Tidak Sengaja Menyelamatkan Kota Bawah Tanah

Storm sudah tiba dikota bawah tanah dan sudah menduga jika sudah banyak monster yang mengamuk menyerang penduduk kota yang tersisa. Tak membuang banyak waktu Storm langsung berlari menyelamatkan orang orang yang meminta tolong.

"Kak aku bagaimana?... "Jessica berteriak kepada Storm yang mulai berlari meninggalkannya.

"Ambil senjata yang kakak bawa tadi!...

"Tembak monster yang ingin menyerang!... "Setelah memberi tahu Storm mengubah tangan kakannya menjadi pedang tajam lalu menghampiri monster monster didepannya.

"Mati kau monster pengganggu, "Storm menebas satu persatu monster dengan mudahnya tanpa kesulitan.

"Buckk, "Banyak monster yang tumbang terkena serangan Storm.

Tentara militer dan komandan mereka tercengang dengan kebrutalan Storm yang membantai banyak monster. Mereka geleng geleng kepala apa dengan Storm yang bisa mengalahkan banyak monster dalam beberapa menit saja.

"Lihatlah pemuda itu, "Komandan mereka menunjuk Storm yang sedang bertarung dengan monster.

"Pemuda itu kuat sekali!...

"Dia bahkan mengalahkan banyak monster sendirian sedangkan kita kesulitan menemukan titik lemahnya, "Semua tentara yang sibuk mengevakuasi penduduk menonton Storm.

"Semangat anak muda, "Semua penduduk memberi semangat dengan Storm karena mereka hanya mengharapkannya dan juga mereka semua tidak bisa bertarung seperti Storm.

"Dorrr, "Suara peluru keluar dari pistol yang ditembakkan Jessica.

"Kakak gimana sih!...

"Masa aku disuruh menembaki monster?... "Jessica terlihat cemberut dengan Storm yang menyuruhnya ikut bertarung padahal Jessica tidak tahu apa apa tentang pertarungan.

"Hahaha,

"Tambah lagi monsternya!... "Teriak Storm yang sibuk menebas setiap monster yang datang kearahnya.

"Pemuda ini benar benar gila!...

Semua yang menyaksikan Storm yang ingin menambah jumlah monster untuk melawannya bergidik ngeri. Meski begitu mereka menganggap Storm sebagai penyelamat mereka walau Storm tidak memperdulikan mereka sejak tadi dan sibuk bertarung saja.

"Permisi pak, bu,

"Apa saya bisa ikut disini?... "Jessica mendatangi kerumunan penduduk dan tentara yang berjaga.

"Silahkan kesana dik, "Salah satu tentara mengantarkan Jessica kearah kerumanan orang.

"Makasih pak, "Jessica penasaran apa yang ditonton mereka.

"Sama sama dik, "Jawab si tentara lalu kembali ketempatnya berjaga.

"Kak Storm, "Jessica ikut terkejut melihat Storm yang cuek disoraki penduduk yang diselamatkannya.

"Ada adek mengenal siapa pemuda itu?... "Salah satu penduduk bertanya kepadanya.

"Itu kakak saya paman!... "Jessica menjawab pertanyaan penduduk tadi.

"Kalau boleh tau kenapa kalian berdua bisa sampai kesini?... "Tanyanya lagi.

"Cuma kebetulan lewat saja paman, "Jessica mengatakan jika mereka berdua cuma lewat saja lalu mendengar keributan lalu kesini melihatnya.

"Cuih, membosankan, "Setelah menyapu bersih semua monster dengan bajunya dipenuhi darah monster yang dikalahkannya.

"Kemana Jessica pergi?... "Storm kebingungan tidak ada Jessica ditempat awal mereka berpisah tadi.

"Kak lilatlah!...

"Kakak menjadi penyelamat kota ini sebagai pahlawan bagi mereka kak, "Jessica berlari mendekati Storm.

"Hah pahlawan, "Storm tidak mau menjadi pahlawan dia lebih memilih sendiri saja daripada menjadi pahlawan lagian Storm kesini hanya untuk berlatih saja bukan menyelamatkan orang lain.

"Itu dia orangnya, "Semua penduduk yang diselamatkannya dan juga tentara berlarian kearah Storm.

"Gawat mereka pasti mengira aku berbuat macam macam dengan Jessica, "Storm langsung kabur dari kejaran orang orang sambil membawa Jessica.

"Hei berhenti kamu, "Teriak tentara yang mengejarnya diikuti penduduk dibelakangnya.

"Mampus aku, "Storm mempercepat larinya tidak ingin tertangkap dengan mereka.

"Kak kenapa kita tidak berhenti saja, "Jessica melihat Storm yang panik berlari cepat menghindari penduduk yang mengejarnya.

"Gimana ini,

"Aku akan ditangkap!... "Storm Tidak memperdulikan Jessica dan terus berlari takut dikira berbuat aneh aneh oleh penduduk.

"Kak Storm kenapa ya?... "Jessica bertanya tanya dalam hatinya sambil ikut berlari disamping Storm.

"Berhenti kau pemuda, "Tentara itu kembali berteriak menyuruh Storm berhenti.

Bukannya berhenti Storm malah semakin panik dan berlari secepat cepatnya tidak ingin dipenjara karena tuduhan yang tidak tidak. Storm berfikir jika dia berhenti pasti mereka akan menangkapnya tak mau itu terjadi Storm sekuat tenaga menghindari kejaran mereka yang semakin mendekat kearahnya.