446- Gairah

"Kampus itu membosankan. Mereka suka menumpahkan tugas di wajah kita," keluh Ariel saat di telepon. George sedang duduk dengan kaki terangkat di atas bangku, malas memutar-mutar sebuah pena di antara jarinya.

Pandangannya melayang ke arloji dinding, memeriksa waktu. Anaya pasti sudah tahu sekarang ini bahwa Korps Bintang tutup hari ini. Dia telah memastikan bahwa sopir tetap di sana kalau-kalau dia ingin kembali.

"Kamu pasti sedang bersiap-siap untuk ke kantor?" suara Ariel menariknya kembali, sama sekali tidak menyadari pikirannya.

"Yeah… Eh, tidak...!" dia tergagap, yang jarang terjadi.

"Itu membingungkan. Jadi ya atau tidak? Apa ini tentang seorang gadis?"

George menegang, sejenak terkejut. Alisnya berkerut saat dia duduk lebih tegak, "Gadis?"

"Yeah. Tante Sophie pernah bilang ke aku bahwa Daddy menutup kantor hanya karena Ibu takut pergi ke kantor. Dia memfumigasi gedung kantor. Semoga bukan itu yang terjadi padamu."