"Leta?!" Zaka terkejut. Zaka tak jadi menembakkan blood spike nya dan memasukkannya kembali ke dalam sayatan di tangannya.
Melihat Leta, sosok "Aruta" yang ada di sebelah Zaka tampak mengerutkan dahinya.
"Hey siapa kau? Berani-beraninya kau meniruku!!" teriak Aruta langsung melesat ke arah sosok yang menirunya itu.
Aruta mengepalkan tangan kanannya erat dan memunculkan energi LYNK yang melapisi tangannya. Aruta pun mendaratkan pukulan namun sosok itu mampu menahan pukulan Aruta dengan menyilangkan kedua tangannya. Aruta meledakkan energi LYNK di tangannya membuat sosok itu terhempas ke belakang. Namun sosok itu tak terjatuh dan mendarat dengan sempurna. Aruta tak berhenti sampai di situ. Saat dia mendarat, Aruta langsung mengarahkan tendangan ke kepala sosok itu. Beruntung sosok itu sempat menahan kaki Aruta dengan lengannya.
Di sisi lain, Bela langsung menghampiri Zaka dan berkata, "Kak Zaka, cepat bantu Kak Aruta!"
Zaka pun langsung mengeluarkan empat gumpalan darah dari sayatan di tangannya dan membuat tombak dari masing-masing gumpalan darah itu. Namun Zaka langsung terhenti ketika akan melemparnya karena di pandangannya, dia melihat dua sosok Aruta yang sedang bertarung melawan satu sama lain.
"Sial, mana Aruta yang asli?" gumam Zaka.
Di sisi lain, Aruta masih berusaha melawan sosok itu. Aruta pun terkena pukulan di wajahnya. Namun Aruta langsung membalasnya dengan menendang dagu sosok itu.
Di sisi lain, Zaka masih kebingungan. "Aduh, Aruta yang asli yang mana sih."
Leta yang melihat Zaka kebingungan dan Aruta yang kesusahan pun akhirnya berteriak, "Terlihatlah kau, dasar monster JELEK!!" Seketika kedua mata Leta menyala kebiruan dan aura bewarna biru menyelimuti mata Aruta dan Zaka. Akhirnya Zaka pun bisa melihat Aruta yang berhadapan dengan junoi berbentuk manusia namun memiliki tiga kepala dan memiliki ekor. Tak hanya itu, Aruta dan Zaka bisa melihat jelas ruangan itu dari awalnya yang tak terlalu terang.
"Kena kau!"
Zaka pun langsung mengayunkan tangan kanannya dan seketika empat tombak darah yang mengelilinginya langsung melesat dan menusuk junoi itu. Melihat tombaknya mengenai junoi itu, Zaka langsung mengepalkan tangan kanannya dan keempat tombak darah itu pun meledakkan energi LYNK yang cukup besar. Setelah energi LYNK efek dari ledakan itu hilang, junoi itu pun terlihat melayang dengan badannya yang hancur. Kedua tangan dan kakinya putus menyisahkan badan dan tiga kepalanya saja.
Aruta pun langsung melompat ke arah junoi itu dan mengarahkan pukulan.
"Lenyaplah!!"
Namun tiba-tiba ketiga kepala dari junoi itu berteriak bersamaan membuat Aruta terhempas dan menabrak lantai itu dengan keras. Di sisi lain, Zaka langsung memeluk Leta melindunginya dari efek teriakan junoi itu.
Junoi itu terus berteriak dan perlahan-lahan dia diselimuti oleh pusaran energi LYNK bewarna hitam. Begitu banyak energi LYNK yang menyelimuti junoi itu sampai membuat pusaran energi yang dahsyat. Aruta dan Zaka sendiri berusaha menahan diri mereka untuk tak terhempas karena energi yang dikeluarkan oleh pusaran itu.
Pusaran itu pun meledak dan energi LYNK dari pusaran itu langsung terhempas ke segala arah. Junoi tadi pun terlihat dan kali ini, dia memiliki tubuh besar berotot, memiliki empat tangan, dan tiga kepala milik junoi itu hilang namun kini wajah dari ketiga kepala itu berada di atas dadanya. Ukuran tubuhnya menjadi lebih besar dan ekornya juga menjadi lebih panjang.
