Bab 25

Aku mulai dengan mengucapkan mantra, dan terbang tinggi, terbang menuju jalan kembali aku masuk atau jalan pulang, di perjalanan aku terbang bersama para ikan, dari yang kecil hingga yang besar. Semua terbang bersama ku, aku tak akan pernah melupakan kejadian ini. Aku telah sampai di tempat aku masuk, aku berbalik melihat tempat ini untuk terakhir kalinya, sedih bila kau Tanya aku. Tetapi karena sudah lama di sini aku kembali berrenang melewati lorong dan kembali ke permukaan, aku melihat keliling dan kembali ke tempat kami beristirahat terakhirkali, sesampainya di sana aku masih bisa mendengan suara aneh dari mereka bertiga, hebat sekali tahan 9 hari. Tetapi selai mereka api yang aku nyalakan untuk penerangn juga masih menyala, semua barang barang bahkan, tanaman masih sama saat terakhir aku lihat, apa mungkin saat masuk ke gua itu, waktu di sini terhenti jadi mau berapa lama pun aku di sana tidak akan ada yang terjadi.

 Karena sudah lelah aku tidur saja, hingga aku di bangunkan oleh pangeran dan yang lain mereka bilang mau melanjutkan perjalanan menjari potongan pedang. Setelah membereskan barang barang, kami masuk semakin dalam dan kami pun sampai di sebuah, pemukiman seprtinya di sini tempat tinggal pare peri hutan. Saat kam itiba di san akami dapat melihat semua peri hutan, tidak seperti yang pernah aku lihat, preri di sini tidak memiliki sayap, badannya tinggi besar, tetapi kurus seperti kelaparan. Satu dari mereka datang ke hadapan kami, dia langsung menyambut kami dan mengajak kami untuk masuk ke dalam, berbeda dari mereka semua salah satu peri ini memiliki tanduk seperti rusa juga membawa tongkat, dan aku dapat melihat dia memakai sebuh kalung emas dengan Kristal merah di tengahnnya. Dia tak banyak berbasa basi, kami langsung saja dibawa ke sebuah rumah yang paling besar ddan mewah di sana.

 Di dalam kami dapat melihat ada sebuah meja yang sangat panjang penuh dengan makanan, kami kira mereka sedang kelaparan karena badan mereka sangat kurus, ternyata mereka tidak sedang dalam kesulitan sama sekali. Kami di persilahkan untuk memakan makanan yang sudah mereka siapkan. Pangeran tak mau ambil pusing dia langsung duduk dan makan yang ada di sana, kami terkejut tetapi kami juga tetap ikut makan karena kami melihat bahwa sang pangeran makan dengan sangat lahap, kami pun yakin tak ada racun di dalam makanannya. Sang pangeran makan dengan sangat rakus ia tak berhenti makan, padahal mulutnya sudah sangat penuh. Sebearnya kami mulai hawatir karena ia sudah seperti babi, tidak mau berhenti, selalu mereasa kurang, tak pernah kenyang.

 Sang pangeran pun berhenti saat semua makanan di meja telah habis, Sang peri yang mengantarkan kami pun, baru memperkenalkan dirinya, namanya Smir. Dia memberi kami kamar untuk kami tempati, kami pun mengiyakannya kamar kami pun terpisah pisah, kebetulan sebelum pergi ke kamar kami masing masing, Smir membawa kami ke ruang hartannya dia menyuruh kami untuk melempar dadu, dan siapa pun yang mendapat angka paling besar akan mendapatkan setengah hartannya. Kamipun menurutinya dan Salasis lah yang mendapat angka yang paling besar, sudah jelas dia yang mendapat hartannya, setelah mendapatkannya salasis berubah menjadi sombong, ia terus saja memamerkan hartannya.