Cerita 06

Yui sudah mengenal Aiden selama kurang lebih setahun. Ia pertama kali 'bertemu' dengan Aiden adalah saat turnamen di kelas 2, Aiden yang membantunya dan Yui, wanita yang selama ini belum pernah jatuh cinta tiba-tiba saja merasakan seluruh dunianya berputar mengelilingi Aiden. Cinta pada pandangan pertama— itu yang Vallery katakan padanya setelah lelah mendengarkan cerita yang sama darinya berulang kali.

Hari itu, Yui memberanikan dirinya untuk pergi ke kelas 2-A, dengan tangan yang menggenggam bag yang di dalamnya terdapat baju oleha raga navy blue milik Aiden, seragam baby blue yang ia kenakan terlihat sangat mencolok dari kumpulan navy blue yang bergerombol di lorong.

Cerita mereka hari itu sama, tentang Daisy yang mendapatkan hukuman tegas dari sekolah, skors selama seminggu, tidak ada satupun yang tidak mendengar berita tersebut.

Lalu kehadiran Yui di lantai kelas A berada, membuat dirinya sebagai pusat perhatian. Ada yang bertanya, ada yang heran, malah ada yang hanya melihatnya dengan tatapan kosong.

Lalu kemudian Yui berhenti tepat di depan kelas 2-A. Suasana kelas yang ramai langsung terdiam, Yui tidak peduli dengan yang lain, ia hanya fokus pada satu orang, pada seorang lelaki muda yang duduk di samping jendela, ia tertawa bersama dengan teman-temannya, tanpa ia sadari, Yui juga memperlihatkan senyuman di wajahnya.

Ruangan itu tiba-tiba saja seperti sunyi, semua orang yang ada di sana seperti lenyap, hanya ada dirinya dan Aiden di ruangan itu, hanya ada Aiden yang diselimuti oleh cahaya, ia seperti seorang pangeran.

Langkah kakinya berhenti di samping meja Aiden, pemuda itu mengangkat kepalanya, keningnya berkerut kecil saat melihatnya, namun kemudian raut wajahnya memperlihatkan ekspresi jika ia akhirnya mengingat Yui.

"Avery Aiden. Terimakasih untuk tempo hari. Aku membawakan pakaiannya untukmu." Yui menyerahkan baju itu pada Aiden.

Aiden yang baginya berbeda dari orang-orang kelas atas lainnya menerimanya dengan senyuman tipis di wajahnya yang menawan, "Oh, kau yang tempo hari. Tidak perlu berterima kasih, dan kau tidak harus repot-repot mengantarkan ini ke sini." ah.. hanya mendengar suaranya saja sudah menyenangkan Yui yang mencoba untuk meledak dan berteriak. Bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu baik, tampan, ramah dan dia dari kalangan atas seperti Aiden di dunia ini?!

Mungkin karena ucapan Aiden, atau karena senyuman manis yang Aiden perlihatkan hingga tanpa Yui sadari, mulutnya berbicara lebih dulu dari pada kerja otaknya, "Aiden, aku menyukaimu!" murid-murid yang sudah tidak lagi memperhatikannya sontak kembali melihat pada Yui, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka semua.

Yui hampir saja ingin segera berlari dari sana, akan tetapi setelah melihat wajah Aiden yang tidak memperlihatkan apapun, seperti pernyatakan cinta Yui sama sederhananya dengan sapaan, Yui pun terdiam.

Apa Aiden sudah biasa menghadapi hal ini? Hingga ia tidak tergerak walaupun hanya sedikit? Dan Yui pun mendapatkan keberaniannya lagi. Perasaan yang ia rasakan tidak sama dengan orang lain yang menyatakan perasaaan mereka pada Aiden. Aiden mungkin berpikir jika pengakuan Yui hanya karena ia tampan dan dari kalangan atas, namun bukan hanya itu, ia menyukai Aiden karena ia bisa merasakan perasaan tulusnya saat menolongnya tempo hari.

