Chapter 12

"Ma, katakan padaku siapa ayah kandungku?" tanya Joyce ketika sudah berada di rumah.

"Nak, maafkan mama. Mama bahkan tidak pernah tahu siapa ayah kandungmu. 20 tahun yang lalu mama diperkosa oleh seorang lelaki yang bahkan mama tidak tahu siapa dia. Tak lama dari pemerkosaan itu mama hamil dan diusir dari rumah. Sejak itu mama terus berjalan dari 1 rumah ke rumah lain untuk menjadi pembantu sampai akhirnya mama bekerja sebagai pengasuh Fiona dan papamu inilah yang memperistri mama supaya tidak disebut hamil diluar nikah." cerita Bu Sri sambil berlinang air mata.

'Pengasuh?' batin Fiona yang memikirkan kembali masa kecilnya saat bersama Bu Sri.

'Kenapa nasibku selalu berada dibawah Fiona? Aku tidak puas!' batin Joyce sambil memandang Fiona dengan mata penuh dendam.

"Joyce, kamu adalah adikku sampai selamanya. Benarkan Pa? Papa akan terus menganggap Joyce sebagai anak papa juga kan?" tanya Fiona sambil menggenggam tangan Joyce.

'Dasar rubah! Kamu kira aku tidak tahu kalau kamu itu hanya berpura-pura. Lihat saja, aku pasti akan membongkar topengmu dan membuat papamu sendiri yang menendangmu keluar dari rumahmu sendiri!' batin Joyce yang sudah penuh dengan amarah.

"Aaahhh! Joyce, kenapa kamu mencakarku? Apa kamu marah padaku?" tanya Fiona yang merasakan kuku panjang adik angkatnya melukai tangannya.

"Joyce, ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti itu pada Fiona? Harusnya kamu bersyukur Fiona sudah menerimamu di rumah ini." marah Bu Sri yang melihat cakaran di tangan Fiona.

"Dasar anak tidak tahu di untung!" maki Pak Agus sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Pa! Ma, maafin Papa ya. Sekarang kita istirahat saja dulu. Besok kita bicarakan lagi.yuk!" ajak Fiona pada Bu Sri dan adiknya.

"Tapi tanganmu, Nak diobati dulu." saran Bu Sri.

"Tenang aja, Ma. Aku bisa obati sendiri kok. Yuk kita istirahat." ajak Fiona sambil memapah Bu Sri dan Joyce mengikuti dari belakang.

Keesokan paginya saat Fiona turun ke bawah untuk makan, dia tidak menemukan Pak Agus. Saat ditanyakan ke Bu Sri, dia pun menangis tanpa mau memberitahu apa yang telah terjadi diantara mereka.

Tok! Tok!

"Masuk!" jawab Pak Agus.

"Pa, belum baikan lagi ama Mama?" tanya Fiona sambil menyerahkan document untuk ditanda tangani Pak Agus.

"Papa putuskan untuk bercerai dengannya. Menurutmu bagaimana?" tanya Pak Agus.

"Hah?! Cerai? Pa, bukankah Papa mencintai Mama selama ini? Kenapa hanya gegara masalah kecil Papa langsung mau bercerai dari Mama?" tanya Fiona yang merasa tidak mengenal ayahnya.

"Sebenarnya cerai sudah lama berada di otak Papa. Selama 20 tahun ini Papa menikah dengannya bukan karena cinta, melainkan supaya kamu ada yang mengasuh. Makanya Papa tidak pernah menyuruh Joyce untuk bekerja di perusahaan." jawab Pak Agus.

'Benar juga. Dulu pada saat Mama meminta agar Joyce magang di perusahaan, Papa menolak keras.' batin Fiona.

"Sebenarnya aku tidak mau ikut campur dalam hal rumah tangga Papa, tapi menurutku Mama lebih baik daripada wanita-wanita yang Papa tiduri di luar. Mereka hanya menginginkan harta Papa. Sebaiknya Papa pikirkan lagi." ucap Fiona yang memukul mental Pak Agus.

[Aku menunggumu di lobby. Turunlah!] isi pesan dari Dave yang membuat Fiona turun dan memeluk lelaki itu di depan banyak orang.

"Hmm! Sepertinya kamu senang aku datang ya?" ujar Dave sambil mencubit halus hidung Fiona.

"Tentu saja. Oh ya, aku sudah lapar. Yuk kita makan di cafe dekat kantorku." ajak Fiona yang membuat Dave hanya mengangguk dan mereka pun berjalan kaki menuju kesana tanpa mereka sadari sudah ada orang yang tengah mengawasi mereka.