Mandau yang hilang

Di suatu tempat yang cerah, .... ditutupi oleh sebuah bola api besar yang mungkin besarnya lebih dari matahari, Mengarah pada Celsi. Dengan katana yang diberikan oleh Chelya di tangan kirinya sambil mencekik pinggang dengan tangan kanannya.

Ia mengayunkannya seolah-olah itu akan terbelah dua tapi itu hanyalah halusinasinya, Bola api itu tidak terbelah atau tidak terjadi apa apa padanya, Bola api itu semakin dekat pada dirinya, semakin takut dan semakin panik bola api itu mendekati nya.

Ia terus mengayun ayunkan katana nya, hasilnya tetap sama padanya.

"Huh.... Kurasa aku akan mati lagi..."

Ia tertimpa oleh bola api besar. Menggetarkan tempat tersebut karenanya, kemudian begitu dalam lubang besar yang dibuatnya dengan retakan tanah yang dialiri api di sepanjang lubang tersebut.

Perempuan pendek dengan rambut panjang berwarna biru baja dan mata ungu tanpa emosi. Berpakaian baju putih polos, berpayudara kecil, dengan rok hitam pendek, kaus kaki putih dan sepatu Mary Jane hitam.

Ia mendarat di pinggiran lubang, sekali jentikan jarinya, lubang tersebut kembali menjadi tanah yang datar semula.

"Kau berbohong lagi dengan ku ya.—

— kupu-kupu kecilku."

Celsi didepannya sambil menundukkan kepalanya kebawah.

"Bukan begitu kakak Rika, yang ku ceritakan itu beneran terjadi. aku membelah bola api besar dengan sekali tebasanku saja."

Ia berjalan ke pohon yang ada dibelakangnya.

"Ntah kenapa, aku sedikit benci untuk bertemu dengan dirinya."

Dengan peluh yang Menetes ke pipinya sambil melihat rika berjalan.

"Dia sangat kejam. Bahkan seperti tidak punya belas kasih jika mengajariku tentang apapun di dunia ini. Dunia yang abstrak, dunia yang tidak terikat oleh waktu. betul. aku heran dia tetap bisa menghentikan waktu walau dunia ini tidak terikat dengan waktu dan aku juga heran dengan pohon-pohon disini. Hanya terlihat seperti pohon biasa tapi kerasnya seperti semen. Berbeda dengan didunia yang sebenarnya.──── tapi aku merasa kagum dengannya, bisa membuat dunia sendiri,── ini lah dunianya. "Dunia tidak memiliki ujung dan batas."

Rika duduk di bawah pohon sambil menepuk-nepuk pahanya.

"Karena kamu telah berani menantang ku, jadi, mungkin kamu pantas mendapatkan ini."

Melihatnya dengan cepat Celsi menghampirinya dan ia tidur mengarah kesamping dipanggu an Rika, sambil mengelus-elus rambut Celsi, perlahan matanya kembali memiliki emosi dan rambutnya berubah warna menjadi biru seperti semula.

"Dasar. Kamu padahal sudah 15 tahun, masih aja manja kayak anak kecil."

"Maaf, kalau aku begini."

"Tidak... Teruslah begini, karena aku telah mengenal dirimu yang seperti ini."

Celsi sedikit mengingat dirinya dulu.

12tahun yang lalu, disaat usianya 3tahun ia dibuang oleh ibunya ditempat sampah, lalu ia berkelana sendirian dengan lapar dan haus mengikutinya, di ambang batasnya ia bertemu dengan Rika dengan penampilan yang sama pada saat itu.

"Bawa... A... Ku... Ke... Rumahmu..."

Celsi terpingsan karena sudah telah mencapai batasnya. Kemudian ia terbangun, merasakan seperti sedang di elus-elus, menghirup aroma yang wangi.

"Harum sekali..."

Ia terbangun dari tidurnya dan terkejut. Perempuan yang dia temui kini di depannya.

