Sako pun menggenggam uluran tangan Aruta dengan erat.
"Dasar modus," ujar Sako.
"Hey kau sendiri yang menerima uluran tanganku," ujar Aruta.
"Diamlah. Tidak usah banyak omong lagi. Ayo kita hajar junoi ini," ujar Sako berdiri tepat di samping Aruta. "Kau tidak takut kan?" tanya Sako menyeringai sembari melihat tajam ke arah junoi ular itu.
"Takut lah," jawab Aruta.
"Hah?!" Sako melongo.
"Awas!" seru Aruta melihat bongkahan es dengan ujung yang runcing sedang melesat ke arah nya dan Sako.
Mereka berdua langsung reflek melompat dan melesat bersamaan ke arah junoi itu.
Salah satu kepala junoi itu yang bermata merah langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan menyemburkan api ke arah Aruta.
Aruta pun melompat berusaha menghindar dan ketika dia melompat, tiba-tiba Sako langsung melesat menyambar Aruta dan membawanya terbang.
Semburan api junoi itu pun meleset dan meledak. Ledakan dari semburan junoi itu tepat berada di bawah Aruta dan Sako yang sedang terbang.
"Ayo Aruta!" Sako memegang kedua tangan Aruta erat-erat dan mulai memutar-mutarnya di udara. Putaran Sako mulai semakin cepat dan semakin cepat.
"Hey-hey-hey!" suara Aruta yang terdengar tak begitu jelas karena Sako memutarnya terlalu keras.
"HAJAR DIA!!" Sako langsung melempar Aruta ke arah junoi itu.
"HEEYYyyyyy... "
Aruta pun langsung melesat super cepat. Dia awalnya masih pusing tapi berusaha secepatnya kembali fokus. Dalam keadaan sedikit pusing, Aruta berusaha memfokuskan energi LYNK di kakinya dan aura energi LYNK yang membara pun melapisi kakinya.
Saking cepatnya Aruta, junoi bermata merah tadi tak sempat menghindari dan Aruta pun menghujam kepala junoi itu dengan kakinya. Hujaman Aruta begitu keras bahkan saat kepala itu terjatuh, Aruta masih menempel di atas kepalanya terus menekan hingga alas berbatu di bawah junoi itu hancur. Kepala junoi itu pun terkapar.
Tiba-tiba, belum sampai sedetik setelah melumpuhkan bagian kepala yang ini, kepala kedua dari junoi itu yang bermata hijau langsung menerjang Aruta. Kepala itu membuka mulutnya lebar-lebar siap melahap Aruta. Aruta siap melompat menghindar tapi saat hampir melompat. tiba-tiba Sako dengan kecepatan super menabrak kepala itu dari samping dan menancapkan dua tombak petir yang dipegangnya. Seketika kilatan petir dahsyat muncul dari kedua tombak itu dan tak lama kemudian timbul ledakan besar. Kepala junoi itu pun langsung jatuh terkapar sedangkan Sako mendarat di samping Aruta.
"Mana terima kasihnya?" tanya Sako melirik ke arah Aruta dengan senyum licik.
"Tch, makasih," jawab Aruta terpaksa.
"Gitu dong," Sako tersenyum lebar.
"Lihat saja. Kan kubalas kau," ujar Aruta.
Tiba-tiba, Sako mengeluarkan kilatan petir yang memenuhi tangan kanannya. Mengangkatnya kesamping dan menembakkan bola petir yang cukup besar. Saat Aruta menoleh ke arah tembakan Sako, Aruta melihat bongkahan es yang cukup besar sedang menuju ke arah mereka. Dan saat terkena bola petir Sako, bongkahan itu pun hancur menyisahkan pecahan-pecahan kecil es yang tersisa.
"Kayaknya tinggal sisa satu lagi," ujar Sako.
Kepala ular dari terakhir dari junoi itu pun berdiri gagah di hadapan mereka. Tak lama, mata birunya mulai menyala terang dan menyemburkan hawa dingin super dahsyat ke alas batu di bawahnya. Udara sekitar berubah menjadi super dingin. Kulit di sekitar tubuh ular dari kepala ini berubah menjadi bewarna biru terang. Alas batu yang disembur oleh junoi itu pun mulai berubah menjadi warna kebiruan dan terus merambat sampai tepat ke tempat yang dipijak Aruta dan Sako.
Tiba-tiba, dinding es tumbuh disekitar Aruta dan Sako. Dinding es itu tumbuh begitu cepat menjulang tinggi bahkan sampai menyentuh ke tempat Aruta dan Sako sebelum jatuh tadi. Dan sekarang satu-satunya jalan bagi mereka adalah berjalan lurus ke depan berhadapan langsung dengan kepala ketiga dari junoi itu.