"Tch, dasar junoi merepotkan," ujar Zaka. Zaka mengeluarkan dua gumpalan darah dan dua gumpalan itu melayang di samping kanan dan kiri Zaka.
"Blood spike!" Kedua gumpalan darah itu pun berubah menjadi duri darah besar dan memanjang ke arah tangan junoi itu dengan kecepatan tinggi. Kedua blood spike itu pun menembus kedua tangan bawah junoi itu. Tak lama kemudian, Aruta melompat dan mengarahkan pukulan ke wajah junoi itu yang paling tengah. Namun junoi itu berhasil menghadang pukulan Aruta dengan melakukan pukulan balik. Aruta memaksakan pukulannya melawan kepalan tangan junoi itu namun pada akhirnya tak ada yang menang. Aruta dan Junoi itu sama-sama terhempas karena efek pukulan tadi.
"Tch." Aruta mendarat dengan kedua kakinya.
Junoi itu berteriak sangat keras dan berusaha membebaskan kedua tangan bagian bawahnya yang masih tertancap oleh blood spike. Junoi itu pun berhasil menghancurkan duri yang menusuk tangannya dan langsung melesat ke arah Aruta. Aruta sudah siap memasang kuda-kuda namun tiba-tiba Zaka muncul di depan Aruta dan dengan kepalan tangan kanannya yang dipenuhi energi LYNK, Zaka mendaratkan pukulan keras pada kepala junoi itu.
"Zaka?" Aruta terkejut.
"Hah?" Tanya Zaka menoleh kepada Aruta.
"T-tidak apa-apa. Terima kasih banyak!" ujar Aruta.
"Aku ini seniormu. Sudah seharusnya membantu juniornya kan?" ujar Zaka kembali menatap ke arah junoi tadi. "Baiklah, ayo kita sedikit serius," ujar Zaka dengan tenang. Seketika dari luka yang ada di tangannya mengeluarkan banyak darah. Darah-darah itu melapisi tangannya seperti sarung tangan. "Blood Early Striker."
Di sisi lain, junoi tadi kembali bangkit dan langsung melesat ke arah Zaka sembari mengeluarkan teriakan. Zaka melesat dan mengeluarkan dua buah pedang darah dan menebas kedua tangan bagian atas junoi itu. Junoi itu sempat mengerang kesakitan. Namun tak lama kemudian, kedua tangan junoi itu yang terpotong tiba-tiba berubah menjadi gumpalan darah dan membentuk menjadi dua buah gerigi dengan ujung-ujung yang tajam. Kedua gerigi darah itu pun melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Zaka. Zaka sempat melebarkan matanya namun dengan tenang, Zaka melompat tepat di antara kedua gerigi itu.
"Itu teknik ku ya?" tanya Zaka dengan nada datar.
Melihat Zaka yang sedang bertarung, Aruta kembali memasang ancang-ancang. "Zaka! Aku akan membantu-"
"Tidak usah," potong Zaka.
"Eh?"
"Kau lindungi Leta saja sana," ujar Zaka.
"Tapi-"
Tiba-tiba junoi itu kembali melesat ke arah Zaka dan mengarahkan pukulan dengan empat tangannya sekaligus. Zaka balik memberikan pukulan dan berhasil menahan pukulan junoi itu. Namun efek pukulannya begitu keras membuat Leta terhempas.
"Leta!" Aruta langsung melapisi kakinya dengan energi LYNK dan melesat menangkap Leta yang terhempas. Aruta berhasil memeluk Leta dan terjatuh.
"Ahh... ah?! Kak Aruta! Kakak tidak apa-apa?" tanya Leta.
"Hehe, ini mah kecil buat kakak," ujar Aruta kembali duduk dan mengangkat jempolnya sembari tersenyum lebar.
Di sisi lain, Zaka dengan kedua pedang darahnya menebas keempat tangan junoi itu hingga putus dan menendang perutnya membuat junoi itu sedikit terhempas ke belakang.
"AHHH!!!" Junoi itu berteriak lagi dan melesat ke arah Zaka. Keempat tangan junoi itu kembali tumbuh dengan sangat cepat sekaligus dilapisi oleh energi LYNK.