"Ka-kamu..."

"Benar. Aku adalah kakakmu. Furudo Rika."

Menunjuk Celsi.

"Dan kau adalah adikku sekarang."

Celsi heran dengannya, menurunkan tangannya.

"Namamu siapa?"

Dengan gugup mengatakan namanya.

"C-ce-celsi."

Kemudian setelah mendengarnya Rika menepuk pahanya, Celsi pun berbaring lagi dan dia mengelus-elus lagi.

"Tenang saja. Aku akan selalu berada disampingmu dan terus menemanimu."

Mata Celsi melebar.

"Furudo Celsi."

────────────────────────

"Kak."

Rika berhenti mengusap.

"Kenapa kamu menjadikanku sebagai adikmu?"

Rika melihat ke samping, daun-daun yang berterbangan.

"Ntahlah. Tapi..."

"Tapi?"

"Aku merasa... Aku butuh adik untuk menikmati kehidupan sehari-hari. Setiap kali aku pergi pasar, mall, taman, bahkan berjalan untuk pulang ke rumah. Aku terus melihat dan melihat kakak adik bermain bersama, makan bersama, dan pulang bersama-sama. Aku semakin iri dengan itu."

Mereka berdua berdiri, rika membuat portal yang menuju ke ruang tamu.

"Makanya aku butuh seorang adik seperti dirimu."

"...."

Rika memegang tangan Celsi.

"Ayo pulang. Kurumi pasti sudah bangun."

Mereka berdua bergandeng tangan dan masuk ke portal, sampai ke ruang tamu.

Celsi melepas tangannya.

"Tunggu... Bagaimana kamu kenal dengan Kurumi?"

"Ahh.... Aku lupa memberitahumu.───Saat pulang kemarin malam, Waktu itu aku mau menyuci bajuku yang harus dipakai hari ini, saat aku menaruh bajunya ke mesin cuci, aku merasakan ada sesuatu di celanamu. aku menjemput kotak kecil dari celanamu dan merasakan ada mahkluk didalamnya─"

"─terus... Aku melepaskannya dengan < rodn > .

"Rodn?"

"Benar, Rodn itu sama halnya seperti menculik seseorang."

"...."

Ayam berkokok dan matahari mulai muncul.

"Mandi sana, sekolah kamu."

7.15 pagi. Bel berbunyi, Celsi yang baru saja sampai dari sekolah menaruh tasnya dan duduk sambil membuang napas pendek, Chelya disampingnya sambil menatapinya dengan senyuman.

"Ohayoo Celsi-Chan."

Menghela nafas.

"Kamu... Tidak perlu seperti orang Jepang."

"Ehh... Kamu tau?"

"Kamu nanyak?"

"Hmph."

Chelya memalingkan wajahnya.

"..."

Guru mengetuk-ngetuk papan tulis dengan spidol.

"Baiklah semua. Buka catatan matematika kalian sekarang, ibu akan memulainya."

Menghela nafas panjang.......

Saat ibu guru ingin menuliskan ia terganggu oleh helaan itu, memutar balikkan badannya.

"Siapa yang mengeluarkan suara itu tadi?"

Dengan kemalasannya Celsi dengan tololnya mengangkatkan tangannya.

"Saya buk!"

"Jika tidak menyukainya, maka pergilah."

Celsi berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari kelas. menutup pintu.

"Dia keluar betulan!"

"Baiklah semuanya, catatan lah apa yang ibu tulis di papan, kita akan membahas persamaan kuadrat."

Celsi membeli pop es rasa taro di kantin, saat ia meminumnya.

"Yo."

Zer'o duduk di kursi tempat makan di kantin dengan kupu-kupu hitam merahnya. Celsi Berhenti meminum.

"Duduk dulu, baru aku cerita."

Celsi duduk di kursi, berhadapan Antara duanya.

"Then? Apa yang kamu ingin bicarakan?"

"Tentang kumpulan orang bertopeng monyet."

