Chapter 15

"Fiona, Fiona. Siapa sangka kamu akan jatuh ke tanganku. Joyce memang hebat. Hahahaha!" tawa Joe sambil membuka kancing bajunya.

"Siapa bilang calon istriku akan jatuh ke tanganmu? Jangan bermimpi!" ujar Dave sambil membuka lampu dan para pengawal Dave menangkap Joe.

"Dave! Kamu disini?" tanya Joe yang kaget melihat kehadiran musuhnya yang secara mendadak masuk ke kamar Fiona

"Kenapa? Pertanyaan ini yang seharusnya aku tanyakan padamu. Mau apa kamu di kamar Fiona?" tanya Dave kembali sambil menarik kerah baju lelaki itu.

"A-ku....a-ku...Joyce. Semua gegara Joyce. Dia yang menyuruhku masuk ke kamar Fiona. Katanya dia udah masukkan obat tidur di sup yang akan dimakan oleh Fiona dan katanya aku bebas melakukan apapun pada Fiona." jawab Joe.

"Kurang ajar!" maki Dave sambil menghajar Joe sampai babak belur.

Joe pun dilepaskan setelah Dave puas menghajarnya. Sampai rumah, Joyce sudah menunggu dan kaget dengan apa yang dialami Joe.

"Joe, wajahmu kenapa?" tanya Joyce dengan nada khawatir.

"Plak! Semua itu gegara kamu. Kenapa kamu gak mengatakan padaku kalau Dave yang menjaga Fiona?" tanya Joe.

"Joe, lihat ponselmu! Lihat sudah berapa missed call dan berapa pesan aku tulis untuk menghentikanmu masuk ke kamar kak Fiona!" jawab Joyce yang membuat Joe melihat ponselnya dan dia sangat kaget.

"Maafkan aku, sayang! Tidak seharusnya aku menyalahkanmu. Maafkan aku!" sesal Joe setelah melihat ponselnya, lalu memeluk Joyce.

"Tidak apa-apa, Joe. Aku bisa mengerti perasaanmu." jawab Joyce sambil mencium Joe.

"Makasih, sayang." ucap Joe membalas ciuman wanita itu.

Sementara Fiona yang ditempatkan di kamar lain sudah sadar dan sedang mengobrol dengan Pak Agus. Pikiran Fiona pun melayang ke kehidupan sebelumnya kalau dulu dia bahkan tidak ada kesempatan untuk mengobrol seperti sekarang ini dengan calon ayah mertuanya, dikarenakan dia sangat membenci mereka.

"Dave, gimana?" tanya Pak Agus saat anaknya masuk ke kamar Fiona.

"Aku udah menghajarnya sampai babak belur, Pa. Dia tidak akan mengganggu Fiona lagi." jawab Dave yang duduk di tempat tidur calon istrinya.

'Joe tidak akan pernah berhenti. Dia itu psycho! Aku harus memikirkan cara supaya dia berhenti menggangguku!' batin Fiona yang memikirkan bagaimana caranya dia bisa menghentikan Joe.

Hari-hari pun berlalu dan Joe pun tidak pernah lagi mengganggu Fiona sampai dia keluar dari rumah sakit. Pak Agus pun meminta izin dari Pak Toro supaya calon mantunya itu tinggal di rumahnya saja dengan alasan keselamatan. Pak Toro pun mengizinkan.

Berhari-hari Fiona tinggal di rumah Pak Agus, tidak ada yang bisa dia lakukan selain makan dan tidur di kamarnya. Karena merasa bosan, dia pun turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya menuju taman belakang yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran.

"Nona Fiona!" panggil seorang pelayan yang sudah paruh baya.

"Ya." jawab Fiona berpaling ke arah belakang menuju sebuah suara yang memanggilnya.

"Nona, seharusnya Anda beristirahat di kamar saja. Kenapa Anda malah keluar?" tanya pelayan paruh baya itu.

"Aku sudah bosan di kamar. Makan dan tidur di kamar terus. Makanya aku keluar. Oh ya, bunga-bunga ini siapa yang menanam?" tanya Fiona.

"Oh. Tanaman ini dulunya punya nyonya besar. Semenjak nyonya besar meninggal karena sakit, bibik yang mengurusnya." jawab pelayan paruh baya itu dengan wajah yang sendu.