Dipagi hari Celsi memasang dasi di depan cermin kamarnya.
"Hmm?"
Celsi mengingat mimpinya yang kemarin bertemu dengan Chelya.
Dia menjadi murung dan lesu.
"Semoga, Tidak sekelas dengan wanita itu."
Beberapa saat. Celsi duduk di sofa dan makan di depan TV, sambil menonton Kamen rider decade.
Tiba-tiba TV mati.
"Kau ini sudah besar. Kenapa menonton film kayak gituan. Cepat habiskan makananmu, lalu berangkat ke sekolah."
Celsi langsung buru-buru memakannya.
Di suapan yang terakhir dia menelannya namun ia tersedak.
Rika mengambilkannya sebuah minuman.
Meminumnya:
Lega:
"Pelan-pelan makanya."
"Tadi nyuruh cepat."
"Yasudah pasang sepatumu dan berangkatlah."
Celsi mengambil sendalnya dan langsung berteleport ke depan pintu sekolah.
"Kebiasaan banget."
Celsi sampai di depan sekolah dengan teleportnya. Dia pun berjalan untuk memasukki kelasnya.
"Yo."
Celsi Kebingungan.
"Apaan barusan?"
"Ini telepati."
"Chelya?apaan ini maksudnya?"
"Aku akan membantumu untuk menunjukkan jalan ke kelasmu, karena aku tau kamu tidak tau dimana kelasmu."
"Ehh.... Bagaimana kau tau?"
"Entahlah."
"Kau...."
"Sudah cukup bicaranya sekarang pergilah ke sumber aura ini."
"Aura?"
Tiba-tiba Celsi merasakan aura yang sangat besar dan sangat dahsyat, yang menyelimuti seluruh bumi. Berasal di dalam sekolah. Orang-orang sekitar berjatuhan dan semua mahkluk hidup di bumi berjatuhan.
Ketakutan.
"A-a-apa yang terjadi?"
Celsi pergi dan mengecek kondisi seseorang murid di sampingnya. Yang terkena aura tadi.
Memegang tangannya dan nge-cek denyut nadinya. Nadinya tidak berdenyut.
"M-ma-mati?"
Pergi ke murid yang lain untuk memastikannya.
Menaruh jari telunjuknya dibawah hidungnya. Dia tidak bernafas.
Celsi semakin ketakutan. Mengingat bahwa Chelya mengatakan "pergilah ke sumber aura ini" , Dia pun berlari, menuju ke sumber aura tersebut.
Banyak sekali siswa-siswi yang tergeletak.
"Apa apaan ini maksudnya. Kenapa semua orang mati karena aura ini saja?"
Setelah lama berlari. Celsi hampir sampai dimana aura itu berasal. Pergi ke kelas 1B. Setelah sampai dia melihat Chelya dan orang-orang dikelasnya bergeletakan.
"Yo."
Dengan santainya duduk di kursi seperti tanpa ada masalah apapun.
"Sudah sampai?"
"Kenapa dengan orang-orang ini? Lagian kenapa kau begitu santai sekali?"
"Aku hanya sedikit membocorkan aura ku saja untuk menunjukkan kelasmu dimana."
"Sedikit? Auramu saja Sampai membunuh seluruh orang di sekolah ini! "
"Benarkah? Perasaan auraku menyelimuti bumi."
Celsi merasa syok. (Apasih namanya)
"Lupakan saja. Ingatlah, bahwa ini adalah kelasmu."
Chelya menjentikkan jari. Seluruh Dunia pun mengalami pengulangan waktu. Pengulangan waktu yang singkat. Jika di hitung maka kecepatannya hanya 2detik Untuk mengulang dunia.
Celsi tiba di titik awal dimana dia berteleport ke sekolah.
Celsi terkejut.
Melihat kiri dan kanan, Semuanya kembali seperti semula.
"Ap-apa yang terjadi tadi?"
"Aku hanya mengulang waktu."
"Telepati."
"Kau mengingatnya? Memang hebat Diriku."
"Diriku?"
"Cukup-cukup. Sekarang pergilah ke kelasmu. Aku tau kamu mengingat semuanya."
"....."
Celsi pun berjalan menuju untuk menuju ke kelasnya. Dia sedikit kesal karena perbuatan Chelya yang keterlaluan.
"Andai aku lebih kuat darinya..."
