Chapter 6

Saat Fiona dan Dave tengah berbicara di jalan, Joe yang kebetulan melintas disitu kaget bukan main. Dia pun menelepon menanyakan pada Tante Linda perihal Fiona. Tapi Tante Linda membenarkan kalau istrinya sudah melarikan diri di tengah malam.

Joe mempercepat laju mobilnya untuk menabrak istri dan mantan suaminya. Dave yang melihat itu mendorong Fiona dan dia pun ditabrak sampai terpental beberapa meter. Fiona berusaha bangun dengan perlahan-lahan walau perutnya sangat sakit. Ternyata darah sudah membanjiri selangkangan Fiona.

"Halo, Kakak!" sapa suara wanita yang familiar di telinga Fiona.

"Joyce! Tolong anakku, Joyce! Tolong!" mohon sang kakak sambil memegangi perutnya dan darah terus keluar dari selangkangan nya.

"Aku mau sih nolong Kakak. Tapi aku takut sama Joe. Soalnya sekarang Joe udah jadi suamiku. Hahahaha!" tawa keras Joyce.

"A-pa kata-mu? Su-ami? Tidak! I-tu ti-dak mungkin. Kenapa kamu merebut suami kakakmu?" tanya Fiona sambil memegangi perutnya dan berusaha untuk mengeluarkan bayinya.

"Kenapa? Karena aku sudah jatuh cinta dulu dengan Joe. Kakak yang merebutnya. Padahal Kakak sudah ada Dave yang begitu mencintai Kakak dan bahkan rela mendonorkan ginjalnya untuk Kakak." jawab Joyce sambil menjambak rambut kakaknya, sambil menendang perutnya.

"Aaahhhh! Sa-kit! Da-ve, ma-af-kan aku yang ti-dak ta-hu menghargai cinta dan pengorbananmu padaku!" sesal Fiona sambil melihat kearah Dave yang sudah tidak bergerak.

"Joe, bunuh saja dia. Biar dia menyusul papa dan mama!" pinta Joyce pada Joe yang sudah menyiapkan tongkat baseball.

"A-pa ka-tamu? Pa-pa dan ma-ma su-dah meninggal?" tanya Fiona.

"Iya! Saat Papa dan Mama sedang dalam perjalanan menuju pesta, aku telah memblongkan rem mobil Papa dan boom, mobil Papa menabrak truk. Papa terlempar keluar dari mobil dan terlindas truk sampai tubuhnya terpisah. Sementara Mama....hmm..."

"Ba-gai-mana Mama? Ka-ta-kan pada-ku!" tanya Fiona sambil berusaha bangun. Dia berharap kalau mamanya masih hidup, walau tipis.

"Sayang sekali, Mama juga sudah mati. Matinya kamu tahu bagaimana?" tanya Joyce yang membuat Fiona penasaran.

"Apa yang kamu lakukan pada Mama?" tanya Fiona.

"Wajah Mama ketika meminta pertolongan juga kurang lebih sama seperti kamu. Tapi aku sudah membakar mama hidup-hidup. Bagaimana dong? Hahahaha!" tawa puas Joyce.

"Mama! Maafkan aku yang tidak bisa membela Mama. Maaf, Ma! Kalian terkutuk! Dasar pasangan zina! Tidak tahu malu!" teriak Fiona mengutuki mereka dengan suara yang membahana.

"Oh ya, ada 1 hal lagi. Sebenarnya Joe tidak mempunyai paman di kampung. Semua itu hanya akal-akalan Joe untuk menjual Kakak ke Paman Toni untuk dijadikan istri ke 9. Siapa sangka Kakak malah melarikan diri." cerita Joyce yang membuat Fiona makin marah.

"Is-tri ke 9? Apakah itu be-nar, Joe? Bukankah kamu pernah mengatakan padaku kalau kamu mencintaiku? Itu tidak benar kan Joe? Jawab, Joe!" tanya Fiona sambil berusaha menggapai kaki suaminya.

"Sayang sekali kalau hal itu benar, Sayang. Seperti yang dikatakan Joyce kalau aku hanya mencintainya. Kamu hanya kujadikan sebagai alat agar kamu memberikan semua saham keluargamu ke perusahaanku. Sekarang matilah kamu!" pukul Joe pada perut buncit Fiona berkali-kali sampai dia melahirkan bayinya dalam keadaan sudah meninggal.

'Anakku sudah meninggal, untuk apalagi aku hidup. Dave, maafkan aku yang sudah mengkhianatimu dengan lelaki tidak tahu diri itu. Jika ada kehidupan mendatang, maka aku akan mencintaimu selamanya.' batin Fiona sambil menutup matanya.