"Telepati? Sejak kapan kau mempelajarinya?"

"Dari dulu, cuma aku baru pertama kali mencobanya. Langsung saja. Malam kemarin mereka mencuri mendau emas sakti di museum Mulawarman."

"Tu-tunggu! Mendau emas sakti yang dimiliki oleh leluhur kerajaan Aji Sulaiman?"

"Benar. Aku tidak tau apa tujuan mereka, tapi yang pasti mereka mencurinya dari museum."

"Sebentar. Perasaan, mereka sudahku bantai, 2hari yang lalu. Mereka menculikku saat aku bersama Chelya dimalam hari."

"...."

"Tapi... Bukankah penjagaan disana sangat ketat, kacanya saja anti sihir dan anti pecah, cctv-nya juga disana sangat banyak jadi mustahil untuk mencurinya. Bahkan diriku saja mustahil untuk mencurinya."

"Ditambah lagi, Di mendau tersebut tertanam kutukan yang mematikan. Tidak sembarang orang yang bisa memegang."

"Gawat banget ini..."

Zer'o dan Celsi mengeluarkan sedikit peluh di dahi mereka.

"Selanjutnya mereka akan pergi ke RSUD Aji Muhammad Parikesit di Samarinda."

"Chelya? Bagaimana mana kau bisa disini? Dan kau menguping pembicaraan kami?"

"Pertanyaanmu tidak penting. Pokoknya, kita harus pergi ke Samarinda untuk mencegah Mereka membangkitkan Lembuswana." Kata Chelya.

"Ternyata begitu. Mereka ingin membangkitkan kembali hewan kuno." Kata Zer'o.

"Lalu? Apa hubungannya dengan rumah sakit Parikesit? Bukankah disana hanya rumah sakit?" Kata Celsi.

"Memang betul hanya rumah sakit biasa. Tapi ada tempat rahasia di bawahnya. Tempat para penduduk untuk berlindung dari bentrok kerajaan lain pada masanya." Kata Zer'o.

"Waktu perdamaian tercapai. Sang raja membuat tempat itu menjadi tempat Lembuswana tinggal. Saat sang raja meninggal, ia juga ikut meniggalkan karena kehidupannya terikat oleh penguna mendau emas sakti tersebut." Kata Chelya.

"Ingfo diterima. Kalau begitu, Ayo kita pergi ke Samarinda." Kata Celsi.

Chelya membuat portal yang menuju ke samping sekolah.

"Ayo." Kata Chelya

Mereka masuk ke portal dan Sampai gang sepi, bersebelahan dengan sekolah.

"Tolol Chelya. Kenapa tidak langsung saja buka portal yang langsung menuju ke Samarinda!?" Kata Celsi.

"Aku tidak suka hal instan seperti itu. Karena itu membosankan." Kata Chelya.

"Aku setuju dengan pacarmu. Itu membosankan." Kata Zer'o.

"Dia bukan pacarku!" Kata Celsi.

"Benarkah begitu? Tadi kamu bilang, kamu berduaan malam-malam bersamanya." Kata Zer'o sambil terkekeh-kekeh.

Suara gass-an motor membuat pertengkaran mereka berhenti dan Mereka melirik pada suara motor tersebut. Motor Trail hitam yang Chelya duduki.

"Kalian berdua sungguh bodohnya. Ayo cepat pergi tidak perlu banyak bacot lagi."

Tiba-tiba motor trail warna biru di depan Celsi, juga motor trail warna merah didepan Zer'o.

"Pakailah itu." Kata Chelya.

Setelah itu Chelya duluan meninggalkan mereka. Celsi dan Zer'o naik pada motor tersebut lalu menyalakan mesinnya.

"P, balapan dek?" Kata Celsi.

"Gassss!!!" Kata Zer'o.

