WebNovelAnxienty!80.00%

Prinsip?

"HAAAAAAAA!!!!!! SERIUSSANN GABISAAA ANJIRRRR???!!!! Duh gimana ini ya... anjir gabisa Cok, masa cuma chattan gini doang gabisa, emangnya WA punya Indonesia apa?!"

Celis mencoba tenang sambi mengambil napas panjang dan menghelannya.

Aku harus gimana ya, biar bisa chattan sama dia lagi, meski udah asing tapi aku masih peduli ya walau sering chatku di liat doang si.

 Pak George datang membawa kresek hitam berisi makanan.

"apa yang kamu lakukan?"

"ah, cuma transfer data ke hp baru doang."

"iyakah? Ayo makan bapak bawa nasi goreng lo."

"iya, nanti aku makan, Pak George duluan saja."

Pak George tersenyum tipis dan berjalan menuju ke dapur.

"Formal sekali."

keesokan harinya, Seluruh Kelas Swordmaster berada di tengah Stadion.

Stadion luas yang biasa disebut Arena. Mereka mengadakan pertandingan.

Di pimpin oleh Pak George, Pak Ferris , dan Bu Yeye, dan mereka berkumpul menghadapnya.

berjumlah 128 murid dan termasuk guru.

Mereka ribut sekali karena berbicara satu sama lainnya.

"akhirnya, ini yang aku tunggu-tunggu." Random

"haha, aku kali ini akan menang!" Random

"ahh.... aku pasti kalah lagi." Random

"Ini pertama kalinya aku ikut" Random

- Note: gua mger byk buat karakter:b

Bapak Ferris dan Ibu Yeye adalah Guru muda yang tampan dan cantik. Pak George melantangkan Suaranya.

"Dengarkan semuanya!! kali ini kita akan mengadakan pertandingan. Disini kalian bisa melihat dan mengamati berbagai macam teknik yang diperlihatkan. tentu, kalian sendiri yang menunjukkannya. Kalian akan bertarung melawan kelas lain atau teman kalian sendiri. Tapi, kami sendirilah yang menentukan musuh kalian."

Pak Ferris menambah himbaunya.

"Yang akan bertanding adalah kelas 2 dan 3, kelas 1 kalian cukup menonton saja."

Terdengar Kelas 1 ribut karena tidak setuju mereka cuma menonton tapi Pak George memberontak.

"Kalian belum bisa bertanding karena wawasan kalian yang masih kurang, tapi ada salahsatu dari kalian yang akan mewakilinya"

Bu Yeye menjelaskan peraturannya.

"Peraturannya simpel, kalian hanya perlu mematahkan Pedang lawan kalian saja. kalian boleh melukai lawan kalian dan satu lagi, kalian dilarang keras membunuh lawan kalian, kalian mengerti?"

Mereka bersorak "Mengerti!!!" dengan penuh semangat.

"Jika ada yang terluka, kami sudah menyiapkan banyak penyembuh jadi kalian tenang saja. Sekian!"

Mereka pun bubar, Celis yang bingung karena belum mengetahui apa yang dilakukan selanjutnya.

"lah bubar?"

Celis berpikiran ingin menggali informasi namun tidak ada seorangpun yang dekat dengannya, tapi ditengah kesendiriannya Mitha datang dari belakang.

Mitha Menyapa Celis dengan lembut.

"Kak?"

Celis berbalik badan dan tersenyum menghadap Mitha.

Dalam hatinya berkata "NICE TIMING."

"iya? kenapa?"

"yang bener kak, kakak keliatan seperti bingung kenapa orang-orang pada bubar."

Tatapan kekhawatiran yang membuat Celis berkata jujur.

"sebenarnya aku gatau harus ngapain, soalnya kan aku anak pindahan."

Dengan nada polos Mitha menjawab.

"wahhh... ternyata begitu ya kak, kebetulan juga aku gatau sih tapi tiba-tiba ketemu kakak jadi aku kira kakak tau."

Celis mendengar tercampur emosi antara kecewa dan marah karena kebodohan Mitha.

dalam hati berkata "ANAK KONTTTTT!!!"

Celis senyum manis terpaksa pada Mitha.

"ahahaha...oalah begitu."

bapak George datang pada mereka dan bertanya.

"kenapa kalian masih disini?"

Mitha menjelaskan apa yang membuat mereka tetap disini dan mereka pun dibawa ke suatu tempat.

tempat dimana ada papan digital yang luas, tercatat

33 nama peserta yang akan bertanding. Mereka yang berkumpul tadi diarahkan ke sini untuk melihat siapa saja yang akan bertanding.

tapi Celis bertanya "kenapa banyak orang yang dari luar sekolah ke sini?"

Pak George menjawab "pertandingan seperti ini adalah pertandingan umum yang bisa dlihat oleh siapapun di kota sekitar."