Mulut ular dari junoi itu mulai terbuka lebar dan menyemburkan hawa dingin yang sama dahsyatnya seperti tadi tapi kali ini ke arah Aruta dan Sako.
Sako merapatkan giginya, memegang tangan Aruta dengan erat, dan memunculkan kilatan petir yang menyelimuti tubuhnya. Sako pun langsung melesat maju menerjang semburan hawa dingin dari junoi itu sembari melindungi Aruta dengan badannya.
Aruta terkejut melihat Sako yang tiba-tiba melakukan itu dan berkata, "Hey! Kau bisa mati membeku jika begini!"
Tapi Sako terus melaju sembari berkata, "Tcih, kau kira aku selemah itu? Aku sudah biasa dengan dingin seperti ini.
Saat mereka semakin mendekat dengan junoi itu, mulai ada serpihan-serpihan kecil es tajam yang bertebangan membuat beberapa bagian tubuh Sako tersayat. Lari Sako mulai melambat, nafas Sako juga mulai sesak.
"Aku... harus... bisa... " Sako terus berusaha berlari dan tiba-tiba, suara Aruta terdengar di telinganya.
"Sako!! Lempar aku ke junoi itu!!" seru Aruta.
"Bodoh! Kau akan mati membeku jika aku melemparmu begitu saja!" ujar Sako.
"Percaya aku saja! Daripada kau tumbang dan kita berdua mati membeku di sini," ujar Aruta menatap langsung mata Sako dengan penuh tekad.
Sako melihat mata Aruta pun akhirnya berkata, "Berjanjilah kau tidak akan mati!"
Sako pun langsung melempar Aruta ke arah junoi itu. Aruta melapisi tubuhnya dengan energi LYNK dan mulai menerjang semburan badai es junoi itu dengan kecepatan tinggi. Tapi perlahan-lahan, kecepatan Aruta melambat. Dan hawa dingin mulai menusuk tulangnya. Beberapa serpihan es juga menyayat tangannya, pelipisnya, pipinya, dan banyak bagian tubuhnya yang lain.
"Ayo... sedikit lagi... "
Tapi Aruta mulai jatuh ke perlahan ke bawah.
"S-sial..."
Dan tiba-tiba, sebuah bongkahan es yang cukup besar menghantam wajah Aruta. Aruta pun langsung jatuh bebas ke bawah dalam posisi kepala di bawah. Pandangannya mulai memburam. Dia juga sempat melihat Sako yang sudah tak kuat berlari dan terjatuh.
"Sako..."
Aruta berusaha tetap terjaga tapi matanya sangat berat seolah memaksa Aruta untuk menutupnya. Dan saat Aruta hampir memejamkan matanya, dia melihat kalung pemberian Pak Kuroto yang terlepas dan jatuh bebas tepat di hadapannya. Tiba-tiba, Aruta merasa seperti teringat sesuatu. Dia merasa pernah berada di posisi ini padahal dia tahu persis tak pernah dia ada di posisi ini. Detak jantung Aruta mulai semakin kencang.
Dan akhirnya, Aruta pun menggenggam erat kalung itu, memutar badannya agar kakinya berada di bawah, dan saat kakinya menapak ke tanah, Aruta langsung melompat melesat ke arah junoi itu dengan kakinya yang diselimuti energi LYNK.
Jika sebelumnya lesatan Aruta sempat melambat, kini lesatannya tak melambat sama sekali seolah tak ada halangan apapun di depannya. Aruta pun akhirnya keluar dari area semburan dan tepat berada di atas kepala junoi itu.
"AAAAHHHHH!!!!" Aruta menghujam kepala junoi itu dengan pukulan kedua tangannya. Semburan junoi itu pun terhenti seketika dan langsung terjatuh dengan keras.
Aruta terus memukul-mukuli junoi dengan sangat keras itu sampai meretakkan tanah dan alas batu di bawah junoi itu.
Tapi saat Aruta memukuli junoi itu, tiba-tiba junoi itu meronta-ronta membuat Aruta pun terombang-ambing sebelum akhirnya terhempas. Kepala junoi bermata biru itu kembali bangkit dan menerjang ke arah Aruta sembari membuka lebar mulutnya. Tapi belum melaju lebih dari satu meter, Sako tiba-tiba sudah ada di depan kepala junoi itu.
Dengan tangan yang penuh dengan kilatan petir, Sako mendaratkan pukulan super keras ke wajah junoi ular itu dan kilatan petir super dahsyat kembali muncul seperti sambaran petir. Kepala junoi itu pun seketika terhempas dan akhirnya jatuh terkapar di tanah.
"Hah.. hah... hah... " Sako terengah-engah sembari berdiri di atas kepala junoi itu.
Sako perlahan-lahan melompat turun dan sudah ada Aruta yang menunggu.