"Apa kau kesal padaku?"
"Kenapa kau tidak memutuskan telepati nya?"
"Yah,maaf. Aku tidak bermaksud untuk menguping pembicaraanmu.
"Terserah saja."
"Kau marah denganku?"
"Tidak."
"Jahat banget."
"Diamlah."
"Aaaa.... Bagaimana aku menghancurkan dunia ini saja, karena... Aku tidak memiliki seseorang untuk dicintai."
Celsi mendengar itu langsung terdiam dan melihat ke atas.
"Wah... Apakah kau masih ingat?"
"Darimana kamu tau?"
"Hmm ... Aku tau dari diriku sendiri. Mana mungkin aku tidak mengetahuinya. Yah walau kamu bukan diriku juga aku akan tetap tau. Karena...—"
"Aku Adalah Tuhan"
Celsi tertawa di tengah-tengah kerumunan siswa. Mereka melihat celsi dengan aneh. Mengira jika dia adalah orang gila yang tersesat.
"Tuhan? Lolicon apa itu? Cuma pengakuan? Apa cuma kamu merasa paling kuat? Hei, kau jangan berbicara seperti itu. Aku ingin muntah mendengarnya."
"Benarkah?"
"Benar. Kamu hanyalah sebuah sampah yang menyebut dirinya sebagai tuhan."
"Hmm?.... Cepatlah pergi ke kelas. Bel sudah berbunyi. Bahasnya nanti saja."
"A— ...."
Celsi melanjutkan perjalanan menuju ke kelasnya. Setelah sampai, orang-orang dikelas memandang Celsi dengan keaneha.
"Apa apaan kelas ini? Yah, lupakanlah."
Berjalan mengabaikan mereka. Duduk di paling belakang, didekat jendela, dan melihat ke jendela.
"Untung saja gurunya belum ada."
"Yo."
Celsi dengan ekspresi datar melihat ke Chelya disampingn kanannya.
Celsi membiarkannya, Namun Chelya menganggunya.
"Kamu marah denganku ya? Baiklah kalau begitu."
"Buat apa coba aku marah denganmu? Aku hanya ingin diam sejenak."
"Benarkah begitu?"
"..." Celsi hanya diam dan melihat ke jendela.
Tepukan tangan dari depan. Seorang guru yang cantik dan menawan. Berambut coklat pendek, dan bermata hitam. Menyuruh untuk semuanya duduk di tempat masing-masing dan diamlah sejenak.
"Baik, Nama ibu adalah yunia. Dan sekaligus wali kelas kalian. Jadi mohon bantuannya. Sekarang, perkenalkan nama kalian."
1 kelas berjumlah 29, 1 orang tidak turun. Mereka memperkenalkan dirinya masing-masing.
"Selanjutnya."
Seorang lelaki yang berbadan lesu, terlihat seperti orang pengocok handal. Berambut warna hitam yang berantakan dan bermata coklat.
"Salam kenal semua, namaku Shin Kagawa dari jepang salam kenal semuanya...." Suara yang penuh kelesuan.
"Apaan dia itu?"
Celsi penasaran.
"Simpelnya, dia ingin menghidupkan seseorang yang ia sayangi, dengan tumbal roh kedua orangtuanya, lalu dia dihianati dengan malaika—
"Selanjutnya!!!"
"Ah, maafkan saya. Aku adalah Lya. Hehehehe....."
"Pftt... Kamu baru saja hari pertama masuk sekolah. Sudah bikin masalah. Dasar..."
"Ribut." Pipi nya memerah.
"Semuanya salam kenal, aku adalah Furudo Celsi. Hanya manusia biasa yang lewat."
Bell berbunyi semua orang keluar dari kelas namun Shin tidak. Shin kemudian ingin tidur di kelas.
Celsi melihat Shin. Dengan kasihan, berharap semoga dia mau berteman dengannya. Celsi pergi ke Shin
Menyapanya namun dia tidak merespon nya. Celsi menanyakannya kepadanya kenapa dia begitu, dia tidak meresponnya.
Celsi mendorong-dorong Shin agar bangun, namun dia tertidur pulas.
"Apa-apaan dia ini."
"Mau apa denganku?" Shin membuka matanya sedikit.
"Bisakah kita berbicara sebentar?"
"Nanti saja. Aku mau melanjutkan khayalanku....—menutup matanya lalu tidur.