Dengan tangan yang terkepal erat, wajah Yui menjadi sangat keras, ia menatap Aiden yang masih melihatnya dengan ekspresi yang sama, ia menatap dalam kedua mata yang bersinar ini, dengan penuh keyakinan ia berkata, "persiapkan dirimu, karena mulai hari ini aku akan mengejarmu dan membuatmu jatuh cinta padaku." dan Yuipun berlalu dengan senyuman kemenangan di wajahnya setelah melihat bola mata Aiden yang bergetar.

Sejak hari itu Yui menjadi sangat terkenal, mulai dari kelas 1-A hingga 3-Z mengenal dirinya, bukannya malu atau menghindar, Yui malah dengan terang-terangan mendekati Aiden, tentu saja bukan seperti maniak yang mengikuti idolanya kemanapun pergi karena Yui ingin mengawali hubungan mereka dengan pertemanan.

Awalnya cukp sulit karena Aiden seperti takut dengannya, lalu setelah meilhat Yui yang masih tahu batasan, secara perlahan Aiden juga sudah mulai berbicara dengannya.

Itu satu tahun yang lalu, dan sekarang mereka sudah kelas 3 dan tidak banyak lagi waktu yang tersisa untuk mendekati sang pangeran.

"Aku akan menjadikan poto ini sebagai headline berita hari ini. Kemenangan Avery Aiden yang mengagumkan akan selalu menjadi topik hangat." Yui memeriksa setiap poto yang Mika ambil untuknya. "Ada kau di sana, kau yakin ingin memposting potomu dan Aiden bersama?"

"Aku tidak berbicara tentang potoku dan Aiden, mereka akan membunuhku jika aku melakukan hal itu."

"Aku masih tidak percaya kau masih hidup hingga hari ini setelah deklarasi gilamu pada Aiden." sambung Mika sambil melipat tangannya, temannya yang masih menjadi ketua kelas itu bahkan terlihat lebih tua karena kerutan di keningnya yang semakin banyak.

"Apa yang salah dengan itu? Aiden bahkan tidak mengatakan apapun, kenapa mereka yang repot?" Yui menoleh pada Aiden yang masih berdiri di sebelahnya, lalu ia mengembangkan senyumannya.

"Aku pergi dulu." ujar sang pemuda yang kemudian berlalu. Sepeninggal Aiden, Yui masih asik melihat pada kameranya, lalu Vallery datang bergabug dengan mereka. "Hal yang tidak aku habis pikir adalah, jika aku jadi Aiden, jangankan berpoto denganmu, aku akan memilih berbalik arah saat melihatmu."

"Oh ayolah, kalian meremehkan Aiden. Aiden tidak akan melakukan itu, dia terlalu baik, bahkan jika kau adalah orang jahat yang berniat jahat sekalipun, dia pasti akan memaafkanmu." bela Yui. Hari ini adalah hari terakhir pekan oleh raga tahunan, seperti tahun sebelumnya, Aiden kembali memenangkan perlombaan tim putra, sedangkan Yui berhasil menjadi pemenang pada tim putri.

Setelah menerima medali dan sertifikat, kepala sekolah akan menutup acara secara formal, sebelum tahun ajar baru kembali di mulai.

Tanpa di sangka waktu berlalu sangat cepat, kini ia sudah kelas 3 dan tidak sampai setahun lagi, ia akan meninggalkan WISH, ia akan meninggalkan masa sekolahnya dan akan memasuki jenjang yang lebih tinggi lagi. Ia akan bekerja dan pada akhirnya akan memiliki keluarganya sendiri.

"Kau masih saja membela Aiden? Hoh… aku bahkan hampir tidak mengenal dirimu lagi, kau yang begitu membenci kalangan atas sekarang malah tidak berhenti berbicara tentang Aiden. Karma ternyata sangat nyata!"