Setelah junoi itu cukup dekat dengan Zaka, junoi itu pun mendaratkan pukulan bertubi-tubi kepada Zaka. Zaka tak menghindar melainkan membalasnya dengan pukulan bertubi-tubi juga. Saat tangan Zaka dan junoi itu beradu pukulan, Zaka sedikit terkejut karena pukulan junoi itu mengeluarkan ledakan seperti pukulan Aruta.
"Huh? Itu kan teknik ku," gumam Aruta.
"Tch, bisa meniru gaya bertarung orang lain ya. Kemampuan yang lumayan," gumam Zaka sembari masih beradu pukulan. "Tapi kekuatanmu masih jauh dari kekuatan Muyamura." Zaka mengakhiri rentetan adu pukulan itu dengan tak lagi mengadu pukulan, melainkan menangkap tangan junoi itu. Setelah kepalan junoi itu perada di genggaman Zaka, Zaka langsung memeras tangan junoi itu hingga hancur. Junoi itu kembali mengerang kesakitan namun tanpa lama-lama, Zaka langsung melesat dan menendang wajah bagian tengah junoi itu dengan sangat keras. Junoi itu pun terpental keras hingga menabrak dinding.
Zaka pun mendarat dengan sempurna dan menoleh ke arah Aruta dan Leta.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Zaka.
"Aman!" jawab Aruta kembali mengangkat jempolnya.
"Kak Zaka, awas!!" teriak Leta.
Zaka pun langsung menoleh ke arah junoi itu tadi terpental. Setelah debu-debu yang berhamburan menghilang, terlihatlah junoi itu yang memegang sebuah sabit bewarna hitam pekat.
"Apa?! Itu tekniknya Raven!" Zaka terkejut.
Junoi itu pun langsung melesat ke arah Zaka dan energi bewarna hitam mengelilingi sabit di tangan junoi itu. Zaka langsung balik melesat ke arah junoi itu dan seketika pusaran darah mengelilingi tangan kanannya.
"Blood Striker: Blood Beam!"
Zaka pun menembakkan pusaran darah super besar dari tangan kanannya. Di sisi lain, junoi itu menebaskan sabitnya ke arah Blood Beam milik Zaka. Saat serangan mereka berdua bersentuhan, ledakan super besar pun terjadi membuat Aruta dan Leta terhempas sangat keras.
Sembari memeluk Leta, Aruta menabrak dan menembus satu persatu dinding arah dia terhempas. Setelah efek hempasan yang ada pada Aruta selesai, Aruta pun terjatuh dan melepaskan Leta.
"Kak Aruta!"
"Aduh-duh-duh." Aruta berusaha duduk sembari memegangi kepalanya.
"Kak Aruta istirahat dulu saja," ujar Leta sembari memegang tangan Aruta.
"Tenang saja. Gak terlalu sakit kok," ujar Aruta walau sebenarnya menahan sakit.
"Mmmhhh," tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.
Aruta langsung waspada dan berbalik. Dia pun melihat seorang gadis menggunakan baju pelayan, bertelinga kucing, dan memiliki ekor yang sedang tengkurap di sebuah sofa.
"Mmmhh siapa sih ribut-ribut?" tanya gadis kucing itu mulai duduk sembari menggosok matanya. Mata hijau yang seperti zamrud yang indah pun terlihat.
"Tunggu dulu, dia ini junoi? Tapi kok ngomongnya lancar banget," gumam Aruta yang kebingungan. Aruta sekali lagi melihati gadis itu dan melihat kalungnya yang ada di tangan gadis itu.
"Huh? Kau kucing yang mencuri kalungku? Kembalikan itu!" Aruta langsung melesat berusaha merebut kalungnya.
Namun gadis itu dengan sangat cepat langsung menarik kalung itu. Tangan Aruta yang sudah terlanjur di dekat gadis kucing itu pun langsung digenggam sangat erat olehnya.
"Eh?! Erat sekali!" gumam Aruta. Gadis kucing itu pun tiba-tiba mendekatkan wajahnya kepada wajah Aruta dan diam. Aruta pun tertegun dan ikut terdiam. Gadis itu melihat-lihat ke samping kanan dan kiri seperti mengecek sesuatu.
"H-hey apa yang kau lakukan?" tanya Aruta sembari mengerutkan keningnya.