Celis paham dan tersanjung kaget melihat besarnya papan digital tapi dia heran melihat namanya ada disana dan akan melawan siswa yang bernama Raden

"njir besar banget, lah kok ada namaku?"

"ahahaha, aku tidak sengaja memasukkan namamu disana."

Melihat cara Pak George menjawab saja Celis sudah tau kalau dia sengaja memasukkan namanya ke pertandingan.

Celis melihat nama-nama peserta lagi di papan digital.

Zhou Fan VS Augsburg

Sou Diha Ra VS Zoma He Vans

Risky Costa VS Houla Hiha

Betotod VS Reinhard

Vivi VS Siwa

Celis Von D'e VS Hella Ce'L Fall

Zhura Sir Pelharm Babak Final

melihat nama yang langsung ke babak final yaitu Zurha.

"Pak, kok bisa tu anak langsung ke babak final?"

Mitha terkejut takut bertanya.

"kakak gatau?"

"manaku tau, kan aku anak pindahan"

Celis menjawab datar.

Pak George dengan serius menjawab pertanyaan Celis.

"Zhura adalah anak emas kelas 1 swordmaster, dia dijuluki sebagai The Greater of Mastersword karena keterampilan dan kecepatannya dalam menggunakan pedang, dia bisa memakai segala macam pedang bahkan jika ada pisau tumpul atau hampir patah pun ketika dia memakainya, pisaunya takkan patah dan masih bisa memotong."

Celis meremehkan itu dan menanggapinya dengan kata "ohh" karena Celis percaya diri pada dirinya bisa mengalahkannya di babak final.

"santai lah, nanti ku buat dia serius melawanku jika dia ngepur."

Beberapa jam kemudian, 5 pertandingan telah selesai dan ini adalah pertandingan ke 6, yaitu

Celis Von D'e VS Hella Ce'L Fall

akan berlangsung

dipertemukan langsung di lapangan.

samping kiri Celis dan di kanan Hella.

Hella, laki-laki berambut pendek kebawah menutupi alis dan diatas bibir alias tepat di kumis kanan terlihat garis lurus bekas.

"Pagi masbro."

Celis menjawab "jir ni orang sok asik dalam hati" tapi ngomong secara lisan "Ahaha, ya pagi."

PERTANDINGAN DIMULAI!

Celis berkuda kuda, siaga, siap menghadapi serangan namun Hella sebaliknya dia santai mengangkat tangannya, kegelapan entah darimana berdatangan membentuk sebuah pedang ditangannya, memamerkannya lalu menghempasnya.

Hella secara tiba-tiba menghilang, Celis memperhatikan sekitar tanpa ada yang di lewatkan sekalipun, Celis bergerak menangkis kebelakang tepat Hella muncul menyerang.

Celis dalam hati "Aku hoki jir!"

Hella terkejut dan menghilang lagi, meski Celis terlihat sangat konsentrasi juga tenang tapi Celis berdebar kencang dengan panik serangan seperti apa yang dantang.

Hella menyerang dari belakang atas kiri, ditangkis tepat oleh Celis, sebaliknya Hella menyerang dari kanan tapi ditangkis lagi sehingga membuat Hella heran.

dalam hatinya berkata "apaan ni orang, padahal aku menggunakan teleportasi untuk menyerangnya terus ngilang lagi di dimensi ruang tapi dia bisa menangkis seranganku yang mendadak?"

Celis mencoba tenang supaya bisa melewati pertarungan ini lalu dia mencoba untuk memancing emosi lawannya.

"oi!! muncul lah! bosan kali bah, kamu itu nyerang, ilang, nyerang, ilang mulu."

"aku tanya dulu, sebelum aku serius."

Hella menjawab, Suara Hella ada meski tidak terlihat dimanapun.

"banyak tanya! cepat ngomong."

"Ahahaha~ , iya iya.

Tiba-tiba Hella muncul langsung didepan mata Celis

—bagaimana kamu bisa menangkis seranganku?"

Celis penuh percaya diri mengatakan dengan nada merendahkan Hella.

"Seranganmu seperti itu banyak aku temui di fiksi!"

Hella menghilangkan, Celis sebenarnya kaget dengannya tiba-tiba muncul rapi dia berpura-pura tidak terkejut.

"Aku ubah topiknya, misalnya ada sesuatu yang kamu sangat inginkan tapi kamu gabisa capainya, apa yang kamu lakukan?"

penonton berkomentar kalau Hella selalu saja menanyakan pertanyaan ini setiap dia bertanding.

"aku harus mendapatkannya. meskipun melanggar aturan, hukum, bahkan di benci 1 dunia pun, aku wajib mendapatkannya walau dengan cara haram sekalipun."

Hella muncul di depan Celis dan tersanjung senyum tipis.

"Baiklah, siapkan dirimu!"

Bilah pedang Hella muncul aura gelap dan dirinya juga terlapisi oleh kegelapan membuat Celis terkejut ketakutan.

"Waduh, mode serius deh dia"