"Apa kau ingin aku mengulangi kembali ceritaku padamu?" belum juga Yui selesai bicara, Vallery sudah menutup mulutnya. "tidak, tidak, terimakasih. Aku tidak ingin mendengar cerita itu lagi. Tahun lalu aku hampir mendengarnya setiap hari, aku bahkan sampai hapal ceritamu ketika aku tidak ingat sedikitpun pelajaran sejarah yang sudah aku coba ingat selama sebulan."

Sambil melepaskan tangan sang sahabat dari mulutnya, Yui berkata, "baguslah jika kau tahu. Jika kau ingin mendengarkannya lagi, aku tidak akan ragu untuk bercerita."

Hari sudah semakin sore, rangkaian acara juga sudah berakhir sejak lama, kini setiap murid akan kembali ke asrama, tidak ada satupun dari mereka yang terlihat lesu, semua merasa senang, apalagi murid kelas tiga karena itu adalah pekan olah raga terakhir mereka di WISH.

Kegiatan pembelajaran WISH resmi di buka hari ini. Yui menghirup aroma kelas barunya. Kelas tiga, ia bahkan tidak sadar sudah setua ini sekarang. Hari pertama, wali kelas hanya datang untuk menyerahkan daftar pelajaran, membentuk susunan struktur kelas, mereka sudah sepakat bahwa Mika akan tetap menjadi ketua kelas mereka, jadi tanpa perlawanan, Mika kembali menjadi ketua kelas.

Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Satu tahun yang lalu, Yui memiliki sebuah kebiasaan, yaitu dia akan pergi ke lantai lima untuk menyapa Aiden. Beberpaa bulan pertama Aiden seperti kaku dan canggung dengan kegigihannya, namun lama kelamaan, setelah meilhat Yui yang ternyata tidak seperti yang ia duga, mereka sudah bisa berbicara dan bertukar sapa singkat. Bahkan sekarang Mika dan Vellery juga tidak lagi terkejut dan canggung saat bicara dengan Aiden, apalagi Hinode yang ternyata cukup dekat dengan Aiden karena mereka berada di klub yang sama dengannya.

Tetapi hari ini, Yui tidak bisa melakukan hal itu karena ia harus segera menuju klub jurnalis, sekarang dia adalah senior yang harus menyambut kedatangan anggota baru klub mereka. Ruangan klub berada di gedung yang terpisah dari ruangan kelas. Klub Jurnalis mereka tidak begitu ramai, namun hari ini, sepertinya mereka akan mendapatkan banyak anggota baru.

"Selamat sore semuanya. Perkenalkan, aku Xian Mika, ketua klub jurnalis."

"Aku adalah Zhu Yui, wakil ketua klub jurnalis." mereka mendapatkan tepuk tangan dari semua anggota.

"Sebelumnya kami akan memperkenalkan seluruh anggota klub karena anggotanya tidak seramai anggota komite sekolah, dan terima kasih kepada para junior yang bersedia bergabung dengan klub ini. Kalian bisa memperkenalkan diri masing-masing."

Perkenalan mereka tidak bertele-tele, anggota baru akan dipersilahkan memperkenalkan nama, dan alasan masuk ke dalam klub. Semua berjalan seperti biasa saja, sebelum salah satu anggota berkata, "senior Yui. Apakah anda adalah Zhu Yui yang terkenal itu? Seseorang yang mengejar Avery Aiden dari kelas dua?" ruangan menjadi sunyi. Namun suara tawa yang ditahan dari Mika mau tidak mau membuat wajah Yui memerah. Apa dia sudah seterkenal itu?

Lalu junior itu seperti sadar jika pertanyaannya tidak tepat, "ah, maafkan aku senior. Aku tidak bermaksud meledekmu, alasanku masuk ke klub jurnalis adalah karena semua poto dan berita yang kau buat begitu menarik, dan kau tidak perlu salah sangka dengan pertanyaanku barusan karena aku mengagumi kegigihanmu. Karena biasanya tidak banyak dari kelas bawah yang berani sepertimu."

'berani pantatmu' batin Yui. Ia tahu jika itu adalah sebuah pujian, akan tetapi tetap saja, ia merasa malu!