Dengan begitu mereka mengegassnya, dengan cepat mereka menyelip diantara motor, truk, mobil lainnya dijalan raya. Ibu-ibu dengan bermotor santai tiba tiba diselip oleh Celsi dan Zer'o. Hembusan angin mereka membuat ibu-ibu hampir jatuh dari Motor.

"Cimeknya kanak ni!"

Nyelip Motor, nyelip mobil dan terus menerus menyelip-nyelip tanpa henti, Begitu kencangnya motor yang dikendarai oleh Mereka.

Sampai pada jalan sepi, mereka masih berkebut kebutan.

"Oi Zer'o!"

"Hahh??"

" Rp.200.000 Yo? Yang sampai duluan disana."

"Yo."

Jalan yang lurus membuat mereka semakin meningkat kecepatan motor Mereka. Sampai bertemu dengan Chelya di depannya. Saat ingin kedua menyelip Chelya, ban Celsi meletus, juga motor Zer'o lepas kendali.

Mereka loncat dari motor, terguling-guling mereka karena terlalu tinggi kecepatan mereka berkendara. Saat Motor mereka berdua ingin tabrakan satu sama lain di depan Chelya. Detik-detik ingin bertabrakan, Chelya melompat dari motor tersebut, berputar balik dan mendarat dengan mulus. Motor mereka bertiga bertabrakan, meledak, dan terbakar ditempat.

Zer'o dan Celsi berhenti terguling dan mereka tiba bawah kaki Chelya.

"Aku menang!!" Kata Celsi.

Mereka berdua tertawa, tak lama kemudian keduanya di cubit telinga nya oleh Chelya, sampai mereka berdiri.

"Et-at-at-at." Kata Celsi.

"Lihatlah kelakuan kalian berdua membuat jalan bertutup akibat yu berdua" kata Chelya.

Chelya melepaskan cubitannya.

Disisi lain, disekolah Chelya dan Celsi ada dikelasnya. Yang sedang mengerjakan tugas matematika dikelasnya. Ini semua berkat Chelya yang melakukan segalanya, saat Celsi keluar dari kelas, ia melepaskan 2 ekor kupu-kupunya yang keluar dari roknya. Satu keluar lewat jendela, pergi mengikuti Celsi ke kantin dan satunya keluar lewat bawah pintu kelas, berubah menjadi Celsi.

Chelya yang di kelas hanyalah kloningan dirinya, Celsi dikelas hanya penyamaran yang dibuat oleh Chelya. Bel istirahat berbunyi. Semua murid keluar dan berbelanja dikantin, sementara Shin yang berjalan ke belakang kelas kosong, dengan hembusan angin kecil, datanglah sang Shin yang elegan duduk di atas meja dengan kaki menyilang, dan mengisap rokok.

"Baiklah diriku, sekarang kau pergilah ke dunia bawah . Kau akan aman disana." Kata Shin yang kull.

Tangan-tangan bermunculan di bawah Shin lesu, dengan cepat merangkul, menangkap, dan menelannya. Shin kull mengisap rokoknya lalu menghembuskannya.

"Baiklah, saatnya pergi."

Shin berteleport, berdiri di atas api yang membakar motor trail mereka.

"Selamat pagi, Celsi." Kata Shin.

Mereka memperhatikan asal Suara itu. Makhluk yang tidak jelas bentuknya muncul lagi di hadapan mereka. Ia berdiri di atas api.

"S?! Bagaimana caramu ke bumi?"

"Ntahlah. Berpindah dunia ke dunia lain hanyalah mainanku, jadi tidak ada alasannya lagi, Aku bisa kemari." Kata Shin.

Celsi mengigit giginya. Chelya dengan tatapan datarnya, melihat wujud S yang sebenarnya, tapi ia hanya diam sambil melihat padanya.

"Lalu, apa membuatmu kemari?" Kata Zer'o.

"Aku kemari hanya ingin menyapa kalian." Kata Shin.

< Rodn > adalah sihir penculik.

Celsi dengan cepat berpindah tempat ke gurun pasir yang luas dan datar.

