Berkhianat | Chs.3/END | PEMBATASAN

Tak sedikit sebaya ini, mereka yang menjalin hubungan beralaskan janji, namun dikhianati.

Bukan salah orang ketiga sepenuhnya, tapi dari diri sendiri yang mempersilahkan orang lain untuk masuk, hingga orang ketiga itu akhirnya masuk, maka masuklah pula perasaan lain yang lebih dalam.

Selalu-dan selalu jadi hal utama, sebabnya adalah faktor kenyamanan.

Sangat disayangkan, kenyamanan selalu jadi bulan-bulanan.

Berbincang tak selalu dengan sesama jenis, karena kita diciptakan berpasangan.

Yang jadi masalah, kalau tiap berbincang dengan lawan jenis dengan orang yang sama. Tentu tak sedikit dari kita percakapannya menjadi intens, seiring waktu.

Bukan salah dari topik pembicaraannya. Tapi sebab kita mempersilahkan lawan jenis tersebut berdialog lebih intens, dan kita tanggapi pula dengan sama.

Banyak yang keliru di sana, bagi sebagian orang. Apalagi, ketika suasana hatinya sedang luka. Sudah pasti lawan jenis lain akan berusaha lebih intens, alih-alih bersimpati pada luka yang dengan sengaja dan sadar diperdengarkan pada lawan jenis lain.

Pengkhianatan itu tak pandang bulu, tak juga soal fisik melulu, tak juga soal materi yang dimiliki.

Pengkhianatan berasal dari perizinan hati, mempersilahkan lawan jenis masuk ke dalam perbincangan yang mengarah semakin intens,

Meresponnya dengan sama rata, lalu mengizinkan mereka (lawan jenis) mendengarkan cerita, dan hal yang membuat kita luka, atau kecewa.

Maka, yang demikian itu akan melahirkan kenyamanan,

Lalu berganti, lalu tak perduli, lalu berkhianat di kemudian hari.

Semoga selalu ada pembatasan pada tiap hal yang sengaja tak sengaja mengizinkan lawan jenis mendengarkan alih-alih bersimpati.