Balva Gvoileyn

Dari atas pegunungan.

Tampak seorang pria berbadan tegap, mempunyai tato disekujur tubuhnya, menutupi wajahnya menggunakan topeng tengkorak, serta pakaian mantel hitam terkesan misterius.

Dialah Balva Gvoileyn sang pemimpin dari bandit gunung. Karir dan pengalamannya sebagai bandit kejam tidak perlu ditanyakan lagi.

Setiap para pengendara yang melintasi wilayah kekuasaannya/pegunungan ini. Minimal anggota tubuh mereka dipotong apabila berani menentangnya.

"Lapor bos...

"Ada rombongan kereta kuda dari kejauhan hendak melintasi pegunungan!"

Salah satu bawahannya yang mengenakan kostum serupa namun tidak sebesar dirinya melapor pemantauannya.

"Perut lapar memakan ikan goreng! Sekarang kita akan habisi mereka sekarang!"

Balva menyeringai karena setelah berhari hari lamanya ada target buruan baru.

Akibat dari karirnya sebagai bandit gunung terbilang sepi job. Kalau ada pengendara yang melintas diarea pegunungan maka termasuk mata pencahariannya bersama bawahannya.

Tak heran Balva sangat tidak sabar merampas dari rombongan yang dimaksud oleh bawahannya.

"Kemana tujuan mereka? Apa ada barang berharga yang bisa kita rampas?"

Balva memandang rombongan kereta kuda dari kejauhan dengan menggunakan teropong pengintai.

"Mereka menuju kearah Valley of Death...

"Kami tidak tahu apa yang membuat mereka nekat menuju lembah mengerikan itu?"

Bawahan lainnya berucap setelah memastikan bahwa arah koordinat dari rombongan kereta kuda itu benar.

"Valley of Death? Apa yang mereka cari dilembah kematian yang dihuni oleh Cyros buas?"...

Balva merenung sambil berfikir keras dan berusaha menebak apa sebenarnya tujuan mereka.

"Ah, masa bodoh!"

"Kita harus rampas semua barang mereka apapun yang terjadi, bunuh mereka jika berani menentang kita!"

"Siapa kita?"

Balva tidak ingin pusing memikirkan maksud tujuan dari rombongan kereta kuda itu yang seperti memberikan kematian mereka sendiri.

"Bandit gunung perampas kejahatan yang jahat!"

Sahut semua pasukan bawahannya serempak penuh semangat membara.

"Kalau begitu bersiaplah, ambil posisi kalian masing masing!"

Balva bersama pasukannya mulai berbagi tugas.

Ada yang memantau pergerakan, bersembunyi dibalik bebatuan tebing yang curam, tentunya Balva bersama bawahan terkuatnya melesat maju.

Mereka tidak sabar merampas barang dan benda dari rombongan kereta kuda itu.

Mereka juga tak lupa membawa senjata tajam mereka sendiri, berjaga jaga apabila akan terjadinya insiden berdarah yang mereka lakukan jika merasa ditantang.