"Merepotkan sekali dirimu."
Tiba-tiba Celsi ingin kencing.
"Apa-apaan ini?"
Dia keluar dan berlari mencari toilet. Tidak menemukannya, namun menemukan seorang pak guru. Menanyakan Toilet dimana, guru itu menjawab dari pertanyaan tersebut.
"Tinggal belok sebelah kiri dan terus sa—"
"Terimakasih Pak!" Celsi langsung berlari.
menemukan nya, Masuk kedalamnya, Dan membuang air kencingnya.
"Ahh.... lega banget cuy."
Setelah keluar dari toilet, dia berada di kota.
"Ahh.... Baiklah saatnya gwej kemba— eh?"
Ramai sekali iblis-iblis disini, tentu saja disini juga ada manusia dan hewan setengah manusia.
"Selamat datang. Di cig city." Seekor burung hantu mengucapkannya.
"Eh burung bisa bicara?"
Melihat ke sisi lain juga melihat seekor harimau keluar dari supermarket membawa daging di kreseknya.
"Apa-apaan ini?"
Celsi berjalan-jalan di sekitarnya untuk mencari informasi, pikiran penuh dengan kebingungan.
"Aduh."
Celsi melihat anak kecil yang bertelinga kucing, memiliki ekor panjang, dan berambut biru panjang itu menabrak manusia. Di gang yang sepi dan sempit
"Maafkan aku tuan. Aku sedang terburu-buru."
"Apa? Keluarlah kalian."
Dia memanggil anak buahnya yang memiliki jumlah 9.
"Hei kau kucing jelata—" dia mencekiknya.
Anak itu mencoba untuk melepaskan cekikikan nya.
Dia Lalu melemparkannya.
"Kyahhh."
Manusia itu menarik rambut anak(sikucing) itu dan anak buahnya menijak-nijaknya.
"Siapapun—tolong....aku..."
Celsi mendengar itu langsung berjalan ke arah mereka.
"Saatnya sang bintang untuk meraksi."
Mereka terus menijak dan menarik-narik rambut, telinga, dan ekornya.
Mereka menyiksanya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kalian."
Mereka berhenti dan menoleh ke suara Celsi. Anak itu nampaknya sudah tidak berdaya lagi.
"Apa maumu?"
"Kembalikan kucingku tolong..." Dengan suara lembut.
"Kucing? Ah dia... Dia sudah mati karena kami menyiksanya."
"Benarkah begitu?"
"Benar. Kami menyiksanya dan menarik Ekor, juga telinganya."
"Baiklah kalau begitu."
Celsi tiba-tiba di depan bossnya. Bossnya itu terkejut karena tidak menyadarinya.
"Kau bukanlah manusia maupun hewan. Kau hanya produk gagal dari Tuhan."
Celsi mengatakannya dengan gaya yang keren. Dia cuma bergaya saja.
"Apa ka—
Bossnya terpental jauh Sampai 4 perumahan yang tembus karena tendangan Celsi berikan.
Menghela nafas.
"Merepotkan sekali."
Anak buahnya pun ketakutan.
"Ka-ka-kau dasar iblis!"
"Iblis? Hmph... Kalian salah. Aku hanya manusia biasa yang numpang lewat. Ingat itu."
Semuanya melemparkan bola api dan bola cahaya yang untuk menghalau mereka untuk kabur dari situ.
"Sekarang waktunya."
Mereka berlari dan tertawa karena mengira Celsi itu lemah.
Celsi hanya tercingir dan memotong-motong bola-bola itu dengan katana berbilah hitamnya.
Celsi berteleport di depan mereka semua. Mereka semua terkejut ketakutan.
"Bagaimana bisa?"
"Cukup pertanyaannya."
Celsi langsung memotong kepala rekannya sebagai tanggung jawabnya.
Kepala itu terjatuh dan memegang rambutnya.
Mereka semua tetakutan dengan kesadisan Celsi. Meraka langsung berlari ke arah lain, namun, Celsi dengan kecepatan yang cahaya langsung di depan mereka lagi.
Celsi membakar kepala tadi, lalu melemparkannya ke mereka.
Celsi langsung berteleport ke kucing itu dan membawanya pergi.
Mereka yang mengenai kepala itu langsung meledak sesaat Dan tidak menyisakan apapun.
Celsi membawanya pergi keluar kota.