Seperti Pupus | Vol.2

Jika hanya bicara, tentunya tak perlu kosa-kata otentik nan cantik.

Semua mulut punya jenisnya masing-masing.

Dan tiap lidah juga punya tulangnya sendiri-sendiri.

Semua orang pun berhak berpandangan apapun, baik itu miring atau sebaliknya.

Berbulan-bulan terakhir kebelakang, makin betul adanya kepala berpikir bahwa selemah ini tak punya daya. Di beberapa kesempatan juga sangat tak dihargai.

Mungkin, tingkah itu terlalu bikin malu. Saat mulut bicara dengan realita yang nyata, berkesan mengemis belas kasihan dan terlihat memalukan.

Padahal, dalam perjalanan tanpa alas kaki, kerongkongan kering sekali, tak ada yang mengerti bahwa energi sudah kehabisan daya. Tapi, saat membuka suara, sudah spontan dipandang minta-minta.

Pada manusia yang mana aku bercerita? Mereka langsung tutup telinga sebelum mendengarkan kata.

Diberi celah kecil, sudah difonis mengada-ada alasan semata.

Ketika tak bicara, dibilang tak perduli. Dikira tak mau tahu dan mementingkan ego sendiri.

Sulit juga kalau pria belum dapat kerja, bicara apa-apa jadi pandangan kemana-mana.