"Pukulan yang bagus," ujar Aruta.
"Ya..." Sako mulai berjalan sempoyongan seperti hampir terjatuh.
Aruta pun langsung mendekat bersiap menangkapnya.
Dan saat Sako terlihat akan terjatuh, tiba-tiba badannya terhenti tak jadi jatuh.
"Eh?" Aruta kaget.
"Haha nungguin aku jatuh biar bisa kau tangkep ya. Ingat, kita enggak lagi di fiksi romansa," ujar Sako.
"Enggak lah! Ya liat kau sempoyongan ya aku kira kau mau jatuh," ujar Aruta.
Tiba-tiba, tanah disekitar mereka bergetar.
"Apa lagi ini?" tanya Sako yang berusaha menahan badannya agar tak terjatuh.
Dan ternyata, ketika kepala ular dari junoi itu kembali bangkit.
"Sialan, belum kalah juga?" ujar Sako.
Setelah beberapa saat, ketiga kepala junoi itu membuka mulutnya bersamaan dan menembakkan rentetan es, api, dan racun.
Aruta dan Sako pun langsung berlari menjauh sembari dikejar-kejar rentetan serangan itu.
"Sialaaaan!" teriak Sako sebelum salah satu bola api junoi itu meledak tepat di belakangnya dan Aruta membuat mereka terhempas.
Saat terjatuh, mereka langsung bersembunyi di balik sebuah batu yang cukup besar sedangkan junoi itu masih terus merentetkan serangan liar yang tak terarah.
"Tch, gimana kita akan menanganinya sekarang?" tanya Sako bersandar di batu itu.
"Hmm..." Aruta mengerutkan keningnya. "Bagaimana kalau kita langsung terjang lagi saja kayak tadi?" tanya Aruta.
Sako langsung memukul kepala Aruta dan berkata, "Bodoh! Nyari mati itu namanya!"
Sako mengerutkan keningnya, berfikir. Dan akhirnya.
"Hei Aruta!" saut Sako.
"Huh?" Aruta menoleh.
Beberapa saat kemudian, Sako keluar dan junoi itu pun melihat ke arahnya.
"Ayo sini junoi bodoh!" seru Sako.
Seketika sekujur tubuh Sako diselimuti kilatan petir dan matanya menyala terang. Kedua kakinya menekan tanah hingga tanah di sekitarnya retak.
"Crazy Thunder Run!"
Sako seketika terbang melesat dengan kecepatan super.
Junoi itu tak tinggal diam dan menembakkan rentetan serangan kepada Sako. Tapi tak satupun serangan junoi itu mengenainya karena Sako berlari acak mengelilingi junoi itu.
Mata setiap junoi itu mulai menyala semakin terang membuat rentetan serangannya menjadi semakin brutal membuat banyak ledakan di area itu.
Hingga pada akhirnya, Sako melayang tinggi di depan junoi itu. Tangannya mulai dipenuhi kilatan petir dan muncul sebuah pedang petir.
"Thunder tools: sword of the first hand."
Ketiga mulut junoi itu terbuka lebar dan di tengah-tengah kepala mereka, muncul sebuah bola energi LYNK raksasa bewarna merah. Dan tak lama, bola itu menembakkan tembakan cahaya merah ke arah Sako.
Sako diam saja dan hanya tersenyum. Akhirnya tembakan itu sampai dan terus menembak hingga membuat langit-langit area itu berlubang. Setelah serangan junoi itu selesai, Sako sudah tak ada di sana. Tapi tiba-tiba terdengar teriakan.
"AYO ARUTA!!"
Junoi itu pun menoleh ke bawah dan melihat Sako yang sudah memutar-mutar tubuh Aruta siap melemparnya.
***
"Aruta, aku punya rencana. Kau langsung lari ke arah junoi itu, oke?" ujar Sako.
"Hah?! Lari begitu saja ke junoi itu? Kau ingin membunuhku?" tanya Aruta.
"Hei tenang saja. Aku akan menjadi umpan. Kau berlari ke junoi itu, dan saat sudah cukup dekat, aku akan melesat ke arahmu dan melemparmu mendekat ke junoi itu," ujar Sako sembari sedikit mengintip ke arah junoi itu.
"Huh? Kau yakin akan menjadi umpan?" tanya Aruta.
Sako pun menunduk sejenak dan teringat momen Ella menghindari serangan para preman beberapa tahun lalu.
Sako akhirnya menoleh ke arah Aruta dan berkata, "Sangat yakin." Sako menyeringai, tatapannya mantap, dan kilatan petir kecil menyelimuti tubuhnya sesaat.
***
Junoi itu terkejut dan langsung membuka ketiga mulutnya lagi tapi sudah terlambat.
