Telinga Lain | v5/Chs.1 | Panca INDERA

Pun ketika bercermin, walau hanya memantulkan cahaya dan memvisualkan tubuh, ada percakapan antara mata dengan isi kepala, saat melihatnya. Padahal, mulut tertutup.

Sulit sekali berdialog dengan basa-basi sebagai permulaan. Pemilihan kata yang ketat harus dilakukan, supaya tak membuat kesan muak pada telinga pendengar.

Kalau diputar lagi, untuk basa-basi saja harus disertai usaha di dalamnya.

"Lalu, bagaimana rasanya ketika bicara tanpa tanggapan? Ditambah printilan-printilan tersebut"

Manusia punya hati yang perasa, tak didengar saja cukup melemahkan suasana hati. Apalagi saat kelimpungan sudah basa-basi, tak direspon pula.

Hakekatnya, memang manusia cuma ingin mendengar apa saja yang mereka ingin dengarkan.

Dan makin masuk ke era saat ini, bahwa, siapa yang perduli suasana hati?

Bahkan saat bersama, yang brrkomunikasi hanyalah mata kepada gawai masing-masing.

"Diperparah lagi isinya yang beragam mengobrak-abrik otak dengan trend yang sangat jenius"

Jenius dalam merubah pola pikir individu dalam persepsi yang mengarah pada satu individu dan kelompok lain.