Bab 2, Chapter 25: Kepalan Tangan Aruta

Aruta berjalan mengitari ruangan. Begitu juga dengan junoi serigala yang ada di hadapannya, saling menatap satu sama lain. Lampu di ruangan itu yang semula menyala redup tiba-tiba sedikit berkedip dan akhirnya menyala terang. Aruta pun bisa lebih jelas melihat tulang belulang manusia yang berada di sekitarnya. Terdapat beberapa pipa bocor juga di ruangan itu.

Tak lama kemudianm Aruta dan Junoi itu pun menerjang satu sama lain. Junoi itu melompat dan menebaskan cakarnya sempat memotong sebagian kecil ujung rambut Aruta. Namun Aruta berhasil menghindari serangan junoi itu dengan menjatuhkan badannya kebelakang dan meluncur melewati bagian bawah junoi itu. Dengan bertumpu pada kedua tangannya di lantai, Aruta mengangkat tubuhnya dan menendang perut junoi itu.

Junoi itu pun terpental.

Aruta melakukan salto belakang untuk kembali berdiri dan tanpa berlama-lama, Aruta pun langsung melesat ke junoi itu. Aruta melompat dan dengan kecepatan tinggi meluncur ke arah junoi itu dengan kakinya yang mengarah ke kepala junoi itu. Namun dengan cepat, junoi itu melompat kesamping. Aruta terkejut dan dia tak bisa berhenti membuatnya menabrak tulang belulang yang ada di belakang junoi itu tadi.

Aruta langsung berusaha kembali berdiri namun matanya tak sengaja melihat kepala seseorang yang hancur dan berada persis di bawah pijakan kakinya.

"Aku minta maaf," gumam Aruta. Aruta langsung kembali memfokuskan dirinya kepada junoi serigala tadi namun junoi itu telah menghilang. "Cepat sekali. Dimana dia?"

Tiba-tiba, junoi itu muncul di belakang Aruta dan mengarahkan cakarannya ke arah Aruta. Mata Aruta pun terbelalak lebar dan keringat dingin mulai bercucuran ketika dia sadar junoi itu berada di belakangnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat junoi itu sudah mulai mengayunkan tangannya.

"Mati aku."

Namun seolah tubuhnya bergerak sendiri dan dengan reflek luar biasa, Aruta membengkokkan tubuhnya ke belakang dan tebasan junoi itu pun meleset. Setetes keringat Aruta sempat terlempar dari tubuhnya dan seketika terbelah menjadi dua saat terkena tebasan junoi itu. Tak hanya sampai di situ, tebasan junoi itu juga menimbulkan gelombang kejut yang membelah dinding yang berada di belakang Aruta.

"Hampir saja. Beruntung sekali aku."

Aruta pun langsung meninju dagu junoi itu dengan sangat keras. Junoi itu pun tersentak mundur dengan kepalanya yang sempat pening sesaat. Saat rasa pening junoi itu mulai hilang, junoi itu pun melihat Aruta yang kembali melesat ke arahnya.

Junoi itu yang sudah sangat jengkel dengan Aruta pun melolong dengan keras memancarkan energi LYNK dari tubuhnya. Pancaran energi LYNK itu sangat kuat hingga membuat Aruta tak bisa mendekat ke junoi itu lagi bahkan terhempas.

"Tch." Tak lama kemudian, pancaran energi LYNK junoi itu berhenti dan Aruta pun dapat kembali berdiri. Aruta melihat kearah junoi itu dan melihat mata merah junoi itu lebih menyala dan mengeluarkan energi LYNK.

Aruta pun bersiap dan memasang kuda-kuda. Aruta langsung melesat kembali kearah junoi itu. Junoi itu yang melihat Aruta melesat ke arahnya langsung menebas-nebaskan cakarannya dan membuat banyak gelombang kejut. Aruta langsung melompat melewati celah dari setiap gelombang kejut tersebut. Semuanya pun meleset dan membelah dinding-dinding di belakang Aruta. Namun belum sempat Aruta mendarat, junoi itu dengan sangat cepat sudah berada di depan Aruta, siap menerkamnya. Namun Aruta tak panik.

Aruta mengangkat kakinya berputar di udara dan langsung menendang kepala junoi itu dengan sangat keras membuat junoi itu menghantam lantai. Tak sampai di situ, saat Aruta mendarat, Aruta langsung kembali menendang junoi itu membuat junoi itu terpental dan menabrak dinding di belakangnya.

Namun junoi itu belum menyerah dan kembali bangkit sembari melolong. Junoi itu mulai membuka mulutnya dengan lebar dan energi LYNK mulai berkumpul di mulutnya. Dan BOOM!! junoi itu menembakkan bola energi LYNK dari mulutnya. Aruta sempat terkejut tapi berhasil menghindar. Tapi sayangnya energi LYNK itu meledak di belakang Aruta membuatnya terhempas mendekati junoi itu.

Saat Aruta masih di udara, junoi itu pun mencoba menerkam Aruta sekali lagi. Kali ini kepala Aruta masuk ke dalam mulut junoi itu. Namun belum sempat junoi itu menutup mulutnya, tiba-tiba energi LYNK muncul di tangan kanan Aruta dan Aruta pun meninjukannya ke langit-langit mulut junoi itu. Energi LYNK itu pun menghilang ketika Aruta memukulkannya.

Junoi itu pun langsung terjatuh dan mengerang kesakitan. Aruta tak memedulikannya dan ketika dia mendarat, dia langsung mendaratkan pukulan bertubi-tubi ke junoi itu. Junoi itu semakin mengerang kesakitan dan terakhir, Aruta menendang perut junoi dan terpental lagi oleh serangannya.

Sebelum kembali menerjang, Aruta melihat sekeliling terlebih dahulu dan melihat sebuah pipa panjang di dekatnya. Aruta pun langsung mematahkan pipa itu, memegangnya erat, dan kembali melesat ke junoi serigala tadi. Junoi tadi masih belum juga menyerah. Junoi itu kembali berdiri dan menebas-nebaskan cakarannya ke arah Aruta. Aruta pun menghindari satu persatu gelombang kejut dari serangan junoi itu. Salah satu gelombang kejut junoi itu berhasil sedikit menyayat pipi Aruta namun Aruta tetap tak berhenti menerjang.

Saat jaraknya dengan junoi itu sudah cukup dekat, Aruta pun langsung melompat dan menusuk salah satu mata junoi itu dengan pipa yang dia bawa. Junoi itu pun berteriak kesakitan dan meronta-ronta membuat Aruta yang masih memegangi pipa itu pun terombang-ambing. Namun Aruta tak terus berpegangan dengan pipanya dan melepaskannya membuat Aruta pun terlempar keatas.

"Kesempatan!"

Seketika tangan kanan Aruta dilapisi energi LYNK yang membara. Dia pun turun dengan kecepatan tinggi dan mendaratkan bogeman di kepala junoi itu. Seketika energi LYNK di tangan kanan Aruta meledak dan kepala junoi itu hancur.

Setelah menghancurkan kepala junoi itu, Aruta pun berdiri di dekat badan junoi itu dengan nafas yang terengah-engah. Dia melihat kesekeliling dan tak ada tanda-tanda junoi itu mencoba memulihkan diri.

"Dia tak bisa memulihkan diri lagi?"

Alih-alih memulihkan diri, junoi itu menghilang menjadi asap bewarna merah.

"Sepertinya aku sedikit beruntung lagi. Paling tidak, junoi ini tak bisa membunuh orang sembarangan sekarang."