"Sudah cukup bermain-mainnya. Aku sedang terburu-buru, aku tidak punya waktu untuk meladenimu."

Celsi ingin mengunakan teleportnya tapi tidak berfungsi.

"Sial. Sepertinya aku jauh dari bumi. Makhluk kontol."

Celsi berjalan dengan keadaan pasir yang berhembus.

"Sihir apaan tadi itu! cih... Tujuanmu apa untuk datang kemari?" Zer'o.

Menghisap, mengembuskannya.

"Untuk mencari hiburan." Shin.

Zer'o dengan cepat menerjang dan meneriakkan nama < Soalf > , mendaratkan serangan pada Shin, tetapi tubuh yang abstrak itu tidak berpengaruh padanya. Melihatnya Zer'o berteleport kembali ketempat awal dan menghilang < Soalf > miliknya.

"Cih." Zer'o.

Shin menepukkan tangannya.

"Senjata yang bagus!" Shin.

"Zer'o, temukan keberadaan Celsi sekarang juga. kita membutuhkan katana bilah hitam miliknya. Karena itu adalah cara supaya kita bisa berinteraksi padanya. Shin adalah mahkluk abstrak, kita tidak bisa berinteraksi padanya karena dia tercipta dari konsep takdir." Chelya.

"Takdir?" Zer'o.

"Benar. Karena ia mempunyai Zirant takdir. ." Chelya.

"Lalu? Apa hubungannya dengan katana bilah hitam milik Celsi?" Zer'o.

"Karena dengan itu, dia bisa menghapus konsep tersebut." Chelya.

"Membosankan." Shin.

Shin membuang rokoknya, dengan cepat ia ke samping Chelya, menendang Chelya, Chelya menangkis dengan mudah menggunakan tangannya, akibat serangan dan tangkisan tadi membuat sebagian jalanan retak dan berbekas karena hembusan angin yang kencang.

Mereka loncat mundur.

"Dia cepat sekali. Mata manusia biasa aja mungkin tidak akan bisa meresponnya. karena itu terlalu cepat bagi manusia." Chelya.

"Wanita yang menarik." Shin.

"Pergilah! Aku akan menahan dirinya." Chelya.

"Onghey." Zer'o.

Ia kemudian menjadi kupu-kupu hitam merah dan pergi meninggalkan Shin dan Chelya yang berada di tengah jalan tersebut.

"Namamu?"

"Lya. Begitu ya cara adat orang Jepang?"

"Aku juga tidak tau. Mungkin karena kebiasaan."

Shin mengambil sebatang rokok di kantongnya, melemparnya, ia terbakar kemudian membentuk pedang dengan panjangnya mencapai 2 meter.

Setelah pembentukan selesai, api nya menjadi redup. Shin memegangnya dan menghempaskan asap yang masih sedikit tersisa.

Pedang yang panjang dan berat, bilahnya berwarna putih asap rokok dan berujung yang lancip.

Melihatnya Chelya terkejut.

"Tidak mungkin, pedang sepanjang itu bisa dipegang dengan satu tangan?── pura-pura terkejut aja, Biar kelihatan lemah."

Memamerkannya, diujungnya seperti terbakar.

"Sambil menunggu. Bagaimana kita bermain-main terlebih dahulu."

"Aku tidak punya pilihan lain, ..."

Kupu-kupu biru hitam bercahaya berkumpul di punggung Chelya, dan sebuah pedang katana muncul di sana.

"Sebagai karakter tambahan. Aku harus menjalani alur yang sepatutnya."

Perlahan, .... dia menariknya keluar.

Katana berbilah hitam kebiruan, berayun sekali, meninggalkan jejak kupu-kupu biru hitam bercahaya yang tersisa, dan sekali lagi, meninggalkan partikel-partikel hitam yang bercahaya biru.

"Baiklah. Mari bermain sebentar."

Angin yang berhembusan.

Bertarungan antara Chelya dan Shin Kagawa.