta bahan makanan dikumpulkan lalu dibagikan dengan rata kepada seluruh penduduk desa, pembagian dilakukan oleh seorang kepala desa bernama Sir Dexian, ayah  angkat Lio Isyana. Semua barang rampasan telah dibagikan kecuali satu, Asius yang masih tersisa."Husus yang ini punya isyana" Ucap isyana kepada ayahnya.Sir Dexian menatap tajam kearah Asius, "Sepertinya dia tidak asing bagiku" kata sir dexian kepada putri angkatnya itu."Dia barang mahal, dia seorang pemimpin pasukan. Tapi sekarang dia akan menjadi budakku, dia yang akan memandikanku dan juga menemani tidurku" kata isyana pada sang ayah.  "Dia sepertinya bukan orang sembarangan, dia berbahaya dijadikan budak, dia akan membunuhmu dalam sekejap""Tidak ayah, dia tidaka akan berani macam macam kepadaku, sebelum dia berniat untuk membunuhku dialah yang akan kehilangan kepalanya dengan pedangku"Akhirnya Isyanapun membawa Asius sebagai budaknya yang akan melayaninya dan mentaati perintah apapun darinya.Namun Sir Dexian merasakan hal lain dari Asius, Sir Dexian merasa antara dia dan Asius seperti ada sebuah ikatan, untuk membuktikan itu dia kerap kali memanggil Asius hanya untuk mengambilkannya air minum agar dia bisa dekat dengan Asius dan ternyata terbukti saat Asius berada di dekatnya seperti ada hubungan batin antara mereka berdua.Namun Isyana tak mau kalau Asius berlama lama dengan ayahnya, Isyana ingin dialah yang selalu berada di dekat Asius. Kadangkala mereka berebut hanya untuk bisa berlama lama dengan asius. Namun karena isyana merupakan putri satu satunya dan dialah yang mendapatkan Asius maka sang ayah berjanji tidak akan menjauhkan dia dari asius lagi.