127

Ciiit!

Rem mobil berdecit keras. Bahkan dari jendela Bima bisa mencium aroma karet terbakar. Di luar hujan dan seharusnya Bima sudah kembali ke rumah. Tapi, telepon itu mengubah segalanya.

Seluruh ketenangan dari banyakanya pekerjaan yang Bima lakukan di depan komputer dengan perangkat lama dan menghadapi banyaknya tubuh penuh luka di tempat kejadian perkara tidak berhasil mengendalikan emosi. Belum mobil berhenti dengan sempurna, Bima melompat sekuat tenaga dari kemudi. Hampir tersungkur jatuh menghantam aspal.

"Di mana?" Napas Bima tercekat. "Di mana dia?" tanyanya menanyakan tentang Hanny.

Polisi yang berdiri di dekat mobil yang bagian depannya penyok melirik ke samping. Minta bantuan untuk menjelaskan. Hanya saja aku tidak butuh penjelasan. Bima hanya butuh satu kalimat yang menjelaskan bagaimana keadaan istrinya.

"Bim, tenang!"