Melarikan Diri

"Bukkk,

"Krakk, "Storm menahan tubuhnya dihajar habis habisan oleh temannya menggantikan Jessica agar tidak menyakitinya.

"Awas saja kalian, "Storm terbaring tak berdaya menatap tajam kearah mereka semua.

"Hahaha, kau hanya tidak lebih dari seorang pecundang, "Ferdi menginjak kepala Storm dengan kakinya.

"Kita apakan dia?... "Tatsuya yang daritadi diam saja mulai berbicara.

"Lihat baik baik Storm!... "Ferdi hendak menekan pistolnya kekepala Jessica yang ketakutan.

"Dorr, "Terdengar suara tembakan keluar dari pistol hendak membunuh Jessica.

"Aaargh, "Kaki Storm berdarah terkena tembakan melindungi Jessica dengan menendang pistol yang ditembakkan Ferdi.

"Karl alihkan perhatian mereka!...

"Aku akan membawa Jessica kabur dari sini!... "Storm menaikkan Jessica yang terkena bius dipunggungnya lalu berusaha berdiri dengan kaki berdarah.

"Baik tuan!...

"Serahkan pada saya!... "Karl menampakkan dirinya dihadapan mereka semua dengan wujud monster harimau raksasa.

"Whuarrh, "Karl mengaum menyebabkan ruangan sekitar bergema dan memberikan celah untuk Storm melarikan diri dari sini.

Tak mau membuang waktu lama Storm berlari dengan kakinya yang pincang meski begitu Storm memaksakannya untuk lari. Sampai sudah tiba diluar Storm berlari menuju gang sempit dikota menghindari kejaran mereka yang ingin membunuhnya.

"Akan kuhabisi nanti!... "Storm yang merasa ditipu oleh mereka akan menghabisinya lain waktu.

"Sialan dia berhasil lolos, "Ferdi kesal karena sedikit lagi dia akan membunuh Storm dengan menghancurkan mentalnya malah berhasil lolos.

"Kita urus dia nanti saja!...

"Tapi kita akan menghadapi monster ini!... "Ricky mengambil senjata buatannya bersiap menembak monster didepannya.

"Dorr, "Ricky terbelalak tak percaya lalu perlahan mundur karena tembakannya tadi bisa tembus mirip seperti hantu saja.

"Bang, "Ferdi terpental menabrak dinding dengan keras terkena serangan Karl dengan tangannya yang tajam.

"Monster sialan, "Ricky mencoba kembali menembak dengan senjata yang lebih besar daritadi meski tahu tidak akan berhasil.

Belum juga menembak Ricky dilempar Karl dengan keras membuat tempat penelitiannya hancur terkena tubuhnya sendiri. Tatsuya tidak berdiam diri dia ingin mengambil pedang disampingnya saat baru saja mengambil pedangnya.

"Bang, "Tatsuya juga terpental menghancurkan tempat senjata yang dibuatnya.

"Kita lari saja, "Laura mengajak Aurel lari saja daripada melawan Karl.

"Ayo cepat, "Aurel langsung lari keluar bersama Laura tidak berani menyerangnya bukan tandingannya.

"Seharusnya tuan Storm sudah jauh berlari!... "Karl keluar dari tempat itu lalu melacak keberadaan Storm yang melarikan diri.

"Apa anak itu sudah besar!... "Wanita cantik yang tidak sengaja ditabrak Storm tadi mencoba memikirkan sesuatu.

Olivia Wilson penerus pemilik kantor paling terkenal dikota Nirvana menikah dengan pengusaha yang sukses Rangga yang berasal dari luar kota. Olivia ingat sembilan belas tahun lalu diimana Olivia pernah membuang bayinya dijalanan karena sangat membenci bayi yang dilahirkannya.

"Memang pastas dia menjadi pengemis jalanan!... "Olivia tidak mengharapkan bayi yang dibuangnya dulu sebab dia sudah bahagia dengan suaminya dan kedua anaknya Boy dan Alya.

"Sayang kenapa melamun daritadi?... "Tanya Rangga yang tiba dikantor Olivia.

"Cuma banyak pikiran aja pah, "Balas Olivia sambil berdiri dari dari kursi kerjanya.

Rangga dan Olivia sama sama pemimpin kantoran yang berbeda. ayahnya Olivia dulu pemilik kantor ini namun beberapa tahun lalu meninggal mau tak mau Olivia meneruskannya.

"Gimana anak anak pah, "Tanya Olivia kepada Rangga.

"Anak anak dijemput sama pak Toni mah!... "Balas Rangga yang menitipkan anak mereka pada pak Toni yang bertugas sebagai satpam dirumah mereka dan menyuruhnya menjemputnya disekolah karena keduanya sibuk bekerja.

"Kalau begitu papah kembali kerja dulu mah!... "Rangga langsung pergi meninggalkan Olivia sibuk dengan pekerjaannya.

"Hati hati dijalan!... "Olivia yang melihat Rangga yang sudah tidak terlihat lagi dari kejauhan kembali masuk kedalam kantornya.

Storm yang berlari pelan darahnya berceceran disepanjang jalan sambil membawa Jessica yang tertidur dipunggungnya. Dari kejauhan Storm melihat rumah yang sudah tua tidak ada penghuninya daripada tidak punya tempat tinggal Storm berjalan memasuki rumah itu. Sesampainya disana Storm membaringkan Jessica dikursi sementara dirinya mencabut peluru dikakinya. Storm mengerang kesakitan setelah peluru itu tercabut lalu tak lama pingsan.