Di dalam ketidak sadarannya, Fiona memimpikan penyiksaan yang dilakukan oleh Joe dan adiknya. Ada kalanya dia berteriak memaki mereka dan ada kalanya Fiona mengecilkan tubuhnya, membuat Dave memeluknya dan membisikkan ke telinganya kalau dia akan selalu menjaga dan melindunginya.
Setelah melihat calon istrinya agak tenang, Dave pun merasa lega dan bertanya-tanya dalam hati apa yang pernah dilakukan Joe dan Joyce pada calon istrinya itu. 3 hari kemudian, Fiona sadar dan langsung memeluk Dave.
"Sayang, ada apa?" tanya Dave sambil memeluk erat calon istrinya itu.
"Kamu tidak apa-apa, Dave. Dalam mimpiku kamu mati ditabrak Joe." jawab Fiona sambil memegang wajah Dave, kemudian memeluknya lagi.
"Sayang, kalau aku ada apa-apa, aku tidak akan berada di depanmu lagi." canda lelaki tampan berpakaian casual itu.
"Tidak! Jangan bicara seperti itu! Aku tidak mau kamu mati, Dave!" tangis Fiona yang membuat Dave kaget.
"Iya, Sayang. Maafkan aku! Aku akan selalu berada disampingmu, Sayang." ucap Dave berusaha menenangkan calon istrinya.
Setelah melihat calon istrinya agak tenang, Dave pun menidurkan nya kembali. Tak lama calon mertua Fiona datang dan sangat bahagia melihat calon mantunya sudah sadar. Lalu dia menelepon kepala pelayan untuk menyiapkan sup ayam dan makanan bergizi lainnya untuk dibawa ke rumah sakit nanti.
Sementara Bu Sri juga menyiapkan sup ayam untuk Fiona dan menyuruh anaknya untuk dibawa ke rumah sakit. Joyce yang masih merasa marah dipermalukan kakaknya, memasukkan obat ke dalam sup tersebut.
"Ada apa, Joyce?" tanya Joe yang sedang bersama beberapa wanita lain di tempat tidur.
"Sayang, apa kamu masih menginginkan kakakku?" tanya Joyce yang sudah berada di depan rumah sakit.
"Hmm! Apa rencanamu kali ini akan sukses?" tanya Joe yang sedikit ragu.
"Tentu saja. Sup ayam yang dimasak mama sudah aku taruh obat. Mungkin sekitar 15 menit akan bereaksi dan kamu masuk saja ke kamarnya. Nomor kamarnya 677." jawab Joyce sambil menunggu lift untuk mengantarnya ke lantai 6.
"Baiklah. Sebentar lagi aku datang." ucap Dave mematikan ponselnya dan langsung bangun dari tempat tidur.
Joyce yang sudah tiba di depan kamar Fiona, langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Betapa kagetnya dia ketika melihat calon suami kakaknya berada di dalam.
'Sial, kenapa Dave bisa berada disini sih? Rencanaku bisa gagal nih!' batin Joyce sambil memandang mereka.
"Joyce, apa yang kamu bawa?" tanya Fiona membuyarkan lamunan adiknya.
"Oh! Ini, Kak. Aku bawain sup ayam buatan mama. Pesan mama, kakak minum ya selagi hangat." jawab Joyce sambil meletakkan sup ayam tersebut di nakas samping tempat tidur kakaknya dan membukanya.
"Iya. Bilang makasih ya sama mama." pesan Fiona yang wajahnya sumringah melihat sup ayam buatan mamanya.
"Kakak mau aku suapin atau makan sendiri?" tanya Fiona.
"Sini! Biar aku yang nyuapin Fiona. Kamu pulang aja. Nanti orang-orangku yang akan ngembaliin panci itu ke rumahmu. Berikan aja alamatmu." tukas Dave merebut mangkok dari tangan Joyce.
"Iya, Tuan. Kak, kalau begitu aku pulang dulu ya." pamit Joyce.
"Iya. Hati-hati, Joy." ucap Fiona sambil melambaikan tangan.
Sekeluarnya Joyce dari kamar kakaknya, dia langsung menuju lobby untuk menunggu dengan khawatir sosok Joe yang katanya sudah otw. Tunggu punya tunggu, ternyata Joe sudah berada di depan ke kamar Fiona. Saat melihat keadaan sudah aman, Joe pun masuk dan melihat Fiona yang sudah tertidur nyenyak.