Tiba-tiba gadis kucing itu melepaskan tangan Aruta yang membuat Aruta pun terjatuh.
"Aku akan memberikan kalung ini. Tapi pertama-tama, jawab pertanyaanku dulu," ujar gadis itu.
Aruta pun kembali mengerutkan dahinya sembari menunggu apa yang ditanyakan gadis kucing itu.
"Pertama-tama, apa kau suka bernyanyi di kamar mandi?" tanya gadis itu yang langsung membuat Aruta bingung.
"Hahhh?"
"Kedua, apa kau suka berteriak-teriak saat malam hari?" gadis itu bertanya lagi.
"Hey pertanyaan macam apa itu?" tanya Aruta.
"Hey sudahlah. Jawab saja," ujar gadis itu mencubit pipi Aruta.
"Aduh-duh-duh-duh."
Tidak lama kemudian, tiba-tiba Leta berteriak, "Kak Aruta, Kak kucing awas!!"
Tiba-tiba dinding ruangan itu hancur dan junoi tadi masuk ke ruangan itu. Namun junoi itu masuk bersama Zaka yang ada di atas junoi itu dan menancapkan tiga buah tombak pada masing-masing wajah junoi itu.
Melihat keributan itu, gadis tadi mengeluarkan jari telunjuknya dan sebuah kuku panjang tumbuh di jarinya itu.
"Makhluk-makhluk ini selalu mengganggu saja," ujar gadis itu pelan. Gadis itu mengayunkan telunjuknya dengan cepat. Zaka pun langsung sadar sesuatu dan langsung menghindar dari badan junoi itu. Tak lama kemudian pun tubuh junoi itu terbelah menjadi dua. Tak hanya itu, bahkan dinding-dinding yang ada di belakang junoi itu ikut terbelah. Junoi itu yang sudah terbelah pun menghilang menjadi asap bewarna hitam.
"Wow," ujar Mono.
"Wow kekuatanmu luar biasa sekali," ujar Aruta.
"Ya begitulah," jawab gadis itu singkat.
"Oh iya, apa kau punya nama? Kau ini manusia atau junoi?" tanya Aruta kepada gadis itu.
Tiba-tiba, gadis itu mengecil bersama bajunya menjadi seorang perempuan kecil imut yang menggemaskan dan memiliki tinggi yang sama dengan Leta.
"Namaku Nita! Junoi kucing pelayan yang siap membantumu!" ujar Nita dengan suara imutnya.
"Ahhh gemasnya!" ujar Leta.
"Wow jadi kecil!" ujar Aruta kagum.
"Hey apanya yang kecil?" tanya Zaka menghampiri Aruta dan yang lainnya.
Zaka pun melihat Nita. Telinga dan ekor kucingnya, mata hijaunya, dan kalung Aruta yang ada di tangannya.
"Tunggu dulu, kau kucing yang mencuri es krim ku ya?" tanya Zaka dengan suara tinggi.
"Hey aku kan cuma minta," ujar Nita. "Oh iya Aruta, aku ikut kamu ya."
"Eh? Kau tahu namaku?" tanya Aruta.
"Oh? Eh- eh... tadi kan adik kecil ini yang menyebut namamu!" jawab Nita.
"Tceh, kenapa kami harus membawa gadis pencuri sepertimu," ujar Zaka.
"Hey! Aku kan sudah bilang kalo aku cuma minta. Kalau kau melarangku ikut, aku tidak akan mengembalikan kalung ini loh!" ujar Nita.
"Hey kok aku jadi ikut kena imbasnya?!" tanya Aruta.
"Hey sudahlah kalian!" seru Leta yang membuat ketiga orang itu pun diam. "Kak Zaka, Kak Aruta, aku bisa membantu kalian untuk mencari teman kalian. Kak kucing, kalau kau mau ikut, kami akan sangat berterima kasih!"
"Tceh, yasudahlah," ujar Zaka yang masih kesal karena harus berjalan dengan Nita. Nita sendiri menjulurkan lidahnya kepada Zaka sembari menarik kulit bawah matanya dengan jarinya.
"Baiklah Leta, pimpin jalannya!" ujar Aruta.
"Baiklah, ikuti aku!!" seru Leta.