Berlatar seratus ribu tahun setelah bumi terus menjadi planet yang semakin gila. Bumi saat ini sudah berada dipuncak teknologi jauh lebih canggih dari era sebelumnya.
Kini manusia yang ada dibumi yang terhormatlah pantas disegani, dan yang lemah hanya merasakan dari penderitaan atas takdir yang menimpanya.
Disebuah rumah sederhana yang berada di Distrik Astra C 09, lebih tepatnya didalam kamar yang berantakan.
"Huh! Apa yang terjadi?"
Seorang pemuda terbangun dari mimpi buruk yang dialaminya, dengan wajah panik pemuda itu meraba raba wajahnya.
"Ternyata cuma mimpi?"
Ucapnya lega menghirup udara segar, terbangun dari mimpi anehnya dijadikan inang oleh monster mengerikan.
"Sialan, aku terlambat?"
Namun mendadak pemuda itu baru sadar jam sudah lewat dari pagi, dengan tergesa gesa dia bergegas pergi kesekolah.
Pemuda itu bernama Reims Realms, (Storm Realms dari time travel berbeda). Reims hanyalah siswa biasa disekolahnya, sedangkan kehidupannya sama seperti versi lainnya yaitu yatim piatu.
Reims berbeda dari Storm, Jika Storm memiliki sifat yang ceroboh maka Reims pemuda yang jenius.
Atas prestasinya sebagai pengamat astronomi dari X.A.R.A, sebuah organisasi astronomi dunia saat ini. Membuatnya dapat memasuki sekolah elite khusus bagi murid yang berbakat.
"Fyuh, sampai juga!"
Setelah berlari sekencang mungkin takut terlambat, namun Reims lega ternyata dia tidak terlambat seperti kebiasaannya.
Reims segera memasuki kelas, kehadirannya tidak disambut baik oleh semua murid sekelasnya sendiri. Karena Reims sering dipuja puji oleh guru guri lainnya, membuat murid sekelasnya tak senang melihat kehadirannya.
"Singkirkan wajah menjengkelkanmu, keparat!"
Ucap salah satu teman sekelasnya, sekaligus ketua kelas Volyager Hadrison. Murid yang paling membenci Reims nomor satu disekolah ini.
Reims tidak memperdulikan teman sekelasnya yang memasang wajah marah kepadanya. Sebaliknya Reims membaca buku yang sering dipelajarinya yakni buku astronomi.
"Jadi fisika kuantum seperti itu ya? Cukup sulit juga untuk kupelajari?"
Gumam Reims yang kesulitan memahami dasar dari rumus fisika kuantum, Reims tidak menyerah dia akan memahaminya lebih lanjut lagi.
Volyager semakin marah karena Reims mengacuhkannya, dan membaca buku seolah tidak menganggap keberadaannya.
Volyager bersumpah jika bukan karena aturan yang tertulis disekolah ini untuk tidak menimbulkan keributan. Sudah pasti sejak dulu dia akan menendang kepala Reims sepuas hatinya.
"Akan kubuat kau menerima akibatnya nanti!"
Tunjuknya melotot tajam kearah tempat duduk Reims yang acuh itu.
Begitupun teman sekelas lainnya, mereka geram terhadap Reims yang merasa dia berkuasa disekolah ini. Berlindung dari balik nama murid peling berbakat atas prestasinya menjadi anggota X.A.R.A disama sekolah seperti ini.
"Haha, aku sedikit mengerti! Jadi aku harus memahami terlebih dulu simbol simbolnya ya?"
Reims senang akhirnya dia mulai mengerti rumus fisika kuantum, ya meski sedikit tapi setidaknya dia bisa memahaminya.
"Dasar licik, kau sengaja membuat kami seperti kepanasan!"
Volyager dan lainnya menatap Reims dengan tatapan tajam, tak senang mereka melihatnya penuh pujian dari guru lainnya. Mereka berencana membuat Reims menerima akibat atas kesombongannya itu, dia harus menangggung atas perilaku acuhnya itu.