Sako langsung melempar Aruta bersamaan dengan pedang petirnya.
Aruta langsung menangkap pedang petir itu dan melesat dalam kecepatan super tinggi. Dia mengaliri pedang petir itu dengan energi LYNK nya dan seketika, kilatan pedang itu semakin dahsyat. Dan saat sudah dekat dengan leher cabang ular tertengah junoi itu yang memiliki mata merah, Aruta langsung menebas leher itu dan cabang ular tertengah junoi itu terpenggal.
Aruta yang kehilangan kecepatannya pun terjatuh. Dan saat dia terjatuh, cabang ular yang bermata hijau langsung mengejar Aruta sembari membuka mulutnya lebar. Tapi Aruta tak tinggal diam. Dia langsung melempar pedangnya dan tepat mengenai dagu ular itu seketika memaksa mulutnya tertutup.
Tak lama kemudian, Sako terbang melesat memegang gagang pedangnya yang menancap itu dan membelah kepala ular itu. Tanpa jeda, Sako langsung melesat tinggi ke satu kepala junoi yang tersisa si ular bermata biru. Sako pun langsung mengangkat pedangnya di atas kepalanya sedangkan ular itu membuka mulutnya dan cahaya bewarna biru es terlihat di dalam mulutnya.
"Thunder Execution!" Sako berteriak dan pedang yang ada di atas kepalanya tiba-tiba menjadi berukuran sangat besar.
Junoi itu pun melepaskan semburan hawa dingin yang sangat besar. Tapi saat Sako mengayunkan pedangnya, seketika serangan junoi itu terbelah. Sako terus melaju turun sementara junoi itu memperkuat semburannya. Tapi serangan Sako tak melemah sama sekali.
Pedang Sako pun mengenai kepala junoi itu dan Sako terus melaju ke bawah, membelah junoi itu dari ujung kepala hingga bawah. Ketiga cabang ular junoi itu pun jatuh tak terbergerak.
Sako berdiri di hadapan junoi itu dengan terengah-engah. Tak lama kemudian, Aruta menghampirinya.
"Kau memang orang gila," ujar Aruta.
"Hehe, kuanggap itu sebagai pujian," ujar Sako berbalik ke arah Aruta. "Caramu bertarung bagus juga. Apa kau pernah bertarung melawan makhluk seperti ini sebelumnya?" tanya Sako.
"Ya... pernah sih waktu kecil," jawab Aruta.
"Waduh, masih kecil udah bertengkar dengan makhluk ginian," ujar Sako menendang tubuh junoi di belakangnya yang mulai berubah menjadi asap bewarna merah.
"Ya gak semengerikan ini juga!" ujar Aruta.
Tapi tak lama kemudian, pandangan Aruta terlaihkan ke sesuatu yang aneh di balik junoi itu yang berubah menjadi asap. Dan setelah beberapa saat memperhatikan, sebuah kartu keluar dari asap itu dan langsung ikut menghilang menjadi asap juga.
"Kartu?" gumam Aruta.
"Oh ya omong-omong, Aruta," panggil Sako.
Aruta kembali melihat ke arah Sako dan wajahnya terlihat sedikit memerah.
"Terima kasih sudah... menyelamatkanku tadi."
"Huh? Ahahaha tidak usah terima kasih. Lain kali kalo butuh bantuan pasti ku bantu lagi ko-" tiba-tiba Sako langsung memukul wajah Aruta.
"Tidak usah keenakan!" teriak Sako.
Aruta pun jatuh tersungkur. Dia kembali duduk dan memegangi pipinya yang terkena pukulan Sako. "Aduh-duh-duh, tadi terima kasih kok sekarang langsung jadi perempuan buas lagi?"
"Hmph!"
Tiba-tiba, terdengar suara dentuman dari atas mereka.'
"Dentuman? Apa kau mendengarnya juga?" tanya Aruta.
"Iya. Sepertinya dari atas. Dari sini ke atas jauh loh. Berarti dentumannya keras sekali," ujar Sako.
Mereka melihat ke arah lubang tempat mereka terjatuh ke tempat ini. Dan tiba-tiba, lubang itu hancur menjadi lubang yang lebih besar. Tembok dan kayu berjatuhan dari lubang besar itu dan Mono berada di tengah-tengahnya.
"Mono?" ujar Sako.
"Mono, aku akan menangkapmu!" seru Aruta langsung berdiri.
Melihat Aruta dan Sako, Mono pun langsung berteriak, "Kalian berdua, CEPAT PERGI DARI SANA!!"
Dan saat jarak Mono dengan kedua orang itu sudah cukup dekat, tiba-tiba sesuatu melompat dari lubang besar tadi dan menghantam tanah di dekat ketiga orang itu membuat mereka semua terhempas.