Setelah perkenalan, Mika menunjuk salah satu anak kelas dua untuk membimbing para junior— tugas apa yang akan mereka lakukan selama di klub sedangkan dirinya bersama dengan anggota yang lain tengah mengadakan diskusi untuk keberlangsungan klub mereka.

"Baiklah, tahun baru telah di mulai, WISH tidak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan, bahkan pernyataan cintapun akan tetap di baca oleh pembaca. Akan tetapi berita seperti itu bisa kita berikan kepada anggota baru. Sedangkan untuk anggota senior aku akan membagi tugas kita semua." Mika memulai diskusi mereka.

"Setelah para senior meninggalkan sekolah, akan ada perubahan tahunan yang akan terjadi di setiap klub. Aku akan meminta rekan-rekan sekalian untuk membuat berita tentang hal ini. Khususnya klub atletik kita karena musim panas akan menjadi berita yang sangat panas bagi para atlet, karena itu juga berarti turnamen terakhir yang akan di ikuti oleh atlet kelas tiga untuk unjuk gigi, apakah mereka akan menjadi seorang atlet profesional atau tidak, musim panas adalah penentuannya."

Hanya karena masa depan semua murid WISH telah terjamin, bukan berarti mereka akan bersantai. Murid kelas tiga akan tetap harus mengikuti ujian nasional untuk dapat lulus. Walaupun mereka sudah mendapatkan tawaran untuk bergabung bersama klub klub terkenal, atau dari universitas bergengsi, namun jika mereka gagal dalam ujian, semua kesempatan itu juga ikut hangus. Apalagi bagi para atlet, setelah turnamen antar SMA di musim panas, mereka harus keluar dari klub masing-masing untuk persiapan ujian kelulusan. WISH tidak ingin murid mereka gagal meraih kesempatan emas hanya karena kurangnya waktu belajar.

Maka dari itu, turnamen musim panas akan menjadi sangat— sangat panas, bukan hanya kerena itu adalah turnamen terakhir yang mereka ikuti, namun juga merupakan pintu mereka untuk menuju masa depan.

"Tidak ada satupun klub atletik kita yang tidak masuk semi final dalam turnamen musim panas, jadi aku ingin kita semua meliput setiap perkembangan setiap klub. Di mulai dari…" Mika berbicara dengan sangat tenang. Public speaking yang ia miliki begitu baik, tidak heran jika senior Moon dan teman-teman yang lain sepakat untuk menjadikannya sebagai ketua yang baru setelah para senior pensiun.

Mika adalah contoh dari ketekunan dan kerja keras. Ia berani melawan, tidak terkekang dalam status sosial yang membatasi setiap geraknya, dan pada akhirnya, orang-orang yang selama ini meremehkannya karena latar belakangnya malah tidak dapat berkata-kata.

"Dan terakhir untuk klub baseball, aku dan Yui yang akan bertanggung jawab." Yui menatap temannya dengan mata menyipit. Mika langsung angkat suara sebelum Yui bisa membuka mulutnya, "Apa? Klub baseball adalah klub terbaik yang kita miliki, semua orang menantikan beritanya, dan kau adalah salah satu jurnalis terbaik yang kita miliki dan aku juga tidak mengabaikan faktor jika kau pasti akan sangat ingin untuk mengambil klub baseball sebagai tugasmu." semua anggota klub langsung memberinya senyuman penuh arti. Ah, seharusnya ia sudah terbiasa dengan ini, siapa yang tidak tahu jika dia mengejar cinta dari Avery Aiden? ibu-ibu yang bertugas membersihkan sekolah juga mengenal dirinya, bahkan cerita yang tersebar juga sudah menyimpang jauh dari kejadian yang sebenarnya. Dia bahkan mendapatkan julukan 'gadis gila' dari teman-temannya.

Lalu, apa Yui akan menolak? Tentu saja tidak, karena ini berarti ia bisa mengenal Aiden lebih jauh lagi.