Hari bagi Joe untuk kembali ke kota pun akhirnya sampai. Pagi-pagi sekali, Fiona bangun dengan lemas, karena Joe meminta jatah sebelum balik ke kota. Berkali-kali Fiona mengingatkan Joe untuk tidak bermain terlalu kasar, karena ada jabang bayi dalam perutnya. Alhasil Fiona ditampar dan suaminya kembali bermain dengan keras sampai istrinya kelelahan. Tidak cukup disitu. Joe juga mengikat tangan dan membuka kaki istrinya dengan lebar, lalu melanjutkan permainannya. Walaupun lelah, Fiona tetap bangun dan membuatkan kue kesukaan suaminya untuk dimakan di perjalanan.
"Joe, ini aku buatin kue kesukaanmu untuk kamu makan di dalam perjalanan nanti." ucap Fiona sambil memasukkan kue tersebut dalam tas ransel suaminya.
"Iya, Sayang. Pasti aku makan kok! Oh ya, soal tadi malam, aku minta maaf ya. Aku bermain terlalu keras. Apa masih perih?" tanya Joe sambil memasukkan tangannya ke dalam celana istrinya.
"Gak! Sudah gak sakit lagi." jawab Fiona sambil berjalan mundur.
"Oh. Ya udah. Kalau masih sakit, mungkin Tante ada obatnya." jawab Joe yang membuat Fiona hanya mengangguk.
Joe pun keluar dari kamar setelah memasukkan semua barangnya ke koper. Dia pun pamit pada Tante Linda yang sedang mencuci baju di belakang. Fiona pun menemani suaminya menuju terminal yang mengangkut sampai ke kota.
Fiona melambaikan tangannya sambil menangis. Setelah bus agak jauh, dia pun segera kembali ke rumah dan disinilah awal penderitaan Fiona dimulai.
Saat Fiona baru saja sampai di depan rumah, Tante Fiona menjambak rambutnya dan menyeretnya ke belakang untuk mencuci baju. Setelah itu Fiona juga dipaksa menimba air supaya Tante Linda dan suaminya mandi.
Setelah semua orang tidur, Fiona pun masuk ke kamar untuk tidur juga. Tak berapa lama, dia merasa ada yang menindih tubuhnya. Dia pun bangun dan mendapati suami Tante Linda, Paman Eky sudah berada diatasnya dan sedang menjilati lehernya. Fiona pun berteriak sejadinya sehingga mengundang kedatangan Tante Linda yang datang melihat apa yang terjadi.
Sontak saja Tante Linda menjambak rambut Fiona dan menamparnya berkali kali sambil menyebutnya pelakor. Fiona hanya bisa pasrah menerima hinaan itu, karena dia berada di pihak yang lemah.
Bulan demi bulan berlalu dan sekarang kandungan Fiona sudah memasuki bulan ke 8. Joe juga tidak pernah lagi memberi kabar, apalagi uang bulanan yang pernah dijanjikan suaminya itu hanya omong kosong. Fiona yang merasa khawatir pada suaminya itu pun berencana ke kota.
Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Fiona memasukkan semua baju-bajunya ke ransel, lalu dia keluar dari rumah saat semua orang sudah tidur. Fiona berjalan sendiri dan akhirnya dia sampai di terminal dan membeli tiket bus yang akan berangkat jam 7 pagi. Dia beristirahat sebentar di kursi panjang sampai fajar menyingsing, lalu dia membeli roti untuk di makan.
Setelah sampai waktunya berangkat, Fiona pun naik dan bus pun berjalan sampai sekitar 3 jam kemudian, bus sampai di terminal kota dan Fiona turun. Masih jelas dalam ingatannya jalan menuju ke apartment Joe. Fiona yang sudah tidak mempunyai uang lagi, berjalan kaki walau dengan tertatih-tatih karena perutnya yang sudah membuncit.
Saat sedang berjalan, mendadak sebuah mobil mewah menghampiri dan memanggil Fiona yang membuat matanya membulat. Orang itu tak lain adalah mantan suaminya, Dave Kusumaatmadja yang sangat dibencinya.