Chapter 13

Saat Fiona dan Dave tengah berjalan ke sebuah cafe dekat kantor, ada seseorang tengah mengawasi mereka. Saat mereka tengah menunggu lampu hijau untuk menyebrang, lelaki berjaket kulit, bermasker hitam dan bertopi hitam berjalan kearah mereka sambil membawa pisau dapur.

Saat Fiona tengah mengobrol dengan Dave, tiba-tiba dia menyadari lelaki itu datang kearah mereka dan Fiona pun memeluk calon suaminya sehingga pisau itu menikam pinggangnya.

"Sayang!" teriak Dave ketika dia melihat calon istrinya ditikam.

"Dave! Sa-kit!" keluh Fiona yang ditopang oleh calon suaminya.

"Sayang, bersabarlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit." ucap Dave mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. "Cepat datang kesini!" pinta Dave yang tak lama kemudian 1 mobil mewah datang membawa mereka ke rumah sakit.

"Leo, telepon dokter Arya. Suruh dia siapkan ruangan untuk istriku!" pinta Dave pada asisten nya.

"Baik, Tuan." jawab Leo mengambil ponsel dari sakunya dan menelepon dokter.

Tak lama mereka pun sampai di rumah sakit dan para dokter serta perawat sudah menunggu di luar dengan brankar, infus dan oksigen. Dave pun menggendong tubuh calon istrinya ke brankar dan fibawa masuk ke dalam ruang operasi.

"Leo, cari tahu siapa yang hendak membunuh kami. Orang itu memakai jaket kulit hitam, masker hitam dan bertopi hitam. Dia juga ada bekas luka di wajahnya." pinta Dave.

"Baik, Tuan. Tuan, apakah Anda tidak mau cuci tangan? Tangan Anda penuh dengan darah Nona Fiona." tukas Leo.

"Tidak apa-apa. Aku tidak tahu bagaimana aku harus menyampaikan pada Papa dan Pak Toro mengenai keadaannya." ujar Dave kebingungan yang kemudian tubuhnya limbung.

"Tuan! Tuan tidak apa-apa?" tanya asisten nya yang berhasil menangkap tubuh tuan mudanya.

"Tidak. Tidak apa-apa! Tiba-tiba aku merasa pusing." jawab Dave yang kemudian didudukkan asisten nya ke kursi panjang.

"Tuan, biar aku saja yang menelepon tuan besar." ujar Leo yang hanya menerima anggukkan dari tuan mudanya.

Leo pun mengambil ponsel dari sakunya kemudian menelepon Pak Agus yang sangat kaget dengan apa yang terjadi pada calon mantunya itu. Dia pun mengarahkan lebih banyak orang lagi untuk mencari siapa yang sudah tega mengganggu calon mantu keluarga Kusumaatmadja berdasarkan gambaran yang diberikan anaknya. Ditambah lagi mereka mengambil semua cctv jalan untuk di cek.

Sekitar beberapa jam kemudian, lampu di ruang operasi pun mati dan dokter keluar untuk mengatakan keadaan Fiona yang ternyata tidak cukup baik. Tikaman itu mengenai ginjal wanita itu yang memang bermasalah dari waktu dia masih kecil.

Fiona pun dipindahkan ke ruang VIP yang sudah disediakan dan akan terus di observasi. Tak lama Pak Agus datang dan memeluk anaknya yang stress dengam keadaan calon istrinya.

"Nak, tenang saja! Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki siapa sudah berani mengganggu keluarga Kusumaatmadja. Kamu konsen saja untuk merawat Fiona." saran Pak Agus sambil melihat keadaan calon mantunya yang dipasang oksigen dan pemacu jantung.

"Makasih, Pa." ucap anaknya.

"Nak, bisa ceritakan apa yang sudah terjadi?" tanya Pak Agus dan anaknya pun mulai menceritakan apa yang telah terjadi sampai Fiona mengorbankan nyawanya.

"Pa, apakah pelakunya jangan-jangan anak dari keluarga Laksono?" tanya Dave.

"Nak, meskipun Papa gak suka Pak Surya Laksono, tapi Papa juga gak mau salah menuduh. Karena kita tidak punya bukti. Hasil cctv akan membuktikannya. Sabarlah, Nak!" jawab Pak Agus sambil menepuk pundak sang anak.